GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA ANTIGA, WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGGIS I

Fajarina Lathu INTISARI

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan dan non percontohan program pemantauan jentik rutin kota Semarang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK PADA TEMPAT PENAMPUNGAN AIR DAN PRAKTIK 3M PLUS DENGAN KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

ABSTRAK. Retno Ayu Septianingrum, Pembimbing utama : dr. Felix Kasim M.Kes.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES, CONTAINER INDEX DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI DI KOTA SEMARANG WILAYAH BAWAH)

Pengaruh Penyuluhan Demam Berdarah Terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANN PERILAKU PSN (3M PLUS)SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DBD PADA MASYARAKAT KELURAHAN SENDANGMULYO, SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Transkripsi:

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK Alfi Rizka Septianef, Kusyogo Cahyo, Ratih Indraswari Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : alfi.rizka.s@gmail.com ABSTRACT Kramas village on November 2016 was declared as 100% toward wiggler free area because it met the factors of wiggler free area development. This study aims to description of Kramas village success factors in wiggler free area program. This study was descriptive research with quantitative method and cross sectional approach. By using simple random sampling technique, 91 housewives at Kramas village were selected as the sample. The data were collected from questionnaire and observation. The data were analyzed by using univariate analysis. The result of this study showed that respondents were in the age 26-35 years old (35,2%), graduated from college (34,1%) and work as a housewives (71,4%). Most of respondents had good knowledge about dengue hemorrhagic fever (DHF) disease (96,7%), suppportive attitude toward PSN (85,7%). Supervison by PJR RT team was good (76,9%), counseling about DHF disease by PJR RT team was good (76,4%), PKK regulation about PSN was good (69,%), support from the head of neighbourhood was good (72,5%), support from health workers was good (58,2%). Most of respondents had done good practice of PSN (79,1%). Keywords : DHF, PSN, wiggler free area PENDAHULUAN Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.Pada tahun 2014,jumlah penderita penyakitdbd di Indonesia sebanyak 100.347 orang. kematian sebanyak 907 orang dengan IR 52,75 dan CFR 0,9. Penyakit DBD di Provinsi Jawa Tengah masih menjadi masalah kesehatan prioritas. Hal ini terbukti bahwa 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah memliki kasus penyakit DBD. IR penyakit DBD di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2012(19,29) ke tahun 2013 (45,52) mengalami peningkatan, dan terjadi penurunan pada tahun 2014 (33,28). Namun, pada tahun 2015 terjadi peningkatan lagi (64,4). Kota Semarang mempunyai risiko penyakit DBD yang tinggi sehingga masuk daerah endemis penyakit DBD. Pada tahun 2010, Pemerintah Kota Semarang mengidentifikasi 164 kelurahan (93% wilayah kota) terjadi endemik penyakit DBD, yang menjangkiti 1.553.578 warga dan 412.494 rumah tangga.berdasarkan data laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang sampai bulan September 2016 terdapat sebanyak 1784 kasus penyakit DBD dan 36 orang meninggal. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan dari data tahun 2015 terdapat 1737 kasus penyakit DBD dan 21 orang meninggal dunia. 442

Di Kota Semarang kasus penyakit DBD tertinggi terdapat di Kecamatan Tembalang, Laporan sampai September 2016 menunjukkan terdapat 294 kasus penyakit DBD dan 4 orang meninggal dunia. Pada tahun 2015 Kelurahan Kramas merupakan kelurahan dengan nilai angka incidence rate tertinggi nomor 1 di Kota Semarang dengan jumlah kasus penyakit DBD sebanyak 14 kasus. Hal ini sangat jauh perbedaannya dengan tahun 2014 jumlah kasus penyakit DBD Kelurahan Kramas sebanyak 3 orang. Pada tahun 2016 Kelurahan Kramas sangat baik dengan belum adanya kasus penyakit DBD sampai September 2016 Kawasan bebas jentik merupakan suatu kawasan yang tidak ditemukan jentik nyamuk saat pelaksanaan kegiatan pemantauan jentik. Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2010 membuat indikator keberhasilan pengembangan kawasan bebas jentik Kota Semarang yaitu adanya peraturan daerah terkait kawasan bebas jentik, penggerakan PSN yang akan menghasilkan angka bebas jentik, container index dan berdampak pada angka incidece rate di kawasan bebas jentik. Kelurahan Kramas pada November 2016 telah dicanangkan sebagai kawasan 100% menuju bebas jentik karena telah memenuhi indikator pengembangan kawasan bebas jentik. Kelurahan Kramas telah mempunyai peraturan PKK setempat terkait program pencegahan penyakit DBD, adanya penggerakan PSN di masyarakat yang rutin dilaksanakan setiap minggu, angka bebas jentiknya sudah hampir baik, dan angka incidence rate sampai September 2016 adalah 0. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor keberhasilan Kelurahan Kramas Kota Semarang dalam program kawasan bebas jentik. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan pendekatancross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Sampel penelitian menggunakan simple random sampling didapatkan sampel berjumlah 91 ibu rumah tangga di Kelurahan Kramas dan bersedia menjadi responden. Penelitian menggunakan teori Lawrence Green dengan melibatkan 8 variabel meliputi karakteristik ibu rumah tangga, pengetahuan ibu rumah tangga tentang penyakit DBD, sikap ibu rumah tangga terhadap PSN, supervisi tim PJR RT terhadap PSN ibu rumah tangga, penyuluhan oleh tim PJR RT tentang penyakit DBD, peraturan PKK tentang PSN, dukungan dari Ketua RT dan dukungan dari tenaga kesehatan. Analisis data menggunakan uji statistikunivariat. Sebelum kuesioner digunkan kepada responden, peneliti melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu kepada tiga orang ibu rumah tangga di Kelurahan Tembalang dan Ketua tim PPJ Kelurahan Kramas. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Praktik PSN IRT dalam Keberhasilan Program Kawasan Bebas Jentik Tabel 1. Distribusi Frekuensi Praktik PSN Ibu Rumah Tangga Praktik PSN IRT Baik 72 79,1 Kurang 19 20,9 Total 91 100,0 443

Praktik PSN ibu rumah tangga dalam keberhasilan kawasan bebas jentik merupakan tindakan PSN ibu rumah tangga dalam keberhasilan kelurahan bebas jentik yang terdiri dari kegiatan 3M Plus, memelihara ikan pemakan jentik, dan abatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 72 responden (79,1%) melakukan praktik PSN yang baik. Sebagian lainnya (20,9%) responden masih melakukan praktik PSN yang kurang baik.di kelurahan Kramas praktik 3M Plus ibu rumah tangga juga sudah tergolong baik. Ibu rumah tangga telah melakukan beberapa praktik PSN sesuai dengan keadannya masingmasing. Praktik PSN yang dilakukan antara lain menguras tempat penampungan air seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas yang berserakan, mengganti air vas bunga dan sejenisnya, menaburkan bubuk larvasida di tempat yang sulit dikuras, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi, menggunakan kelambu, memakai obat nyamuk dan menanam tanaman pengusir nyamuk. B. Gambaran Faktor Predisposing 1. Pengetahuan IRT tentang penyakit DBD Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan IRT tentang Penyakit DBD Pengetahuan IRT Baik 28 30,8 Cukup baik 60 65,9 Kurang 3 3,3 Pengetahuan dalam penelitian ini adalah kemampuan ibu rumah tangga sebagai responden dalam menjawab pertanyaan penelitian tentang Demam Berdarah Dengue. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik. Hal ini dikarenakan sebagian responden sudah memahami pengertian penyakit DBD, jenis nyamuk Aedes, tanda-tanda penyakit DBD, tempat kesenangan perindukan nyamuk, waktu ditemukannya nyamuk dan pengertian 3M. Namun masih ada responden yang pengetahuannya masih kurang tentang upaya PSN dan pengertian 3M Plus. Masyarakat lebih banyak mengetahui upaya PSN adalah dengan cara 3M, tetapi kegiatan 3M Plus masyakarat masih kurang tahu padahal mereka sudah mempraktikkan perilaku tersebut. Hal ini dikarenakan sosialisasi tentang kegiatan 3M Plus ke warga belum efektif. Tim PJR RT selalu memberikan penyuluhan tentang PSN, upaya PSN, perilaku 3M Plus kepada warga. Tetapi warga ketika ditanya tentang upaya PSN dan kegiatan 3M Plus masih belum bisa menjawab padahal mereka sudah 444

mempraktekkan tersebut. perilaku 2. Sikap IRT terhadap PSN Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap PSN Sikap IRT Mendukung 78 85,7 Tidak mendukung 13 14,3 Sikap terhadap PSN adalah tangapan atau respon ibu rumah tangga terhadap periaku PSN yang meliputi kegiatan 3M Plus, memelihara ikan pemakan jentik, abatisasi, fogging, pelaksanaan pemeriksaan jentik rutin, dan peraturan. bahwa sebagian besar responden mendukung terhadap perilaku PSN (85,7%). Berdasarkan hasil wawancara kepada responden diketahui bahwa sebagian besar responden mendukung terhadap PSN adalah karena responden sadar akan penyakit DBD yang sangat berbahaya dan sadar akan pencegahan terhadap penyakit DBD dengan melakukan kegiatan PSN. Hanya sebagian kecil responden yang yang tidak mendukung terhadap PSN (14,3%). C. Gambaran Faktor Enabling 1. Supervisi tim PJR RT terhadap PSN IRT Tabel 4. Distribusi Frekuensi Supervisi tim PJR RT terhadap PSN IRT Supervisi Baik 70 76,9 Kurang 21 23,1 Supervisi pada penelitian ini adalah supervisi jentik yang dilaksanakan setiap minggu oleh tim PJR RT terhadap perilaku PSN ibu rumah tangga dengan cara berkunjung ke rumah-rumah yang meliputi ti PJR RT setiap minggu melakukan pemantauan jentik, tim PJR RT melaporkan hasil pemantauan jentik kepada PPJ kelurahan, tim PJR RT mengingatkan untuk PSN, dan sidak oleh PPJ Kelurahan ke wilayah RT. bahwa sebagian besar responden megatakan bahwa supervisi tim PJR RT terhadap PSN ibu rumah tangga sudah baik (76,9%). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa supervisi tim PJR RT terhadap PSN ibu rumah tangga sudah sangat baik untuk wilayah RW 1,2 dan 3. Tetapi untuk wilayah RW 4 dan 5 supervisi tim PJR RT terhadap PSN ibu rumah tangga belum terlalu baik. Hal ini dikarenakan RW 4 dan RW 5 merupakan lokasi perumahan elit yang tidak terlalu aktif dalam kegiatan PSN. Beberapa tim PJR RT di dua RW tersebut ada yang aktif melakukan supervisi terhadap PSN iburumah tangga, dan ada pula yang tidak terlalu aktif melakukan supervisi melainkan hanya menunggu petugas dari kelurahan untuk melakukan 445

pemeriksaan jentik. Hanya sebagian kecil responden yang mengatakan supervisi tim PJR RT terhadap PSN ibu rumah tangga masih kurang baik (23,1%). 2. Penyuluhan oleh tim PJR RT tentang penyakit DBD Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penyuluhan oleh Tim PJR RT tentang Penyakit DBD Penyuluhan Baik 65 76,4 Kurang 20 23,5 Penyuluhan pada penelitian ini merupakan kegiatan penyuluhan tentang penyakit DBD yang dilaksanakan oleh tim PJR RT untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD yang meliputi materi penyuluhan, cara penyampaian, frekuensi,dan tempat dilaksanakannya penyuluhan. bahwa responden yang pernah mengikuti kegiatan penyuluhan oleh tim PJR RT tentang penyakit DBD sebanyak 85 orang (93,4%). Responden mendapatkan penyuluhan tentang pengertian penyakit DBD, gejala penyakit DBD, penularan penyakit DBD, upaya pencegahan penyakit DBD dan upaya PSN. Responden mengatakan bahwa tim PJR RT menyampaikan materi penyuluhan dengan baik sehingga responden dapat memahami materi pennyuluhan. Tim PJR RT melaksanakan penyuluhan setiap bulan (RW 1,2,3) pada kegiatan arisan RT.Sedangkan untuk RW 4 dan 5 pelaksanaan kegiatan penyuluhan setian 3 bulan pada kegiatan arisan RT. 3. Peraturan PKK tentang PSN Tabel 6. Distribusi Frekuensi Peraturan PKK tentang PSN Peraturan PKK Baik 63 69,2 Kurang 28 30,8 Peratuan dalam penelitian ini merupakan peraturan PKK setempat terkait kegiatan PSN dalam keberlangsungan kawasan bebas jentik yang meliputi tahu atau tidaknya isi peraturan yang terdiri dari adanya tim PPJ Kelurahan, adanya tim PJR RT, laporan pemantauan jentik, hadiah bebas jentik, sanksi adanya jentik, program satu rumah satu jumatik, kegiatan sosialisasi tentang kesehatan, dan kerja bakti. bahwa peraturan PKK sudah diketahui oleh responden dengan baik (69,2%). Dan peraturan PKK masih kurang baik diketahui oleh sebagian responden (30,8%). Berdasarkan hasil wawancara peraturan PKK tentang PSN yang diingat oleh masyarakat adalah adanya sanksi bagi rumah yang ditemukan jentik. 446

D. Gambaran Faktor Reinforcing 1. Dukungan Ketua RT Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dukungan Ketua RT Dukungan Ketua RT Baik 66 72,5 Kurang 25 27,5 Dukungan dari Ketua RT merupakan dukungan yang diberikan oleh Ketua RT dalam bentuk pemberian informasi, keikutsertaan dalam kegiatan dan keperdulian terhadap PSN. Pada peneltian ini sebagian besar responden mendapatkan dukungan yang baik dari Ketua RT (72,5%). Sebagian responden mendapatkan dukungan yang kurang baik dari Ketua RT (27,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ketua RT mengingatkan untuk PSN (97,8%), Ketua RT ikut PJR (80,2%), Ketua RT mengingatkan kerja bakti (96,7%), Ketua RT ikut kerja bakti (79,1%), Ketua RT memberitahukan adanya hadiah bagi RT yang bebas jentik (60,4%) dan Ketua RT memberitahukan adanya sanksi abgi rumah yang ditemukan jentik (100%). 2. Dukungan tenaga kesehatan Tabel 8. Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga Kesehatan Dukungan Ketua RT Baik 53 58,2 Kurang 38 41,8 Dukungan dari tenaga kesehatan merupakan dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, keikutsertaan dalam kegiatan PSN. Pada penelitian ini sebagian besar responden mendapatkan dukungan yang baik dari tenaga kesehatan (58,2%) dan sebagian lainnya mendapatkan dukungan yang kurang baik dari tenaga kesehatan (41,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tengaa kesehatan mengingatkan untuk PSN (94,5%), tenaga kesehatan melaksanakan PJB (93,4%), tenaga kesehatan memberikan sosialisasi tentang PSN (91,2%) dan tenaga kesehatan memberikan bubuk abate (58,2%). Dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor penguat atau melemahkan terjadinya perubahan perilaku. KESIMPULAN 1. Praktik PSN ibu rumah tangga yang baik (79,1 %). 2. Pengetahuan tentang penyakit DBD cukup baik (97,7%). 3. Sikap mendukung terhadap kegiatan PSN (85,7%). 4. Supervisi tim PJR RT terhadap PSN ibu rumah tangga sudah baik (76,9%). 5. Penyuluhan oleh tim PJR RT tentang penyakit DBD sudah baik ( 76,4%). 6. Peraturan PKK tentang PSN sudah baik ( 69,2%). 7. Dukungan yang baik dari Ketua RT (72,5%). 8. Dukungan yang baik dari tenaga kesehatan (58,2%). 447

SARAN 1. Memberikan masukan untuk seluruh Kelurahan di Kota Semarang melalui Kecamatan agar membuat peraturan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit DBD agar dpat menekan angka kejadian penyakit DBD. 2. Mengaktifkan tim PJR RT seluruh kelurahan untuk melakukan supervisi terhadap PSN ibu rumah tangga. 3. Menjalin kerjasama yang baik dengan cara aktif mengikuti kegiatan PJR setiap minggu melalui tenaga kesehatan di Puskesmas. DAFTAR PUSTAKA 1. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. Topik Utama Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta. 2010; Volume 2 2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2014. 3. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Semarang. 2015. 4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang. 2014 5. Pemerintah Kota Semarang. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Semarang. 2010; Pasal 1 6. Kelurahan Kramas. Profil Pemberantasan Sarang Nyamuk kelurahan Kramas Kecamatan Tembalang. Semarang. 2016 7. Dinas Kesehatan Kota Semarang.Indikator Kawasan Bebas Jentik Semarang. Semarang. 2010 8. Rosidi, Abd Rahman Rosidi, dkk. Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia [Jurnal]. 9. Rismiati, dkk. Pengaruh Penyuluhan Demam Berdarah Terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga. Kesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 6, Juni 2009. Jakarta 10. Nomitasari, Dessy dkk. Perbedaan Praktik PSN 3M Plus di Kelurahan Percontohan dan Non Percontohan Program Pemantauan Jentik Rutin Kota Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. [Jurnal] ; 2012 11. Chadijah, Sitti, dkk. Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) di Dua Kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Meia Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011. [Jurnal] 448