BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU (PPID PEMBANTU) RSUD UNGARAN TAHUN 2017

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis.

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH RSUD Dr. HARYOTO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

II. Lokasi RSU Kabanjahe RSU Kabanjahe terletak di Jalan Selamat ketaren Kabanjahe, luas areal ± 3 Ha.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Berdo a terlebih dahulu And Don t forget Keep smile

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

Transkripsi:

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien secara medik. Hal ini dikarenakan obat merupakan komponen yang sangat strategis dalam pelayanan pasien. Untuk membantu pengelolaan obat di rumah sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan SK No. 085/MENKES/PER/1989 yang menetapkan bahwa pada rumah sakit memerlukan adanya Panitia Farmasi dan terapi (PFT), Formularium rumah sakit dan adanya Pedoman pengobatan. Sejak tahun 1983 hingga sekarang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.soedomo Kabupaten Trenggalek adalah rumah sakit kelas C. Penetapan kelas C RSUD dr.soedomo berdasar Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/5268/SD/1982 tanggal 29 Juli 1982 tentang Pengelolaan Organisasi dan Tata Kerja RSUD, Instruksi Gubernur Nomor 16 Tahun 1983 tanggal 19 April 1983 tentang Penetapan Rumah Sakit dr.soedomo Kabupaten Trenggalek menjadi Rumah Sakit kelas C, Peraturan Daerah Tingkat II Trenggalek nomor 19 Tahun 1984 tentang susunan organisasi dan tata kerja RSUD Kabupaten Trenggalek, penetapan MENPAN dengan surat keputusan Nomor 117 Tahun 1997 tanggal 6 November 1997 dalam lampiran VI-2 Nomor urut 13 item 7, serta dikukuhkannya RSUD kelas C oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam surat Keputusan Nomor 105/MENKES/SK/II/1998 tanggal 15 Februari 1998. Tahun 2010 RSUD dr.soedomo ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan keputusan Bupati Nomor 188.45/518/406.013/2010 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah dr.soedomo sebagai Badan Layanan Umum Daerah Berdasarkan Keputusan 1

Bupati Trenggalek RSUD dr.soedomo ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah dengan status penuh. RSUD dr.soedomo merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, terutama dalam hal upaya kesehatan seperti penyembuhan (kuratif) melalui pelayanan tindakan medik maupun terapi, tindakan pengobatan baik menggunakan alat maupun obat dan tindakan diagnostik lainnya, pemulihan (rehabilitatif), peningkatan upaya kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan (preventif). Indikator pelayanan kesehatan RSUD dr.soedomo mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Beberapa bagian mengalami peningkatan, namun ada juga yang mengalami penurunan. Beberapa indikator pelayanan kesehatan RSUD dr.soedomo tersebut sejak tahun anggaran 2009 sampai dengan akhir tahun 2012 disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1.Indikator Pelayanan Kesehatan RSUD dr.soedomo 2009-2012 INDIKATOR Tahun 2009 2010 2011 2012 Tempat Tidur BOR (%) ALOS (Hari) TOI (Hari) BTO NDR (%) GDR (%) Kunjungan Rawat Jalan Kunjungan Rawat Inap Kunjungan IGD 182 61,36 3,22 1,87 75,08 15,52 34,20 42.431 43.130 12.350 182 77,21 4,15 1,15 72,32 14,35 34,16 43.675 54.839 12.598 182 71,42 4,22 1,51 69,01 17,7 41,9 47.377 53.042 15.256 182 64,85 4,26 1,91 67,44 22,73 52,22 54.449 52.260 14.939 (Sumber data : Pengendalian dan Pelaporan Rumah Sakit dr.soedomo, 2009) Keterangan : BOR : Bed Occupancy Rate (Angka rata-rata penggunaan tempat tidur) ALOS : Average Length of Stay (Angka rata-rata lama rawat seorang pasien ) TOI : Turn Over Interval (Waktu rata-rata tempat tidur kosong) BTO : Bed Turn Over (Frekuensi pemakaian tempat tidur) NDR : Net Death Rate (Angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar ) 2

GDR : Gross Death Rate (Angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar) Berdasarkan tabel diatas (tabel 1) dapat dilihat bahwa kinerja RSUD dr.soedomo tahun 2012 mengalami penurunan Hal ini dikarenakan terdapat perbaikan pada beberapa bangsal di rumah sakit yang akan mempengaruhi juga pada kunjungan rawat inap. Angka capaian BOR sesuai dari standar yang dipersyaratkan Depkes (2005) yaitu 60-85%, artinya angka penggunaan tempat tidur dari tahun 2009-2012 masih dalam batas sesuai standar meskipun terjadi penurunan nilai di tahun 2012, tetapi masih pantas dikatakan bahwa tempat tidur pasien masih sering penuh. Demikian juga angka TOI yang menunjukkan tenggang perputaran rendah, dengan standar ideal menurut Depkes (2005) 1-3 hari. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat sekitar masih tinggi terhadap RSUD dr.soedomo. Sesuai dengan misi dan fungsi rumah sakit pada umumnya, RSUD dr.soedomo menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan standar rumah sakit tipe C, yaitu : pelayanan medik, baik pelayanan medik untuk pasien rawat inap maupun pelayanan medik rawat jalan yang terdiri dari penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, kandungan dan ginekologi, kesehatan mata, paru, syaraf, THT, kulit dan kelamin, jantung, gigi dan mulut, rehabilitasi medik dan bagian umum, pelayanan gawat darurat, ICU dan bedah. Pelayanan penunjang medik meliputi pelayanan farmasi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan gizi. Fasilitas lainya yaitu fasilitas umum, instalasi pemeliharaan sarana prasarana (IPS), promosi kesehatan, pendidikan dan penelitian, kamar jenazah dan pelayanan pasien miskin. Karyawan yang turut serta berperan dalam pelayanan kesehatan sejumlah dokter umum 18 orang, dokter spesialis 14 orang, apoteker 3 orang, dan 15 orang tenaga farmasi. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan seyogyanya dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan tersebut adalah bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak dapat dipisahkan dari obat. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu obat 3

tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat dan berkualitas baik. Obat merupakan unsur penting dalam pengobatan yang mempunyai kedudukan strategis dalam upaya pelayanan kesehatan rumah sakit. Untuk itu perlu dikelola secara tepat. Pengelolaan obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Proses pengelolaan obat di rumah sakit dr.soedomo dilimpahkan kepada bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Pengelolaan obat meliputi tahap seleksi obat, perencanaan, penyimpanan, distribusi, monitoring serta evaluasi. Pengadaan obat di RSUD dr.soedomo dilakukan oleh tim pengadaan dengan menggunakan data dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang disetujui oleh Panitia Farmasi Terapi (PFT) dengan sistem tender maupun reguler. Pola pengadaan obat dengan menggunakan sistem pola konsumsi dengan melihat konsumsi obat tahun sebelumnya. Panitia Farmasi Terapi yang bertugas membantu manajemen dalam hal kebijakan penggunaan obat dan pengobatan, perencanaan maupun pengadaan obat melibatkan semua anggota Staf Medis Fungsional (SMF) di rumah sakit. Penerimaan obat RSUD dr.soedomo dilakukan oleh tim penerima obat RSUD dr.soedomo, kemudian dilakukan pengecekan kelengkapan obat dan disimpan di gudang. Penyimpanan obat dilakukan di gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan menggunakan kartu stok kemudian obat akan didistribusikan ke UGD, kamar operasi, dan rawat inap. IFRS juga bertanggungjawab terhadap obat-obatan yang dibutuhkan pasien melalui apotek rumah sakit yang dibagi menjadi dua apotek berdasarkan pelayanan resep yang diberikan. Apotek 1 melayani resep untuk pasien Askes, IGD, ICU dan pasien reguler (dengan bayar). Sementara apotek 2 melayani resep untuk pasien Jamkesmas/Kesda/SKTM. Dengan adanya apotek dalam rumah sakit akan memudahkan pasien melakukan pembelian obat atau alat kesehatan secara langsung. Oleh karena itu, pelayanan yang memadai sangat dibutuhkan oleh pasien. Sebelum dibentuk apotek yang melayani kebutuhan obat rumah sakit dr.soedomo, pada tahun 1992 dibentuk apotek yang menyediakan obat pelengkap rumah sakit. Apotek ini berdiri dalam rumah sakit dan 4

menyediakan obat sesuai dengan rumah sakit yang dibentuk oleh anggota koperasi rumah sakit. Setelah rumah sakit berubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tahun 2010, semua pengadaan obat dilakukan oleh rumah sakit sendiri. Sehingga rumah sakit membentuk apotek sendiri. Karena obat merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan, maka dibutuhkan suatu strategi pengelolaan obat yang baik. Strategi pengelolaan obat yang baik perlu didukung dengan kebijakan internal yang mengikat seluruh komponen yang terlibat didalamnya oleh karena obat ini merupakan salah satu unit bisnis yang penting dalam mendukung pendapatan rumah sakit. Salah satu kebijakan yang penting adalah penerapan rumah sakit yang dibuat oleh PFT. Formularium dibuat dengan melakukan seleksi obat berdasarkan usulan kebutuhan obat dari staf medis fungsional (SMF), dengan berbagai pertimbangan kualitas obat, pola konsumsi tahun sebelumnya, pola penyakit yang ada, harga obat dalam bentuk Formularium Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit adalah daftar obat baku beserta peraturan-peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sahih dan sesuai kebutuhan pasien di rumah sakit. Formularium RSUD dr.soedomo disusun pada tahun 1994 dan direvisi pertama kali pada tahun 1995. Sampai dengan tahun 2012 telah dilakukan delapan kali revisi terhadap. Formularium ini telah disosialisasikan kepada tenaga medis dan telah didistribusikan keruang-ruang pelayanan. Formularium RSUD dr.soedomo pada tahun 2012 belum dimanfaatkan secara maksimal. Dari hasil wawancara sementara dengan Ketua IFRS terdapat beberapa obat yang diadakan tidak sesuai dengan. Ada kemungkinan karena dokter tidak meresepkan obat sesuai dengan. Sehingga membuat rumit pengelolaan obat. Formularium bermanfaat sebagai pedoman bagi pihak manajemen dalam menyusun perencanaan dan pengadaan obat dirumah sakit (WHO, 2003). Bagi dokter, merupakan sarana yang digunakan dalam pola pengobatan. Sementara bagi pasien, dapat menghindarkan pasien dari resiko 5

ketidak-rasionalan pemakaian obat dan juga sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat bahwa pelayanan pengobatan di rumah sakit berpedoman pada kebutuhan medis. Pembuatan, tidak lepas dari peran Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). PFT RSUD dr.soedomo dibentuk pada tahun 1994 yang anggotanya berjumlah lima orang yang terdiri dari dokter spesialis syaraf (sebagai ketua PFT), dokter spesialis penyakit dalam (sebagai wakil ketua PFT), sekretaris (apoteker), dan anggota-anggotanya terdiri dari dokter dan perawat. Sistem seleksi yang digunakan berdasarkan usulan para dokter. Salah satu ruang lingkup PFT bersama dengan IFRS (Depkes, 2008b) adalah melaksanakan evaluasi penggunaan obat dan menyebarluaskan hasil evaluasi kepada seluruh staf medis dan pimpinan rumah sakit. Sejauh ini monitoring dan evaluasi terkait penggunaan obat serta pemanfaatannya belum optimal dilakukan. Kendala dalam pengelolaan obat RSUD dr.soedomo lainnya adalah adanya penumpukan beberapa obat yang pada akhirnya menjadi kadaluarsa. Selain itu adanya promosi obat dari pabrik farmasi yang membuat obat baru cenderung digunakan. Mengingat akan bermanfaatnya bagi pelayanan kesehatan rumah sakit kepada masyarakat, maka pemanfaatan RSUD dr.soedomo diharapkan dapat memenuhi tujuan-tujuan yang ingin dicapai ketika penyusunan, yaitu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. Dalam penelitian ini, akan diteliti terhadap evaluasi pemanfaatan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. Evaluasi dari hasil dilakukan dengan membandingkan kepatuhan peresepan dokter dengan yang telah direvisi. Berdasarkan masalah pemanfaatan yang masih rendah, terjadinya penumpukan beberapa obat, kecenderungan dokter memiliki pola peresepan sendiri, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pemanfaatan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dengan adanya fakta-fakta dilapangan maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana pemanfaatan di RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengevaluasi pemanfaatan di RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pemanfaatan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 2. Mengetahui kesesuaian obat dengan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 3. Mengetahui peran PFT/IFRS dalam melakukan monitoring dan evaluasi di RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 4. Mengetahui peran dokter dalam pemanfaatan di RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berikut : 1. Bagi pihak manajemen RSUD dr.soedomo Sebagai tambahan informasi penting dalam proses pemanfaatan rumah sakit yang telah diterapkan di RSUD dr.soedomo serta sebagai pertimbangan untuk memelihara dan meningkatkan pemanfaatan. 2. Bagi institusi pendidikan Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat sebagai studi pustaka untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik. 7

3. Bagi peneliti Penelitian ini adalah kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh, menambah pengalaman dalam bidang penelitian dan mengembangkan kemampuan profesional dimasa mendatang. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang rumah sakit telah banyak dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut (Tabel 2) : Tabel 2.Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya Dengan Penelitian Yang Akan Dilakukan Oleh Penulis Peneliti Judul Tujuan Rancangan Hasil (Tahun) Dian Medisa (2012) Evaluasi Kesesuaian Resep Dengan Standar Pelayanan Medis (SPM) Dan Formularium Jamkesmas Pada Pasien Rawat Jalan Jamkesmas di RSUD Panembahan Senopati Bantul 1.Mengetahui ratarata persentase kesesuaian resep obat dengan SPM pada pasien rawat jalan Jamkesmas, 2. Mengetahui presentase obat yang sesuai dengan Jamkesmas pada pasien rawat jalan Jamkesmas 3. Mengetahui ratarata persentase obat yang tidak terlayani, 4. Mengetahui ratarata persentase obat yang disubtitusi 5. Mengetahui biaya rata-rata per resep dari masing-masing penyakit di RSUD Panembahan Senopati Bantul Crosssectional bersifat deskriptifanalitik Resep yang ditulis dokter pada 10 besar penyakit belum sepenuhnya sesuai dengan SPM RSUD Panembahan Senopati Bantul dan Jamkesmas 8

(Lanjutan Tabel 2) Peneliti Judul Tujuan Rancangan Hasil (Tahun) Taufik Arfah (2011) Joice (2009) Evaluasi Pemanfaatan Formularium Dan Penggunaan Obat Pada Poli Anak Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pemerintah DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar Propinsi Sulawesi Selatan Penerapan Formularium Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua Tahun 2004-2008 Mengetahui peran KFT dalam pemanfaatan serta penggunaan obat pada poli anak di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Mengetahui penerapan terhadap pengelolaan obat dan pendapatan rumah sakit, serta apa yang menyebabkan ketidak-patuhan penulis resep terhadap di RSUD Atambua Studi kasus bersifat deskriptif analitik Deskriptif yang datadatanya dikumpulkan secara kualitatif dan observasi Pemanfaatan di poliklinik anak RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo belum tercapai secara maksimal, penggunaan obat yang terbanyak di poliklinik yaitu penggunaan antibiotik dikarenakan pola penyakit dipoliklinik. Dibutuhkan peran Panitia Farmasi Terapi dalam pemanfaatan yaitu sosialisasi dan revisi Penerapan belum berjalan dengan baik karena tidak ada dukungan dari manajemen rumah sakit 9

(Lanjutan Tabel 2) Peneliti (Tahun) Penelitian ini (2012) Judul Tujuan Rancangan Evaluasi Pemanfaatan Formularium Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.soedomo Kabupaten Trenggalek 1.Mengetahui pemanfaatan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 2.Mengetahui kesesuaian obat dengan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 3.Mengetahui peran PFT/ IFRS dalam melakukan monitoring dan evaluasi di RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. 4.Mengetahui peran dokter dalam pemanfaatan di RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. Studi kasus dengan metode penelitian deskriptif Penelitian ini berbeda dengan ketiga penelitian tersebut, dimana pada penelitian Dian Medisa (2012) menekankan pada jamkesmas pada pasien rawat jalan. Taufiq Arfah (2011) menekankan pada peran dari Komite Farmasi dan Terapi dalam menerapkan rumah sakit serta penggunaan di poli anak. Sementara penelitian Joice (2009) menekankan pada penyebab ketidakpatuhan dokter terhadap di rumah sakit umum Atambua. Sedangkan pada penelitian ini berusaha mengetahui sejauh mana pemanfaatan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap, sejauh mana peran dari PFT/IFRS dan dokter terhadap pemanfaatan, serta kesesuaian obat dengan RSUD dr.soedomo Kabupaten Trenggalek. Sementara persamaan dari ketiga penelitian tersebut adalah samasama melakukan penelitian terhadap rumah sakit. 10