IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah di transformasi log Y.

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Lampiran 2. Rata-rata Suhu Seiama Penelitian No

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

Hasil pengamatan awal kematian larva setelah dianalisis sidik ragam. pemberian ekstrak biji jarak berpengaruh tidak nyata terhadap instar Spodoptera

UJI BEBERAPA KONSENTRASI

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

UJI BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK BIJI PINANG

TINJAUAN PUSTAKA. Thrips termasuk ke dalam ordo Thysanoptera yang memiliki ciri khusus, yaitu

APAKAH APLIKASI BIOPESTISIDA SUDAH EFEKTIF?

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jarak cina (Jatropha multifida Linn) sebagai pestisida nabati pengendali hama

Yusran Baddu, Retno Dyah Puspitarini, Aminuddin Afandhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

Uji Efektifitas Beberapa Entomopatogen Pada Larva Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Boleng (Cylas formicarius (Fabr.))

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

Pcngamalan terhadap kcccpatan pertumbuhan diameter koioni i ouetotrichu/n

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) berat dan tanaman dapat mati. Apabila hama ini dapat bertahan dalam areal

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (553) :

CARA TUMBUHAN MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN PATOGEN. Mofit Eko Poerwanto

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang berasal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap larva Spodoptera litura. Isolat lokal yang digunakan untuk adalah DKS-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

KEEFEKTIFAN CENDAWAN Beauveria bassiana Vuill TERHADAP MORTALITAS KEPIK HIJAU Nezara viridula L. PADA STADIA NIMFA DAN IMAGO

TINJAUAN PUSTAKA. Hama Pengisap Polong Kedelai

III. BAIIAN DAN METODE

Mahasiswa Fakultas Pertanian UR (2) Dosen Pembimbing.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

UBI JALAR. 32 Laporan Tahun 2011 Penelitian Aneka Kacang dan Umbi PERBAIKAN GENETIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tumbuhan yang berbentuk pohon hidup

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penghisap Polong (Riptortus linearis Fabr.) Telur R. linearis berbentuk bulat dengan diameter telur 1,0-1,2 mm.

EFEKTIVITAS JAMUR Beauveria bassiana TERHADAP HAMA Helopeltis sp. YANG MENYERANG TANAMAN KAKAO. Syamsul Makriful Akbar 1 dan Mariani 2 ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

PENGGUNAAN Beauveria bassiana DAN Bacillus thuringiensis UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L.(Lepidoptera; Plutellidae) DI LABORATORIUM

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Konsentrasi efektif daun sirih sebagai penolak nyamuk Ae. aegypti pada lengan uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika kumbang badak adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

BAB VI. APLIKASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN DENGAN TEKNIK PENULARAN UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP TANAH COPTOTERMES Spp. DI LABORATORIUM

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI. Oleh :

VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT METARHIZIUM ANISOPLIAE TERHADAP ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) di LABORATORIUM

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

KEEFEKTIFAN ENTOMOPATOGENIK

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan pada rata-rata suhu laboratorium 28,25'^C dan kelembaban udara laboratorium 95,9% dengan hasil sebagai berikut: 4.1. Waktu Muncul Gejala Awal Terinfeksi Beauveria bassiana (Jam) Hasil pengamatan waktu muncul gejala awal terhadap Imago Helopeltis spp setelah dianalisis ragam tidak berbeda nyata terhadap interaksi konsentrasi B. bassiana dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran la) dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Waktu Muncul Gejala Awal dengan Pemberian Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Beauveria bassiana dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (Jam) Perlakuan B Perlakuan A B. bassiana Mo (0 ml/1) Ekstrak Daun Mimba Ml (50 ml/1) M2(100 ml/1) - Rerata A Bo (0 g/1) 128 68^ 56^^ 84,00 ^ B, (80 g/1) 44 40^^ - ^ ' 28^^ 37,33 ^ B2(85g/1) 32"= 20^ 20^ 24,00 ^ RerataB " 68,00 ^ "* 42,66 34,66 ^ KK = 6,54% Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi Log Y Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara B. bassiana dan Ekstrak daun mimba tidak berbeda nyata terhadap munculnya gejala awal imago. Hal ini terlihat dari kombinasi perlakuan B. bassiana 85 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air dan kombinasi perlakuan B. bassiana 85 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air yang memberikan waktu tercepat muncul gejala awal yaitu masing-masing 12 jam, tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B. bassiana 80 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air yaitu 28 jam...,.. Hasil pengamatan waktu muncul gejala awal terhadap Imago Helopeltis spp setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi B. bassiana (lampiran la). Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa

20 konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air memberikan waktu tercepat muncul gejala awal imago yaitu 32 jam. Hal ini berbeda nyata dengan konsentrasi B. bassiana 80 g/1 air dan konsentrasi B. bassiana 0 g/1 yaitu masing-masing 44 jam dan 128 jam. Pada pengaruh faktor tunggal B. bassiana, pemberian konsentrasi B. bassiana 85g/l air memunculkan gejala awal tercepat, Hal ini disebabkan pemberian konsentrasi B. bassiana yang tinggi, Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan akan menyebabkan semakin banyak konidia, enzim dan toksin cendawan dalam setiap milimeter air yang menempel dan masuk ke dalam tubuh imago sehingga semakin banyak jaringan tubuh imago yang terinfeksi cendawan. Imago yang terinfeksi B. bassiana menunjukkan gejala awal perubahan tingkah laku yaitu imago jarang terbang, menempel pada dinding sungkup percobaan dan tidak hinggap pada buah kakao, sehingga aktifitas makan menurun dan terjadi perubahan morfologi yaitu perubahan wama tubuh menjadi coklat kehitaman. Hal ini terjadi karena cendawan B. bassiana mengadakan penetrasi ke dalam tubuh imago dapat melalui kulit, saluran pencernaan dan lubang lainnya. Mekanisme penetrasi melalui kutikula dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula, Untuk menembus kutikula diperlukan enzim kitinase. Menurut Haryono dkk (1993) enzim yang dihasilkan B. bassiana adalah enzim kitinase, lipase dan proteinase. Enzim yang dihasilkan B. bassiana tersebut mengurai komponen penyusun kutikula imago. Hifa cendawan B. bassiana berkembang dalam tubuh imago dan memasuki pembuluh darah. Selain menghasilkan enzim, cendawan B. bassiana juga mengeluarkan toksin yang dalam mekanisme kerjanya menyebabkan terjadinya kenaikan ph darah. Hal tersebut yang memacu munculnya gejala awal pada imago, Hasil pengamatan waktu muncul gejala awal terhadap Imago Helopeltis spp setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran la), Tabel 1 diatas juga menunjukkan bahwa pemberian perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air memberikan waktu tercepat muncul gejala awal yaitu 56 jam, Hal ini berbeda nyata dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air dan perlakuan Ekstrak Daun Mimba 0 ml/1 yaitu masing-masing 68 jam dan 128 jam.

21 Pengaruh faktor tunggal Ekstrak Daun Mimba, pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air memunculkan gejala awal tercepat pada imago. Hal ini disebabkan pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba yang tinggi. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan akan menyebabkan semakin banyak kandungan Salanin dan Meliantrol dalam setiap milimeter air yang menempel dan masuk ke dalam jaringan tubuh imago dan jaringan buah kakao. Menurut Kardinan (2006) bahwa Salanin yang terkandung pada daun mimba berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) dan Meliantrol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan imago enggan mendekati buah kakao. Salanin pada daun mimba tidak langsung mematikan serangga tetapi memodifikasi cara kehidupannya, sehingga serangga tidak aktif lagi (Rahayu dan Agus, 2004). Hal tersebut diatas yang mengakibatkan munculnya gejala awal ImsLgo Helopeltis spp. Pemberian kombinasi perlakuan B. bassiana dengan Ekstrak Daun Mimba dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan hubungan linear yang signifikan terhadap waktu muncul gejala awal. Grafik hubungan linear kombinasi perlakuan dengan waktu muncul gejala awal dapat dilihat pada gambar 13. ^300 E ^250 I 200 < is 150 I 'rf-:. 0)100 '""""^'^'^^ 5 \ MimbaOml/l 3 H 50 0 ' Mimba 50 ml/i 0 g/1 80 '-v^'"'-''''-^^^^^ g/1 85 g/1...4,. Mimba 100 ml/1 Konsentrasi Beauveria bassiana Gambar 13. Hubungan Interalisi Perlakuan B. bassiana dan Ekstrak Daun Mimba terhadap Munculnya Gejala Awal Imago (Jam). Gambar 13 menunjukkan bahwa dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. basssiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba memberikan interaksi positif terhadap munculnya gejala awal imago. Hal ini terlihat bahwa

22 semakin tinggi konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba akan menyebabkan semakin cepat waktu muncul gejala awal imago. 4.2. Waktu Muncul Gejala Awal Sampai Imago Mati dengan Pemberian Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Beauveria bassiana dan Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (Jam) Hasil pengamatan waktu muncul gejala awal terinfeksi sampai imago mati setelah dianalisis ragam tidak berbeda nyata terhadap pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. Bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran lb) dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Waktu Muncul Gejala Awal Sampai Imago Mati dengan Pemberian Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Beauveria bassiana dan Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (Jam) Perlakuan B Perlakuan A B. bassiana Mo (0 ml/1) Ekstrak Daun Mimba Ml (50 ml/1) M2(100 ml/1) Rerata A Bo (0 g/1) 48' 28^ 24^ 33,33 ' Bi (80 g/1) 20. 16^^ 16'= 17,33 B2(85g/1) 12 12^^ 12 <= 12,00 Rerata B 26,66 ' 18,66 ^ 17,33' KK = 8,66 % Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi Log Y Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak daun mimba tidak berbeda nyata terhadap gejala awal sampai imago mati. Hal ini terlihat dari kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air, kombinasi perlakuan B. bassiana 85 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air, kombinasi perlakuan B. bassiana 85 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 0 ml/1 air, kombinasi perlakuan B. bassiana 80 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air dan kombinasi perlakuan B. bassiana 80 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air yang memberikan waktu tercepat muncul gejala awal sampai imago mati yaitu masing-masing 12 jam, 12 jam, 12 jam, 16 jam dan 16 jam tidak

23 berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B. bassiana 80 g/1 air dengan Ekstrak Daun Mimba 0 ml/1 air yaitu 20 jam. Hasil pengamatan waktu muncul gejala awal sampai imago mati terhadap Imago Helopeltis spp setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi B. Bassiana (lampiran lb). Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air memberikan waktu tercepat muncul gejala awal sampai imago mati yaitu 12 jam. Hal ini berbeda nyata dengan konsentrasi B. bassiana 80 g/1 dan B. bassiana 0 g/1 yaitu masingmasing 17,33 jam dan 33,33 jam. Gejala awal sampai imago mati ditandai oleh perubahan tingkah laku imago yaitu imago berhenti bergerak dan menempel pada dinding atau buah kakao dan terjadi perubahan morfologi yaitu wama tubuh menjadi coklat kehitaman, ukuran tubuh menjadi lebih kecil dan adanya hifa berwama putih yang tumbuh pada tubuh imago. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya enzim yang mengurai kutikula imago dan semakin banyak toksin yang dikeluarkan cendawan yang menyebabkan terjadinya penggumpalan darah dan terhentinya peredaran darah sehingga menyebabkan kematian imago Helopeltis spp. Menurut Robert (1981), Cheung dan Grula (1982) dalam Haryono dkk (1993), daya kerja toksin tersebut adalah merusak jaringan atau organ homocoel secara mekanis seperti saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan sistem pernafasan. Semua proses tersebut diatas menyebabkan kematian Helopeltis spp. Hasil pengamatan waktu muncul gejala awal sampai imago mati terhadap imago Helopeltis spp setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran lb). Tabel 2 diatas juga menunjukkan bahwa pemberian perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air memberikan waktu tercepat muncul gejala awal yaitu 17,33 jam. Hal ini berbeda nyata dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air dan perlakuan Ekstrak Daun Mimba 0 ml/1 yaitu masing-masing 18,66 jam dan 26,66 jam. Pengaruh faktor tunggal pemberian Ekstrak Daun Mimba konsentrasi 100 ml/1 air memunculkan gejala awal tercepat pada imago. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi yang diberikan akan menyebabkan semakin banyak

24 kandungan Salanin yang menurunkan nafsu makan (antifeedant) sehingga menyebabkan kematian imago Helopeltis spp. Pemberian kombinasi perlakuan B. bassiana dengan Ekstrak Daun Mimba konsentrasi yang berbeda menunjukkan hubungan linear yang signifikan terhadap waktu muncul gejala awal sampai imago mati. Grafik hubungan linear kombinasi perlakuan dengan waktu muncul gejala awal sampai imago mati dapat dilihat pada gambar 14. re 60 < i 50 "SI 30 5 E 20 ' i> u ^ Mimba 0 ml/i g.,0«=.«:,»»»»«a<.«..w.,^ Mimba 50 ml/1 5 ~ ' -»«Mimba 100 ml/i Og/I ' 80 g/1 85 g/1 Konsentrasi B. bassiana [g/\] Gambar 14. Hubungan Interaksi Perlakuan B. bassiana dan Ekstrak Daun Mimba terhadap Munculnya Gejala Awal Sampai Imago Mati (Jam). 11 =:.sr I.n - Gambar 14 menunjukkan bahwa dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. basssiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba memberikan interaksi positif terhadap munculnya gejala awal sampai imago mati. Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba akan menyebabkan semakin cepat waktu muncul gejala awal sampai imago Helopeltis spp mati. nyatc dr. 'SI B. Gambar 15. Imago Helopeltis spp yang mati terinfeksi B. bassiana

25 Imago yang mati karena terinfeksi cendawan B. bassiana dapat dilihat pada gambar 15. Tubuh imago yang terinfeksi cendawan B. bassiana berubah wama menjadi cokelat kehitaman, ukuran tubuh menjadi lebih kecil, tidak bergerak dan adanya hifa berwarna putih yang tumbuh pada tubuh imago. 4.3. Lethal Concentration 50% (LCso) Hasil pengamatan Lethal Concentration 50% setelah dianalisis ragam tidak berbeda nyata terhadap pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran Ic) dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabd 3. Lethal Concentration 50% dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi Beauveria bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (%) Perlakuan B Perlakuan A B. bassiana Mo (0 ml/1) Ekstrak Daun Mimba M, (50 ml/1) M2(100 ml/1) Rerata A Bo(0 g/1) o' 10,00 ' 16,66 ^ 8,88' Bi (80 g/1) n V. 30,00*= - 30,33'' 36,33 '^^ 32,22 ^ B2(85g/1) 40,00 46,67 50,00 45,55'= Rerata B 23,33 ' 29,00 34,33' KK= 13,12% Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi Arcsin VY. Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85g/l air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air dengan mampu mematikan 50% imago Helopeltis spp dalam waktu 96 jam setelah aplikasi. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pemberian perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85g/l air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air (46,67%)), konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 0 ml/air (40%)). Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa pengaruh pemberian perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba yang dikombinasikan dengan perlakuan konsentrasi B. bassiana tidak berbeda nyata terhadap Lethal Concentration 50%.

26 Hasil pengamatan terhadap Lethal Concentration 50% setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi B. bassiana (lampiran Ic). Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air mampu mematikan 45,5%) imago Helopeltis spp dalam waktu 96 jam setelah aplikasi. Hal ini berbeda nyata dengan pemberian konsentrasi B. bassiana 80 g/1 air dan konsentrasi B. bassiana 0 g/air yaitu masing-masing 32,3% dan 8,8%. Pemberian perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air mampu mematikan imago Helopeltis spp lebih cepat dari perlakuan lainnya. Prayogo (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi B. bassiana akan mengakibatkan semakin banyak konidia, enzim dan toksin cendawan yang menempel dan tertelan imago sehingga semakin banyak jaringan imago yang rusak dan terinfeksi cendawan sehingga akan mempercepat kematian imago. B. bassiana mengadakan penetrasi ke dalam tubuh imago Helopeltis spp melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh. Dalam hal ini, titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh konfigurasi morfologi integumen imago. Mekanisme penetrasi dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula dan miselium cendawan mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan proteinase yang mampu mengurai komponen penyusun kutikula imago (Haryono dkk, 1993). Miselium B. bassiana masuk ke dalam tubuh imago dan berkembang memasuki pembuluh darah. Cendawan B. bassiana juga menghasilkan metabolit sekunder seperti beaiiverisin, beauverolit, bassiapolit, isorolit dan asam oksalit yang dalam mekanisme kerjanya menyebabkan terjadinya kenaikan ph darah, penggumpalan darah dan terhentinya peredaran darah. Hal ini diduga yang mempercepat kematian imago Helopeltis spp. Hasil pengamatan terhadap Lethal Concentration 50Vo setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran Ic). Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pemberian perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air mampu membunuh imago Helopeltis spp yaitu masing 34,33% dan 29,00%. Hal ini berbeda nyata dengan tanpa pemberian Ekstrak Daun Mimba. Tabel 3 menunjukkan bahwa faktor tunggal pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air diperoleh jumlah persentase

27 kematian imago tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi 50 ml/1 air dan tanpa pemberian Ekstrak Daun Mimba. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi Ekstrak Daun Mimba maka semakin banyak kandungan Meliantrol yang berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan imago enggan mendekati buah kakao dan semakin banyak kandungan Salanin yang berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) sehingga menyebabkan kematian imago Helopeltis spp. * * Pemberian kombinasi perlakuan B. bassiana dengan Ekstrak Daun Mimba konsentrasi yang berbeda menunjukkan hubungan linear yang signifikan terhadap Lethal Concentration 50%. Grafik hubungan linear kombinasi perlakuan dengan Lethal Concentration 50% dapat dilihat pada gambar 16. 50 Og/I 80 g/1 85 g/1 B. bassiana (g/1) Gambar 16. Hubungan Interaksi Perlakuan B. bassiana dan Ekstrak Daun Mimba dengan Lethal Concentration 50%). Gambar 16 menunjukkan bahwa dengan pemberian konsentrasi perlakuan B. basssiana dan Ekstrak Daun Mimba memberikan interaksi positif dengan Lethal Concentration 50%). Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba akan menyebabkan semakin tinggi tingkat kematian imago Helopeltis spp. 4.4. Lethal Time SOVo (LTso) (3am) Hasil pengamatan Lethal Time 50 setelah dianalisis ragam tidak berbeda nyata terhadap pemberian perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi

28 Ekstrak Daun Mimba (lampiran Ic) dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Lethal Time 50% (LT50) dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi Beauveria bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (Jam) Perlakuan B Perlakuan A B. bassiana Mo (0 ml/1) Ekstrak Daun Mimba Ml (50 ml/1) M2(100 ml/1) - Rerata A Bo (0 g/1) 212' 164' 148"= 174,66' Bi (80 g/1) 1JZ 120 100^'^ 117,33' B2(85g/1) 96 88^ 100,00'= Rerata B 153,33 ' 126,66' 112 *= KK= 1,5% Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi Arcsin VY, Tabel 4 menunjukkan waktu yang paling cepat mematikan imago diperoleh pada pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85g/l air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air yaitu 88 jam. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85g/l air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air yaitu 96 jam. Hasil pengamatan terhadap Lethal Time 50% (LT50) setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi B. bassiana (lampiran Id). Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa perlakuan tunggal konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air tercepat mematikan 50% imago Helopeltis spp dalam waktu 100 jam setelah aplikasi. Hal ini berbeda nyata dengan pemberian konsentrasi B. bassiana 80 g/1 air dan konsentrasi B. bassiana 0 g/air yaitu masing-masing 117,33 jam dan 174,66 jam. Perbedaan nilai Lethal Time 50% ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi B. bassiana pada perlakuan tersebut, Banyaknya konidia, enzim dan toksin dalam tubuh imago Helopeltis spp ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cendawan yang masuk melalui kulit ketika penyemprotan, kerapatan konidia masing-masing perlakuan dan banyak atau sedikitnya imago memakan buah yang telah disemprot

29 cendawan. Terinfeksinya imago oleh cendawan menyebabkan msaknya sistem pencernaan, otot, sistim syaraf dan sistim pernafasan yang mengakibatkan kematian imago Helopeltis spp (Anonim, 2006). Cendawan B. bassiana masuk ke dalam tubuh imago melalui kutikula, saluran pencernaan, spirakel dan lubang alami lainnya. Inokulum cendawan yang menempel pada tubuh imago akan berkecambah dan masuk menembus kulit imago. Penembusan juga dilakukan secara mekanis atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim dan toksin. Enzim berperan dalam melisiskan kutikula, lalu bagian infektif dari cendawan entomopatogen B. bassiana berkecambah masuk ke kutikula dan menerobos masuk ke dalam tubuh. Selanjutnya cendawan mengeluarkan toksin dan menyerang jaringan tubuh yang menyebabkan jaringan tubuh rusak dan mengakibatkan kematian imago. Hasil pengamatan terhadap Lethal Time 50% (LT50) setelah dianalisis ragam berbeda nyata terhadap faktor tunggal pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran Id). Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 tercepat mematikan imago yaitu 112 jam. Hal ini berbeda nyata dengan pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air dan tanpa pemberian Ekstrak Daun Mimba yaitu 153,33 jam dan 126,66 jam. Perbedaan waktu dibutuhkan untuk mematikan 50% imago disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi Ekstrak Daun Mimba maka semakin banyak kandungan Meliantrol yang berperan sebagai penghalau [repellent) yang mengakibatkan imago enggan mendekati buah kakao dan semakin banyak kandungan Salanin yang berperan sebagai penurun nafsu makan {antifeedant) sehingga menyebabkan kematian imago Helopeltis spp. Pemberian kombinasi perlakuan B. bassiana dengan Ekstrak Daun Mimba konsentrasi yang berbeda menunjukkan hubungan linear yang signifikan terhadap Lethal Time 50%). Grafik hubungan linear kombinasi perlakuan dengan Lethal Time 50% dapat dilihat pada gambar 17. ;

30 ^ 200 ^-^^.^ ^ j b 180.. : ^.. 1 in 160 "^"""»^»«...=^,,^ I (U 140 '-»-»-»'»-««^^. w, ;, I E '. ^. J H 80...... - i <U 0 - Mimba 50 ml/i i ^ ^ /, Mimba 100 ml/i Og/I 80 g/1 85 g/1 i fi. boss/ono (g/1) I Gambar 17. Hubungan Interaksi Perlakuan B. bassiana dan Ekstrak Daun Mimba dengan Lethal Time 50%. Gambar 17 menunjukkan bahwa dengan pemberian konsentrasi perlakuan R. basssiana dan Ekstrak Daun Mimba memberikan interaksi positif dengan Lethal Concentration 50%. Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba akan menyebabkan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mematikan 50% imago//e/ope///5 spp.. 4.5. Persentase Mortalitas Imago Harian (%>) Hasil pengamatan terhadap mortalitas harian imago setelah dianalisis ragam tidak berbeda nyata terhadap pemberian perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran Ic) dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 5. Persentase Mortalitas Harian dengan Pemberian Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Beauveria bassiana dan Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (%) Perlakuan B Perlakuan A Ekstrak Daun Mimba Rerata A B. bassiana Mo (0 ml/1) Mj (50 ml/1) M2(100 ml/1) Bo (0 g/1) 16' 34,67 ' 39" 29,89 ' Bi (80 g/i) 47,33 " 50,67 57""= 51,66*' B2(85g/1) 56,33 ^ 61,33 64 f 60,55 " Rerata B 39,88 ' 48,89 ' 53,33 ^ KK= 1,5% Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi Arcsin VY.

31 Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis ragam pada pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air menunjukkan mortalitas imago imago harian yang tertinggi yaitu 60,55%. Hal ini tidak berbeda nyata dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiatm 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/ air yaitu 51,66% dan 29,89%. Perlakuan faktor tunggal konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air menyebabkan lebih banyak terjadi kematian imago harian dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diaplikasikan mengakibatkan tingkat mortalitas imago yang tinggi pula. Selanjutnya rendahnya mortalitas harian imago pada pemberian konsentrasi B. bassiana 80 gr/1 air dan konsentrasi B. bassiana 0 gr/1 air disebabkan karena konsentrasinya rendah sehingga toksin yang dihasilkan juga rendah. Perlakuan faktor tunggal konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air menyebabkan lebih banyak terjadi kematian imago harian dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang aplikasikan mengakibatkan tingkat mortalitas imago yang tinggi pula. Rendahnya mortalitas imago harian pada pemberian konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air dan konsentrasi Eksrak Daun Mimba 0 ml/1 air disebabkan karena konsentrasinya rendah sehingga semakin sedikit kandungan Salanin yang berperan menggangu aktifitas makan imago. Pemberian kombinasi perlakuan B. bassiana dengan Ekstrak Daun Mimba konsentrasi yang berbeda menunjukkan hubungan linear yang signifikan terhadap persentase mortalitas imago harian. Grafik hubungan linear kombinasi perlakuan dengan persentase mortalitas imago harian dapat dilihat pada gambar 18.

32 70, 3) 60 j (0 ^ 50 ; E ^ 40 ; s = 2 S : CO ^ 0 - Mimba0 ml/1 I Og/I 80 g/1 85 g/1 Mimba 50 ml/i B. bassiana (g/1) Gambar 18. Hubungan Interaksi Perlakuan B. bassiana dan Ekstrak Daun Mimba dengan Persentase Mortalitas Imago Harian. Gambar 18 menunjukkan bahwa dengan pemberian konsentrasi perlakuan B. basssiana dan Ekstrak Daun Mimba memberikan interaksi positif dengan persentase mortalitas imago harian. Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba akan menyebabkan semakin tinggi persentase mortalitas imago harian. 4.6. Persentase Mortalitas Imago Kumulatif (Vo) Hasil pengamatan terhadap mortalitas imago kumulatif setelah dianalisis ragam tidak berbeda nyata terhadap pemberian perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (lampiran If) dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel. Tabel 6. Persentase Mortalitas Imago Kumulatif dengan Pemberian Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Beauveria bassiana dan Konsentrasi Ekstrak Daun Mimba (%) Perlakuan B Perlakuan A Ekstrak Daun Mimba Rerata A B. bassiana Mo (0 ml/1) Ml (50 ml/1) M2(100 ml/1) Bo (0 g/1) 33,33 ' 63,33 ' 70^^ 55,55' Bi (80 g/1) 80'='^ 83,33 86,67 ^ 83,33 ' B2(85g/1) 90^ 96,67 ^ 100^ 95,55 Rerata B 67,77' 81,11 ' 84,44 KK = 8,63% Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi Arcsin VY.

33 Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil analisis ragam pada pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air dan kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air menunjukkan mortalitas imago kumulatif tertinggi yaitu 100% dan 96,67%). Hal ini berbeda nyata dengan pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 0 m/1 air, kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 80 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air, kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 80 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air, kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 80 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 0 ml/1 air, perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air, perlakuan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 50 ml/1 air dan tanpa perlakuan yaitu masing-masing 90%, 86,67%, 83,33%, 80%, 70%, 63,33% dan 33,33%. Pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/1 air mampu mematikan 100% imago uji yaitu pada hari ke 8 (192 jam) setelah aplikasi. Pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air dengan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba 100 ml/i air lebih efektif bila dibandingkan dengan semua perlakuan yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan B. bassiana antara lain: isolat B. bassiana berasal dari rizosfir kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau, kerapatan konidia, kualitas media tumbuh, jenis hama yang dikendalikan, umur imago, waktu aplikasi, frekuensi aplikasi, dan faktor lingkungan seperti suhu, sinar uhra violet, curah hujan dan kelembaban. Konsentrasi B. bassiana 85 g/1 air lebih efektif disebabkan kerapatan konidia yang tinggi (11,6 X lo' kon/ml) sehingga enzim dan toksin yang dihasilkan cendawan juga tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Prayogo dan Tengkano (2005) yang menyatakan bahwa konidia merupakan salah satu organ infektif cendawan yang menyebabkan infeksi pada integumen serangga yang menyebabkan kematian pada serangga. Selain hal tersebut diatas, kandungan Salanin dan Meliantrol yang terdapat pada Ekstrak Daun Mimba juga mempengaruhi keefektifan kombinasi

34 perlakuan dalam mematikan 100% imago uji. Salanin pada Ekstrak Daun Mimba berperan sebagai penurun nafsu makan, sedangkan Meliantrol berperan sebagai penghalau {repellent) sehingga serangga enggan mendekati buah kakao. Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang menyebabkan kematian pada imago. Pemberian kombinasi perlakuan B. bassiana dengan Ekstrak Daun Mimba konsentrasi yang berbeda menunjukkan hubungan linear yang signifikan terhadap persentase mortalitas imago kumulatif Grafik hubungan linear kombinasi perlakuan dengan persentase mortalitas imago kumulatif dapat dilihat pada gambar 19, JO 90 3 E S 50n^5-h=:.:, ^/.,tt-,t'm:ad3 Mimba0ml/I (0 O 30 Og/I 80g/1 85 g/1 ei.i';,, Mimba 100 ml/i 8. bassiana (g/1) Gambar 19. Hubungan Interaksi Perlakuan B. bassiana dan Ekstrak Daun Mimba dengan Persentase Mortalitas Imago Kumulatif. Gambar 19 menunjukkan bahwa dengan pemberian konsentrasi perlakuan B. basssiana dan Ekstrak Daun Mimba memberikan interaksi positif dengan persentase mortalitas imago kumulatif Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian kombinasi perlakuan konsentrasi B. bassiana dan konsentrasi Ekstrak Daun Mimba akan menyebabkan semakin tinggi persentase mortalitas imago kumulatif, h v,;!,r!..ii 'uduh m<'.n:s.6'' bekerja dengan

35 Gambar 20. Imago Helopeltis spp Yang Mati Terinfeksi Beauveria bassiana Keadaan imago Helopeltis spp yang mati setelah terinfeksi oleh B. bassiana dapat dilihat pada gambar 20. Tubuh imago yang terinfeksi terlihat ditumbuhi oleh miselium cendawan B. bassiana berwarna putih. Miselium awalnya muncul pada ruang antar segmen pada abdomen pada permukaan tubuh imago. Setelah beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh imago yang terinfeksi akan ditutupi oleh miselium jamur yang berwarna putih kekuningan. Hasyim A, (2006) menyatakan bahwa kondisi yang sesuai dapat mempercepat pertumbuhan cendawan B.bassiana pada permukaan tubuh imago uji 4.7. Perubahan Tingkah Laku dan Morfologi Pada penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa terjadi perubahan tingkah laku dan morfologi imago Helopeltis spp setelah diberikan perlakuan. Pada awal infestasi imago Helopeltis spp pada sungkup percobaan yang berisi buah kakao aktif bergerak seperti terbang dan memakan buah kakao. Perubahan awal tingkah laku imago Helopeltis spp terlihat beberapa hari setelah perlakuan yaitu aktifitas menurun seperti pergerakan mulai lamban, jarang terbang, imago banyak yang menempel pada dinding sungkup percobaan dan tidak hinggap pada buah kakao. Perubahan morfologi yang terjadi adalah wama tubuh menjadi cokelat kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan beberapa konsentrasi B. bassiana mulai bekerja dengan mengeluarkan toksin yang mengakibatkan jaringan tubuh imago Helopeltis spp msak sehingga pergerakan menjadi lambat,

36 imago tidak aktif terbang, lebih sering berjalan dan aktifitas makan buah kakao menurun. Perubahan tingkah laku selanjutnya terlihat bahwa pergerakan lamban, aktifitas memakan buah kakao semakin menurun. Perubahan morfologi yang terjadi adalah ukuran tubuh lebih mengecil dan wama tubuh coklat kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak propagul cendawan yang menginfeksi dan menyerang jaringan imago Helopeltis spp. Pengamatan terakhir pada pembahan tingkah laku imago Helopeltis spp yaitu imago mulai ada yang mati, sedangkan perubahan morfologinya adalah ukuran tubuh lebih kecil dan terlihat kaku. Kondisi yang sesuai dapat mempercepat pertumbuhan cendawan B.bassiana pada permukaan tubuh imago uji (Hasyim A, 2006). Tubuh imago yang terinfeksi ditumbuhi oleh miselium cendawan B. bassiana berwama putih. Miselium awalnya muncul pada ruang antar segmen pada abdomen yang ada pada permukaan tubuh imago. Setelah beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh imago yang terinfeksi akan ditutupi oleh miselium jamur yang berwarna putih kekuningan.