ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI PENENTU LABA PADA RUMAH TAKOYAKI Disusun Oleh: Gilang Hardi Maulana 24214548 3EB34
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan membutuhkan Perencanaan Keuntungan yang Efisien BEP dibutuhkan untuk Perencanaan Keuntungan atau Profit Planning Approach Biaya Variabel, Biaya Tetap dibutuhkan dalam perhitungan BEP Rumah Takoyaki belum memiliki pengolahan Keuangan yang jelas Rumusan Masalah 1. Bagaimana menganalisis Break Even Point sebagai penentu laba? 2. Apakah hasil analisis Break Even Point untuk penentuan laba pada perusahaan? Batasan Masalah BEP sebagai penentu laba, Margin Of Safety, Degree of operating leverage dan Shut Down Point. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dan penulisan ilmiah ini adalah : Untuk mengetahui analisis Break Even Point sebagai penentu laba Untuk mengetahui hasil Break Even Point sebagai penentu laba pada perusahaan
Objek Penelitian METODELOGI PENELITIAN Dalam penelitian ilmiah ini, yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan makanan yaitu RUMAH TAKOYAKI yang beralamat di ruko Duta Permai Bekasi Selatan. Data atau Variabel Data yang digunakan berupa data primer yaitu meliputi biaya produksi Data biaya bahan baku utama dan bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, biaya listrik, dan biaya lain-lain. Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Kepustakaan 2. Penelitian Lapangan Teknik Analisis 1. Analisis Break Even Point (BEP) Yaitu alat analisis yang digunakan untuk menentukan kondisi perusahaan pada saat perusahaan tidak mendapatkan keuntungan maupun menderita kerugian, atau biasa disebut dengan titik impas.
a. BEP (Q) = F ( P - V ) b. BEP (Rp) = F 1 - ( V / P ) 2. Margin of Safety (MOS) Yaitu selisih antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan pada BEP dibagi dengan penjualan yang direncanakan. MOS = Penjualan yg direncanakan Penjualan pada BEP Penjualan yg direncanakan x 100 % 3. Degree of Operating Leverge (DOL) Yaitu presentase perubahan yang terjadi pada laba bersih jika perusahan mengharapkan kenaikan volume penjualan. Degree of Operating Leverge = Laba Kontribusi Laba Bersih 4. Shut-Down Point Yaitu pada tingkat penjualan berpakah perusahaan sebaiknya menghetikan usahanya karena mengalami kerugian. Shut-Down Point =Biaya Tetap Laba Kontribusi 5. Penentuan Laba Analisis Break Even Point digunakan sebagai alat dalam penentuan laba jangka pendek pada perusahaan sehingga perusahaan dapat menentukan atau menyusun langkah langkah yang harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan usahanya. Volume Penjualan (Q) = Biaya Tetap + Laba yang direncanakan Harga Jual per Unit Biaya Variabel per Unit
PEMBAHASAN 4.2.2 Penggolongan Biaya Variabel dengan Biaya Tetap Pada penelitian ini biaya yang didalamnya terdapat biaya tetap dan biaya variabel. Tabel 4.3 Penggolongan Biaya Tetap dan Biaya Variabel RUMAH TAKOYAKI ( Per Maret 2016) o Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Rp.6.635.000-, Biaya Gaji Pegawai Rp.1.000.000-, Biaya Plastik Biaya Seterofom Biaya Kertas Nasi Biaya Sumpit Rp.300.000-, Rp.850.000-, Rp.21.000-, Rp.150.000-, Biaya Depresiasi Rp.158.333-, JUMLAH Rp.1.158.333-, Rp.7.956.000-,
Perhitungan Laba Bulan Maret 2016 Dibawah ini data penjualan dan biaya Unit RUMAH TAKOYAKI pada bulan Maret 2016 dengan asumsi harga dan biaya yang terjadi adalah tetap Tabel 4.4 Data Penjualan dan Biaya Takoyaki (Maret 2016) Keterangan Jumlah Volume Penjualan 1.100-, Harga Jual per-unit 12.000-, Biaya Variabel Per-unit 7.233-, Biaya Tetap Per-Bulan 1.158.333-, Tabel 4.5 Laporan Laba / Rugi Tahun 2016 Volume Penjualan Harga Jual Per-unit Biaya Variabel Biaya Tetap Keterangan Total Penjualan Laba Kontribusi 1.100-, 12.000-, 7.956.000-, 1.158.333-, Jumlah 13.200.000-, 5.244.000-, Laba Bersih 4.085.667-,
BEP (Unit) = 1.158.333 12.000 7.233 = 242,9899 = 243 unit BEP (Rp) = Pembuktian : 1.158.333 1 7.233 12.000 = Rp.2.915.879,2 = Rp.2.915.880 Penjualan ( 12.000 x 242,9899) Rp 2.915.878-, Biaya Var. ( 7.233 x 242,9899) Rp 1.757.545 ( - ) Laba Kotribusi Rp 1.158.333 Biaya Tetap Rp 1.158.333 ( - ) Rp 0-, Jadi unit TAKOYAKI mengalami keadaan impas (BEP) pada saat menjual produk sebanyak 243 unit atau pada saat penjualan sebesar Rp 2.915.880-,
4.2.4 Perhitungan Margin of Safety MoS (Rp) = Penjualan Yang Dianggarkan Penjualan BEP = 13.200.000 2.915.880 = Rp 10.284.120-, Penjualan Yang Dianggarkan Penjualan BEP MoS (%) = x100 % Penjualan Yang Dianggarkan 13.200.000 2.915.880 = x 100% 13.200.000 = 0,7791 x 100 % = 78 % ( Dibulatkan ) Jadi jumlah maksimum penurunan penjualan yang direncanakan boleh turun,agar perusahaan tidak menderita kerugian sebesar Rp 10.284.120 Penurunan target penjualan sedikit di atas nilai Rp10.284.120 atau sedikit di atas 78 % dari penjualan akan mengakibatkan kerugian pada RUMAH TAKOYAKI
4.2.5 Perhitungan Shut Down Point Rumus : Laba Kotribusi Contribusi Margin Rasio = x 100% Penjualan 5.244.000 = x 100% 13.200.000 = 39,72 % = 40 % Shut Down Point = Biaya Tetap Tunai Contribusi Margin Rasio Rp 1.000.000 = 40% = Rp 2.500.000
4.2.6 Perhitungan Degree of Operating Laverage Rumus : Degree of Laverage = Laba Kontribusi Laba Bersih = Rp. 5.244.000 Rp. 4.085.667 = 1,28 = 1 Kali (dibulatkan) 4.2.7 Laba Bersih Sasaran Kenaikan Laba yang = 40% x Laba Bersih Tahun 2016 diharapkan April 2016 = 40% x Rp 4.085.667 = Rp 1.634.266 Maka laba yang diharapkan = Kenaikan Laba + Laba Bersih tahun 2016 April 2016 = Rp 1.634.266 + Rp 4.085.667 = Rp 5.719.933 Penjualan = Biaya Variabel+Biaya Tetap+Laba Bersih April 2016 Rp 12.000 X = Rp 7.233 X + 1.158.333 + 4.085.667 Rp 4.767 X = 5.244.000 X Keterangan : = 1.100,062= 1.100 unit Takoyaki X = Jumlah unit yang harus dijual untuk mendapatkan laba besih sasaran
Pembuktian : Penjualan ( 12.000 x 1.100) Rp 13.200.000-, Biaya Var. ( 7.233 x 1.100) Rp 7.956.300( - ) Laba Kotribusi Rp 5.243.700 Biaya Tetap Rp 1.158.333( - ) Laba Bersih Rp 4.085.367 Dengan kenaikan laba yang dinginkan perusahaan sebesar 40% maka volume penjualan yaitu sebesar 1.100 unit takoyaki sehingga laba bersih sasaran sebesar Rp 4.085.367 4.3 Rangkuman Hasil Penelitian Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Penelitian Keterangan Titik impas bulan Maret 2016 (Rupiah) Titik impas bulan Maret 2016 (Unit) Analisa Persamaan Matematika Penjualan yang harus dicapai (Rupiah) Penjualan yang harus dicapai (Unit) Margin of Safety Jumlah Rp.2.915.880 243 unit Rp.5.719.933 Rp5.244.000 1.100 unit Rp.10.284.120 Persentase Margin of Safety 78% Degree of Operating Laverage 1 kali Shut Down Point Rp 2.500.000
KESIMPULAN Usaha RUMAH TAKOYAKI yang bergerak dalam bidang makanan dalam menjalankan usahanya di tahun 2016 akan berada dalam keadaan Impas saat perusahaan menjual produknya sebanyak 243 unit atau jika dilihat dalam rupiah maka penjualan akan mencapai impas bila saat menjual Rp 2.915.880 Perhitungan Margin of Safety dapat menunjukkan jumlah penurunan volume penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalami kerugian sebesar Rp 10.284.120 atau sebesar 78 % dari jumlah penjualan yang dianggarkan Dengan kenaikan laba yang dinginkan perusahaan sebesar 40% maka volume penjualan yaitu sebesar 1.100 unit takoyaki sehingga laba bersih sasaran sebesar Rp 4.085.367 Degree of Operating Leverage dapat menunjukkan dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan takoyaki adalah 1 kali Titik Shut Down Point pada tingkat penjualan ke Rp 2.500.000 perusahaan sebaiknya menghentikan usahanya karena mengalami kerugian.
SARAN Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan diantaranya : Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit. CATATAN Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memuat beberapa kekurangan tersebut supaya menjadi penelitian yang lebih memuat banyak substansi dan menjadi lebih akurat dalam perhitungan.