BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. minum obat dan gejala klinis skizofrenia. Penelitian cross sectional mencakup

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN GEJALA PASIEN SKIZOFRENIA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebar di ke 5 Kabupaten Provinsi D.I. Yogyakarta. Puskesmas Bambang

BAB III METODE PENELITIAN. kepatuhan minum obat dengan fungsi sosial pasien skizofrenia. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. demografi dengan kualitas hidup pasien skizofrenia. Penelitian cross sectional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan tingkat kreativitas pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedungkandang. Waktu pelaksanaan April 2017.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien

BAB 1. PENDAHULUAN. dunia menderita skizofrenia selama hidupnya, biasanya bermula dibawah usia 25 tahun, berlangsung

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB 3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memilih untuk menggunakan rancangan cross sectional dimana variabel bebas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan secara objektif (Setiadi, 2013). Deskripsi peristiwa dilakukan secara

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT GRHASIA YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2007-DESEMBER 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertanyaan peneliti (Sastroasmoro, 2002).Penelitian ini menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB 3 METODE PENELITIAN. deskriptif studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Berusaha untuk sembuh dan mengobati penyakit ini merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas IX. Hasil isian kuesioner yang dipakai pada pengolahan data

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

SURAT PERSETUJUAN. Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian Penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gejala Klinis Pasien Skizofrenia telah dilaksanakan di beberapa puskesmas Yogyakarta pada tanggal 16-30 Mei 2016. Jumlah responden penelitian yang didapatkan sebesar 106 orang. Akan tetapi hanya 69 orang yang memenuhi kriteria inklusi penelitian ini. Tabel.2 Jumlah pasien skizofrenia di 10 Puskesmas Provinsi DIY Nama Puskesmas Wates Bambanglipura Godean Sleman Gondomanan Gendangsari Kraton Srandakan Temon Tempel Playen Jumlah Pasien 8 orang 11 orang 10 orang 9 orang 9 orang 11 orang 9 orang 13 orang 12 orang 12 orang Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sebanyak 69 responden untuk dilakukan penelitian. Responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dibantu oleh beberapa kader kesehatan di beberapa puskesmas provinsi yogyakarta. Responden dan keluarga terdekat responden diberikan 42

43 formulir inform consent atau surat persetujuan untuk mengikuti penelitian ini. Selanjutnya pihak responden dan keluarga dilakukan wawancara dengan tim penilai mengenai kepatuhan minum obat responden dan gejalagejala yang masih sering dialami oleh responden. Tabel 3. Karakteristik Pasien Skizofrenia di 8 Puskesmas Provinsi DIY Karakteristik Responden Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Pernikahan Sudah menikah Belum menikah Umur < 20 thn 20-40 thn 40-60 thn Riwayat Pendidikan Tidak tamat sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Diploma Sarjana Lama Sakit < 1 tahun 1-5 tahun 5-10 tahun 10 tahun Riwayat Keluarga Ada Tidak ada 44 25 22 47 32 37 1 32 36 5 11 19 30 1 3 4 7 23 35 22 47 63,76% 36,24% 31,88% 68,12% 46,37% 53,63% 1,44% 46,37% 52,19% 7.24% 15,94% 27,53% 43,47% 1.44% 95,62% 5,79% 10,14% 33,33% 50,72% 31,88% 68,11% Berdasarkan tabel 3. bahwa jumlah pasien skizofrenia sebanyak 69 (100%) orang dan lebih banyak pada laki-laki yaitu sejumlah 44 (63,76%) orang dibandingkan jumlah pasien skizofrenia pada perempuan sejumlah 25 (36,24%) orang.

44 1. Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Kategori kepatuhan minum obat pasien skizofrenia didapat dari hasil hitung jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing responden. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Tingkat Kepatuhan Minum Obat Jumlah Persentase Patuh Rendah Patuh Sedang Patuh Tinggi 36 orang 32 orang 1 orang 52,17% 46,37%% 1,44% 2. Gejala Klinis Pasien Skizofrenia berdasarkan PANSS Tabel 5. Distribusi Gejala Klinis Pasien Skizofrenia berdasarkan PANSS Tingkat keparahan gejala Jumlah Persentase Sakit ringan 24 orang 34,78% Sakit sedang 22 orang 31,88% Terlihat nyata sakit 10 orang 14,49% Sakit berat 9 orang 13,04% Sakit sangat berat 4 orang 5,79% Berdasarkan tabel 5. Distribusi gejala klinis pasien skizofrenia berdasarkan skor PANSS didapatkan jumlah pasien dengan gejala ringan paling besar yaitu sebanyak 24 (34,78%) orang dibandingkan derajat gejala lainnya.

45 3. Analisis Uji Statistik Korelasi Tingkat kepatuhan minum obat Patuh Rendah Patuh Sedang Patuh Tabel 6. Analisis Uji Statistik Korelasi Gejala Klinis Ringan Sedang Terlihat Nyata Sakit Berat Sangat Berat Nilai p Korelasi 12 (33,3) 10 (27,8) 5 (13,9) 5 (13,9) 4 (11,1) 0,141-1,31 11 12 5 (15,6) 4 0 (34,4) (37,5) (12,5) 1 (100) 0 0 0 0 Tinggi Total 24(34,8) 22 (31,9) 10 (14,5) 9 (13,0) 4 (5,8) Analisis uji statistik korelasi antara kedua variabel penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal dan ordinal dianalisis dengan menggunakan uji analisis korelasi Spearman. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi yang terdapat pada Tabel 6. menunjukan bahwa nilai korelasi 0,141 ( P>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat dengan gejala klinis pasien skizofrenia. B. Pembahasan Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui karakteristik responden secara keseluruhan dan ada tidaknya hubungan antara kepatuhan minum obat dengan gejala klinis skizofrenia.

46 1. Karakteristik Responden Berdasarkan pada tabel.3 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan bermakna antara jumlah responden laki-laki dan perempuan. Didapatkan jumlah responden laki-laki sebesar 44 (63,76%) orang dibandingkan perempuan sebesar 25 (36,24%) orang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Cordosa et.al, (2005) mengemukakan kenapa perempuan lebih sedikit beresiko mengalami gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan laki-laki. Berdasarkan karakteristik responden juga didapatkan bahwa lebih banyak responden yang tidak bekerja yaitu sejumlah 47 (68,12%) orang dibandingkan responden yang bekerja yaitu sejumlah 22 (31,88%) orang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina et.al, (2010) yang menyebutkan bahwa orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia dibandingkan orang yang bekerja. Fakhrul et.al, (2014) menambahkan bahwa selain motivasi diri yang kurang karena adanya gejala negatif, stima dan diskriminasi terhadap pasien skizofrenia menghalangi mereka untuk berintegritas ke dalam masyarakat karena sering mendapat ejekan, isolasi sosial dan ekonomi. Tingkat pendidikan responden penelitian ini bervariasi yaitu dari tidak bersekolah hingga tingkat sarjana. Pasien skizofrenia pada penelitian ini sebagian besar memiliki riwayat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 30 (43,47%) orang. Menurut Magdalena (2009) rendahnya

47 tingkat pendidikan dapat disebabkan karena faktor ekonomi dari orangtua pasien, dan timbulnya gejala saat remaja. Pasien yang mengalami gangguan akibatnya tidak dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik. 2. Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Berdasarkan tabel.4 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 69 responden yang diteliti jumlah pasien dengan kepatuhan rendah sejumlah 36 orang, kepatuhan sedang sejumlah 32 orang dan kepatuhan tinggi hanya 1 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Baiq (2014) yang mengatakan bahwa sebagian besar pasien skizofrenia tidak patuh terhadap pengobatan. Selain itu Niven (2002) menambahkan bahwa alasan sebagian besar pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan karena jumlah obat yang diminum, adanya efek samping obat serta tidak adanya pengawasan oleh keluarga pasien. 3. Gambaran Gejala Klinis Pasien Skizofrenia berdasarkan Skor PANSS Berdasarkan tabel.5 diketahui bahwa proporsi jumlah responden paling banyak adalah responden yang memiliki gejala ringan sebesar 24 orang.

48 4. Analisis Uji Korelasi Kepatuhan Minum Obat dengan Gejala Klinis Pasien Skizofrenia Berdasarkan tabel.6 penelitian ini didapatkan nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,141 yang menunjukan tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat pasien dan gejala klinis dari skor PANSS. Hal ini didukung oleh penelitian Linden et.al, (2011) yang melaporkan tidak ada hubungan antara keparahan gejala dan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia karena terdapat faktor lain seperti kurangnya dukungan keluarga yang dapat mempengaruhi gejala pasien. (Rettern et.al, 2005 dalam Journal Kyoko.et.al, 2013) menambahkan bahwa secara statistik tidak didapatkan hubungan kepatuhan minum obat dengan gejala positif pasien skizofrenia. Penelitian Irene et.al, (2015) mengatakan bahwa sebagian besar pasien dari gejala ringan hingga gejala sangat berat yang tidak patuh terhadap pengobatan dikarenakan efek samping obat, biaya pengobatan, dosis obat dan cara pemberian obat dan dari hasil penelitiannya pasien yang minum obat teratur serta mendapat dukungan baik dari keluarga, hal ini membawa dampak bagi pasien sehingga prevalensi kekambuhan dari pasien berkurang selama 1 tahun pasien tidak menunjukan gejala kekambuhan saat dirawat keluarga di rumah. Yudi et.al, (2015) menambahkan bahwa faktor dukungan keluarga yang sangat buruk dapat menyebabkan mayoritas pasien skizofrenia mengalami kekambuhan. Selain itu pasien skizofrenia akan memiliki peluang 6 kali untuk

49 mengalami kekambuhan dibandingkan dengan keluarga yang memiliki dukungan yang baik. Selain itu penelitian Surya (2013) menambahkan bahwa perilaku minum obat bagi penderita skizofrenia tergantung pada tingkat kesadaran (insight) dari penderita, misalnya penderita menyangkal atau sadar bahwa dirinya sakit. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Gokhan et.al, (2014) menunjukan bahwa kepatuhan terhadap pengobatan tidak berkorelasi dengan keparahan penyakit skizofrenia maka dari itu program pengobatan berbasis komunitas dan psikoedukasi dari pasien rawat jalan harus dilakukan untuk menjaga kepatuhan terhadap pengobatan. Penelitian Surya (2013) menambahkan bahwa ekspresi emosi keluarga yang rendah menyebabkan frekuensi kekambuhan gejala penderita skizofrenia berkurang. Pasien skizofrenia yang tinggal dalam lingkungan keluarga dengan ekspresi emosi yang kuat secara signifikan lebih sering mengalami kekambuhan dibandingkan dengan yang tinggal dalam lingkungan keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah. Apabila keluarga memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebih, misalnya klien sering diomeli atau dikekang dengan aturan yang berlebihan, kemungkinan peningkatan gejala akan bertambah besar. Hubungan yang tidak bermakna antara kepatuhan minum obat dan gejala klinis skizofrenia kemungkinan disebabkan bahwa adanya faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi penurunan ataupun peningkatan gejala pasien yaitu dukungan keluarga, ekspresi emosi keluarga, terapi non

50 farmakologi. Penelitian Wayan et.al, (2013) menyatakan bahwa selain dari terapi farmakologis yakni yang berkaitan dengan kepatuhan minum obat, terapi okupasi menggambar dapat berpengaruh terhadap perubahan gejala halusinasi skizofrenia. Penelitian Jimmi (2010) mengatakan bahwa terapi musik klasik pun bisa mengurangi gejala pasien skizofrenia. Ini bisa terjadi disebabkan karena adanya pengaruh musik klasik, yang meningkatkan endorfin sehingga katekolamin menurun dan gejala klnik menjadi berkurang. Musik klasik yang diperdengarkan membuat pasien menjadi lebih tenang, komunikasi menjadi lebih baik, dan hubungan dengan orang lain menjadi lebih hangat. Myra et.al, (2015) menambahkan bahwa dari hasil penelitiannya mengenai pengaruh olahraga jogging terhadap perbaikan gejala klinis skizofrenia, terdapat penurunan skor PANSS yang signifikan. Terapi skizofrenia yang mengkombinasikan antara obat haloperidol dan rajin melakukan olahraga jogging mempunyai pengaruh perbaikan gejala klinis yang lebih baik dibandingkan obat haloperidol dan kurang rajin melakukan olahraga jogging. perbaikan gejala Hasil paling signifikan terlihat pada pasien yang diberikan terapi olahraga dengan dosis berkisar 30 menit per sesi yang dilakukan seminggu 2 kali selama 8 minggu (Gold et al., 2005). Terapi non farmakologis seperti terapi psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan gejala seperti perilaku kekerasan pasien skizofrenia. Penelitian Dwi (2014) menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan

51 perilaku kekerasan pada respon verbal pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psikoreligius. Selain itu ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon emosi pada pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psikoreligius.