digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen 1. Angket Tipe Kepribadian Siswa Validitas angket penelitian ini menggunakan validitas isi. Penilaian terhadap kesesuaian butir pernyataan angket dengan kisi-kisi angket dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam angket dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh dosen program studi Bimbingan Konseling IKIP-PGRI Pontianak yaitu Amela Atika, M. Pd dan Eli Trisnowati, M. Pd serta dosen program studi Bahasa Indonesia IKIP-PGRI Pontianak yaitu Yuyun Safitri, M. Pd yang mengerti tentang kepribadian siswa dan susunan bahasa yang dapat dimengerti siswa SMA. Hasil penilaian menunjukkan bahwa angket yang akan digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi. Data hasil penilaian terhadap angket dapat dilihat pada Lampiran 15. 2. Tes Prestasi Belajar Matematika Untuk memperoleh data tes prestasi belajar matematika siswa, dilakukan uji coba tes prestasi belajar matematika yang terdiri dari 30 butir soal pada sekolah sampel penelitian. Uji coba tes dilakukan pada 74 orang siswa kelas XII SMA Negeri 7 Pontianak. Data hasil uji coba tes dapat dilihat pada Lampiran 19-21. a. Validitas Validitas instrumen tes penelitian ini menggunakan validitas isi. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur (kisi-kisi tes) dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa di lakukan dengan menggunakan daftar kisi-kisi oleh dosen program studi pendidikan matematika IKIP-PGRI Pontianak yaitu Dr. Hj. Syarifah Fadillah, M.Pd dan guru tempat penelitian yaitu Dra. Bertha Farliana dan Dian Rahmawati, S. Pd. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan commit to bahwa user tes yang akan digunakan untuk 78
digilib.uns.ac.id 79 mengambil data telah memenuhi validitas isi. Data hasil penilaian terhadap tes selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. b. Indeks Kesukaran Berikut disajikan rangkuman hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal instrumen tes prestasi belajar matematika. Tabel 4.1. Rangkuman hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal Indeks Kesukaran instrumen tes prestasi belajar matematika Interpretasi Butir Soal Simpulan 0,00 P < 0,30 Sukar 8, 20, 28 0,30 P 0,70 Sedang 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29 0,70 < P 1,00 Mudah 1, 4, 11, 13, 17, 26, 30 Tidak dipakai Pakai Tidak dipakai Ditinjau dari tingkat kesukaran, butir soal yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa adalah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, yakni butir soal yang memiliki indeks kesukaran lebih dari atau sama dengan 0,30 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 (0,30 P 0,70). Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal tes prestasi belajar matematika siswa, dari 30 butir soal yang diujicobakan, terdapat 20 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, yaitu butir soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, dan 29. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19. c. Daya Beda Ditinjau dari daya pembeda, butir soal yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika adalah butir soal yang memenuhi daya pembeda cukup baik, yaitu dengan indeks daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,2 (DP 0,2). Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal tes prestasi belajar matematika, dari 30 butir soal yang diujicobakan, terdapat commit 21 to butir user soal yang memiliki indeks daya
digilib.uns.ac.id 80 pembeda yang tergolong cukup baik dan baik, yaitu butir soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, dan 29. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Berikut disajikan rangkuman hasil perhitungan daya pembeda butir soal instrumen tes prestasi belajar matematika. Tabel 4.2. Rangkuman rangkuman hasil perhitungan daya pembeda butir soal instrumen tes prestasi belajar matematika Indeks Daya Pembeda Interpretasi Butir Soal Simpulan 0,00 DP < 0,20 Jelek 1, 4, 8, 11, 17, 20, 26, 28, 30 Tidak Dipakai 0,20 DP < 0,40 Cukup Baik 2, 12, 13, 16, 19, 23, 27 Pakai 0,40 DP < 0,70 Baik 3, 5, 6, 7, 9, 10, 14, 15, 18, 21, Pakai 22, 24, 25, 29 0,70 DP 1,00 Sangat Baik - Pakai d. Penetapan Instrumen Pada uji coba instrumen tes prestasi belajar, butir soal yang dipakai adalah butir soal yang memenuhi kriteria berdasarkan validasi isi, tingkat kesukaran sedang, yaitu butir soal yang memiliki indeks kesukaran lebih dari atau sama dengan 0,30 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 (0,30 P 0,70), memenuhi daya pembeda cukup baik, yaitu dengan indeks daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,20 (DP 0,20) dan memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70 (r 11 > 0,70). Dengan demikian, dapat ditetapkan butir soal yang dipakai dalam penelitian ini yang sesuai dengan kriteria adalah sebanyak 20 butir soal yaitu nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, dan 29. Butir soal tes prestasi belajar selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22. Sebelum instrumen tes yang terdiri dari butir-butir soal ini ditetapkan sebagai instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa, terlebih dahulu dilakukan perhitungan koefisien reliabilitas terhadap instrumen tes prestasi belajar.
digilib.uns.ac.id 81 e. Reliabilitas Perhitungan koefisien reliabilitas tes dilakukan terhadap tes yang terdiri dari 20 butir soal yang digunakan untuk mengambil data. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 21 menunjukkan bahwa tes tersebut memiliki koefisien reabilitas sebesar 0,75 yang lebih dari koefisien reliabilitas penelitian ini yaitu 0,70. Dengan demikian tes tersebut memenuhi kriteria tes yang layak digunakan untuk mengambil data. B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal Data kemampuan awal siswa diambil dari nilai matematika pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2013/2014. Data kemampuan awal siswa dapat dilihat dalam Lampiran 24. 1. Uji Normalitas dan Homogenitas Uji keseimbangan kemampuan awal siswa dilakukan dengan menggunakan uji analisis variansi satu jalan. Persyaratan uji analisis variansi satu jalan, terhadap setiap kelompok data dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan Bartlett. Perhitungan uji normalitas dan homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 dan Lampiran 26, sedangkan rangkuman hasil perhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal No Kelompok L maks L 0.05;n Keputusan Uji 1 TGT 0,0660 0,0823 H 0 tidak ditolak 2 NHT 0,0697 0,0823 H 0 tidak ditolak 3 Klasikal 0,0711 0,0823 H 0 tidak ditolak Dari hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa di atas, tampak nilai L maks untuk setiap kelompok kurang dari L 0,05;n berarti untuk taraf nyata 5% maka H 0 setiap kelompok tidak ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa data pada setiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
digilib.uns.ac.id 82 Selanjutnya untuk uji homogenitas diperoleh
digilib.uns.ac.id 83 2. Prestasi Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Tipe Kepribadian Berikut disajikan deskripsi data berdasarkan tipe kepribadian dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel. 4.6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian Banyak data (n) Sanguinis 108 35 100 72,315 14,811 Melankolis 107 40 100 72,477 13,656 Koleris 34 40 100 72.206 15.085 Phlegmatis 62 35 100 73,065 14,354 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Berikut disajikan deskripsi data berdasarkan model pembelajaran dan tipe kepribadian dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel. 4.7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Model Pembelajaran Tipe Kepribadian Sanguinis Melankolis Koleris Phlegmatis N 35 40 10 23 60 45 55 50 TGT 100 100 100 100 80,571 76,875 82 80,217 11,617 13,286 12,065 14,731 N 38 28 15 22 40 40 40 50 NHT 95 90 85 85 73,553 71,250 70,667 73,182 11,503 12,295 14,864 8,803 N 35 39 9 17 40 40 40 35 Klasikal 85 100 80 85 62,714 68,846 63,889 63,235 15,640 14,023 13,642 14,463 D. Analisis Data Pengambilan data dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear pada pertemuan ke delapan dengan perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 5-18. Setelah data terkumpul
digilib.uns.ac.id 84 selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Data selengkapnya untuk nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 28. Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas untuk masing-masing variabel yaitu variabel Model Pembelajaran dan Tipe Kepribadian. 1. Uji Normalitas Uji normalitas data amatan ini menggunakan metode Lilliefors. Uji normalitas data prestasi belajar matematika siswa dilakukan terhadap masingmasing kelompok data yaitu kelompok Model Pembelajaran (A): TGT (a 1 ), NHT (a 2 ), Klasikal (a 3 ), dan Tipe Kepribadian (B): Sanguinis (b 1 ), Melankolis (b 2 ), Koleris (b 3 ), Phlegmatis (b 4 ). Perhitungan uji normalitas kelompok data prestasi belajar matematika selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Rangkuman hasil uji normalitas kelompok data tersebut disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika No Kelompok L maks L 0.05;n Keputusan Uji Model Pembelajaran 1 TGT 0,0790 0,0852 H 0 tidak ditolak 2 NHT 0,0830 0,0872 H 0 tidak ditolak 3 Klasikal 0,0680 0,0886 H 0 tidak ditolak Tipe Kepribadian 4 Sanguinis 0,0690 0,0852 H 0 tidak ditolak 5 Melankolis 0,0828 0,0857 H 0 tidak ditolak 6 Koleris 0,1095 0,1519 H 0 tidak ditolak 7 Phlegmatis 0,1059 0,1125 H 0 tidak ditolak Berdasarkan Tabel 4.8 dengan DK =
digilib.uns.ac.id 85 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan pada dua kelompok data yaitu kelompok tipe kepribadian dan kelompok model pembelajaran. Uji homogenitas variansi data penelitian ini menggunakan metode Bartlett. Hasil uji homogenitas secara lengkap terdapat pada Lampiran 30. Berikut disajikan rangkuman perhitungan uji homogenitas pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas No Kelompok Kesimpulan 1 Model Pembelajaran 5,501 5,991 H 0 tidak ditolak 2 Tipe Kepribadian 0,886 7,815 H 0 tidak ditolak Berdasarkan Tabel 4.9 dengan DK =
digilib.uns.ac.id 86 Galat 51880,2778 299 173,51 - - Total 62138,6092 310 - - - Dari Tabel 4.10 diketahui untuk
digilib.uns.ac.id 87 Scheffe untuk mengetahui manakah yang secara signifikan mempunyai rerata yang berbeda. Perhitungan uji lanjut anava dapat dilihat pada Lampiran 32. Berikut disajikan rangkuman perhitungan uji lanjut rerata antar baris dalam Tabel 4.12. Tabel 4.12. Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris No H 0 F obs 2F 0,05;2,299 Keputusan 1 µ 1. = µ 2. 14,18 6 H 0 ditolak 2 µ 1. = µ 3. 58,31 6 H 0 ditolak 3 µ 2. = µ 3. 14,85 6 H 0 ditolak Dari Tabel 4.12 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Untuk H 0 : µ 1. = µ 2. diperoleh F 1.-2. = 14,18 dengan DK
digilib.uns.ac.id 88 c. Untuk H 0 : µ 2. =µ 3. diperoleh F 2.-3. = 14,85 dengan DK
digilib.uns.ac.id 89 rerata marginal yang diperoleh siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Agus Margono (2014) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT ditinjau dari kecerdasan emosional siswa. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Noviana Dini Rahmawati (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran materi SPLDV dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar yang menggunakan model kooperatif tipe NHT ditinjau dari aktivitas belajar. Adanya perbedaan prestasi belajar pada kedua model ini disebabkan karena pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Namun, dalam pelaksanaannya siswa lebih banyak tergantung dengan jawaban teman yang lebih pandai dan kurang berusaha memberikan ide pada saat guru memanggil salah satu nomor siswa dalam suatu kelompok. Sebaliknya, pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu membuat siswa lebih tertarik dan tidak merasa bosan belajar matematika. Selain belajar, siswa juga dikelompokkan dalam games atau turnamen sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa saling berdiskusi dan dapat membantu siswa yang memiliki kesulitan belajar untuk mencapai suatu tingkat pemahaman tentang materi pelajaran. Setiap siswa saling belajar dan mengajar serta commit termotivasi to user dengan konsep sebuah tim. Dengan
kehidupan nyata sangat kurang. Pada akhirnya konsep yang disampaikan oleh guru pada siswa tidak tertanam dengan baik, siswa cenderung cepat dan mencatat penjelasan guru. Waktu untuk siswa merefleksi materimateri yang dipresentasikan dan menghubungkannya kepada situasi memberi beberapa contoh, setelah itu memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan. Siswa cenderung pasif, hanya sekedar mendengarkan karena pada model pembelajaran klasikal, peran guru lebih dominan daripada siswa. Guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian konvensional. Adanya perbedaan prestasi belajar pada kedua model ini disebabkan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran klasikal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nuzulia Mufida (2010) menyimpulkan bahwa prestasi belajar Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari model pembelajaran klasikal, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dari model pembelajaran klasikal. diperoleh siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran sedangkan rerata marginal yang diperoleh siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal sebesar 65,300. Karena rerata marginal yang marginal masing-masing kelompok, rerata marginal yang diperoleh siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 79,259, prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran klasikal. Selanjutnya dengan melihat rerata DK, berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 90 demikian, mereka saling bekerja sama untuk menjadikan semua anggota timnya mendapatkan prestasi yang lebih baik. b. F 1.-3. = 58,31 > 6,00 = 2F 0,05;2;299, F 1.-3.
klasikal, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari model pembelajaran klasikal. diperoleh siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran sedangkan rerata marginal yang diperoleh didwa yang dikenai model pembelajaran klasikal sebesar 65,300. Karena rerata marginal yang marginal masing-masing kelompok, rerata marginal yang diperoleh siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebesar 72,427, prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran klasikal. Selanjutnya dengan melihat rerata DK, berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91 lupa karena kegiatan belajar hanya sekedar menghafal tanpa mengaplikasikannya dalam situasi nyata. Sebaliknya, model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu membuat siswa lebih tertarik dan tidak merasa bosan belajar matematika. Selain belajar, siswa juga dikelompokkan dalam games atau turnamen sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa saling berdiskusi dan dapat membantu siswa yang memiliki kesulitan belajar untuk mencapai suatu tingkat pemahaman tentang materi pelajaran. Setiap siswa saling belajar dan mengajar serta termotivasi dengan konsep sebuah tim. Dengan demikian, mereka saling bekerja sama untuk menjadikan semua anggota timnya mendapatkan prestasi yang lebih baik. c. F 2.-3. = 14,85 > 6,00 = 2F 0,05;2;299, F 2.-3.
digilib.uns.ac.id 92 Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari model pembelajaran klasikal. Adanya perbedaan prestasi belajar pada kedua model ini disebabkan karena pada model pembelajaran klasikal, peran guru lebih dominan daripada siswa. Guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberi beberapa contoh, setelah itu memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan. Siswa cenderung pasif, hanya sekedar mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Waktu untuk siswa merefleksi materimateri yang dipresentasikan dan menghubungkannya kepada situasi kehidupan nyata sangat kurang. Pada akhirnya konsep yang disampaikan oleh guru pada siswa tidak tertanam dengan baik, siswa cenderung cepat lupa karena kegiatan belajar hanya sekedar menghafal tanpa mengaplikasikannya dalam situasi nyata. Sebaliknya, model pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa menjadi lebih siap ketika guru menyebutkan nomor anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan melatih siswa untuk bertanggung jawab dengan jawaban mereka karena jawaban tersebut adalah jawaban kelompok bukan jawaban individu. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F b = 0,0014 kurang dari F tabel = 2,60 berarti F b tidak terletak di daerah kritis maka keputusan ujinya adalah H 0B tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Berarti siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, maupun Phlegmatis memiliki prestasi belajar matematika yang sama. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heni Mularsih (2010) yang menyebutkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar commit siswa to user yang berkepribadian ekstrover dan
digilib.uns.ac.id 93 introvert dan penelitian yang dilakukan oleh Desty Septianawati (2013) pada siswa SMP menyimpulkan bahwa siswa dengan tipe kepribadian sanguinis, melankolis, koleris, maupun phlegmatis memiliki prestasi belajar matematika yang sama. Namun hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan tipe kepribadian koleris, lebih baik daripada siswa dengan tipe kepribadian sanguinis, melankolis, dan phlegmatis. Siswa dengan tipe kepribadian sanguinis lebih baik prestasi belajar matematikanya daripada siswa dengan tipe kepribadian melankolis maupun phlegmatis. Siswa dengan tipe kepribadian phlegmatis lebih baik prestasi belajar matematikanya daripada siswa dengan tipe kepribadian melankolis. Hal ini dimungkinkan terjadi karena secara teori tipe kepribadian ini dikelompokkan berdasarkan kriteria secara umum, tidak berkaitan dengan pelajaran matematika. Hal lain yang mungkin terjadi adalah siswa belum dapat mengisi angket tipe kepribadian dengan baik dan siswa tidak objektif dalam menilai dirinya sendiri karena siswa sekolah menengah atas masih sulit untuk memahami karakter diri mereka masing-masing. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F ab = 0,8529 kurang dari F tabel = 2,10 berarti F ab tidak terletak di daerah kritis maka keputusan ujinya adalah H 0AB tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heni Mularsih (2010) bahwa terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan tipe kepribadian siswa. Hal ini mungkin saja terjadi karena perbedaan teori tipe kepribadian yang digunakan dan mata pelajaran yang berbeda. Pada hipotesis kedua dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara masing-masing kategori tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan commit dan to pertidaksamaan user linear. Berarti siswa
digilib.uns.ac.id 94 dengan tipe kepribadian sanguinis, melankolis, koleris, maupun phlegmatis memiliki prestasi belajar matematika yang sama. Karena tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap prestasi belajar siswa, maka hal ini berlaku untuk tiap kategori model pembelajaran. Artinya, untuk tiap-tiap model pembelajaran baik itu model pembelajaran TGT, NHT maupun model pembelajaran klasikal, siswa dengan tipe kepribadian sanguinis, melankolis, koleris, maupun phlegmatis memiliki prestasi belajar matematika yang sama. Sama halnya dengan pembahasan pada hipotesis kedua, tidak adanya perbedaan prestasi belajar pada siswa dengan tipe kepribadian sanguinis, melankolis, koleris, maupun phlegmatis meskipun diberi model pembelajaran yang berbeda adalah kemungkinan terjadi karena secara teori tipe kepribadian ini dikelompokkan berdasarkan kriteria secara umum, tidak berkaitan klasikal dengan pelajaran matematika. Hal lain yang mungkin terjadi adalah siswa belum dapat mengisi angket tipe kepribadian dengan baik karena siswa masih sulit untuk memahami karakter diri mereka masing-masing. 4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F ab = 0,8529 kurang dari F tabel = 2,10 berarti F ab tidak terletak di daerah kritis maka keputusan ujinya adalah H 0AB tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Pada hipotesis pertama, dari hasil uji komparasi baris pertama dan kedua, dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebh baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Karena tidak terdapat interaksi, maka hal ini berlaku untuk tiap-tiap kategori tipe kepribadian. Berarti umtuk tiap-tiap kategori tipe kepribadian, model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
digilib.uns.ac.id 95 Dari hasil uji komparasi baris pertama dan ketiga, dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebh baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal. Karena tidak terdapat interaksi, maka hal ini berlaku untuk tiap-tiap kategori tipe kepribadian. Berarti umtuk tiap-tiap kategori tipe kepribadian, model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal. Dari hasil uji komparasi baris kedua dan ketiga, dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebh baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal. Karena tidak terdapat interaksi, maka hal ini berlaku untuk tiap-tiap kategori tipe kepribadian. Berarti umtuk tiap-tiap kategori tipe kepribadian, model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal. G. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan pada hasil penelitian, teridentifikasi suatu keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini diduga berdampak pada beberapa hipotesis yang telah disusun. Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan penelitian ini antara lain, sebagai berikut: 1. Selama tes uji coba instrumen prestasi belajar maupun tes prestasi belajar siswa duduk pada meja yang berdekatan. Hal ini memungkinkan hasil tes uji coba instrumen prestasi belajar dan tes prestasi belajar siswa kurang murni, karena memungkinkan siswa untuk menanyakan jawaban dengan teman lain dan bekerja sama. 2. Ketika pengisian angket tipe kepribadian yang dilakukan, siswa dimungkinkan belum objektif dalam menilai dirinya sendiri, sehingga berpengaruh dalam pembagian kriteria masing-masing tipe kepribadian. 3. Pemberian angket dilakukan pada awal pertemuan sehingga siswa pada saat mengisi angket terkesan takut karena belum mengenal peneliti menyebabkan siswa kurang optimal dalam mengisi angket dan siswa hanya sekedar mengisi saja tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.