BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Banyak perusahaan yang mengidentikkan membayar pajak sebagai beban sehingga perusahaan akan berusaha meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap orang tidak dapat menghindarkan dirinya dari pajak. Pajak merupakan

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran pajak dari Wajib Pajak kepada negara merupakan suatu hal yang wajib

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenditure).

Workshop Perpajakan Manajemen Risiko Perpajakan & Tax Planning Pasca Tax Amnesty. Dr. Nur Hidayat, SE, ME, Ak, CA, BKP

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

BABl PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini,

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA LEGAL UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PAJAK PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari

Manajemen Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pajak memiliki peranan yang sangat penting. Pajak merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1999 Indonesia mulai menggalami krisis global disegala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber utama penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangatlah penting, karena diselenggarakannya roda pemerintahan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari rakyat. Oleh karena itu diperlukan partisipasi dari setiap warga negara

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. berlaku diberbagai negara. Pandiangan (2008:5) menunjukkan bahwa. Hampir semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pajak dapat didefinisikan sebagai iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pemungutan tetapi hanya merupakan pemberian sukarela

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...ii. DAFTAR ISI...v. DAFTAR LAMPIRAN.xii. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah..3

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

MANAJEMEN PAJAK. Amanita Novi Yushita

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak penduduknya, dan sebagai negara yang sedang membangun masih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada obyek

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

Kegiatan Belajar 3. Teori Justifikasi, Syarat dan Asas-Asas Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menekan pemborosan pajak dalam pemenuhan kewajiban. perusahaan dapat diminimalkan guna memperoleh laba dan likuiditas yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha dan perdagangan dihadapkan pada

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

Transkripsi:

16 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. TEORI UMUM 2.1.1.1. TEORI KEPATUHAN (COMPLIANCE THEORY) Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Teori kepatuhan sudah banyak diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologi yang mana lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi yang mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Menurut Tyler (Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan kepada hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan insentif dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang dianggap orang sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitmen through 16

17 morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun humum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku. Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk meyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan sangat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan. 2.1.1.2. TEORI PERENCANAAN Menurut Sjafrizal (2009:15), perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah dan efisien dengan sumber daya yang tersedia. Sedangkan menurut Riyadi Deddy Supriadi Bratakusumah (2004:1), menyatakan bahwa perencanaan dapat dilihat sebagai suatu proses dimana tujuantujuan, bukti faktual dan asumsi-asumsi diterjemahkan sebagai suatu proses argumen logis ke dalam penerapan kebijaksanaan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam perencanaan pada umumnya terkandung beberapa hal pokok yang dapat

18 dikatakan sebagai unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri, adapun unsur-unsur yang dimaksud meliputi : i. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta. Ini berarti bahwa perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi yang didukung dengan fakta-fakta atau dengan buktibukti yang ada. Hal ini menjadi sangat penting karena hasil perencanaan merupakan dasar bagi pelaksanaan atau aktivitas. ii. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan dilakukan. Ini berarti bahwa dalam perlu memperhatikan berbagai alternatif atau pilihan sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. iii. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau kegiatan. iv. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan. v. Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang dilaksanakan dalam kalimat yang lebih sederhana, perencanaan dapat diterjemahkan sebagai suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang lebih baik secara lebih efisien dan lebih efektif.

19 2.1.1.3 TEORI YANG MENDASARI NEGARA UNTUK MEMUNGGUT PAJAK DARI RAKYAT. Sebelum adanya undang-undang perpajakan, dalam prosesnya selalu memperhatikan masalah teori dan asas yang sifatnya universal dan unik, khususnya yang berkaitan dengan masalah keadilan pemungutannya. Tidak seperti restribusi yaitu suatu bentuk punggutan dimana pembayaran yang dilakukan orang perorangan dapat langsung menerima prestasi balik, pemunggutan pajak dalam pelaksanaannya tidak memberikan prestasi balik atau kontrak prestasi langsung, sehingga dibutuhkan suatu tinjauan khusus untuk memberikan argumen kepada masyarakat tentang kenapa negara memiliki wewenang dan atau keadilan dalam pemunggutan pajak dan kenapa masyarakat wajib membayar pajak. Teori-teori yang berkenaan dengan itu adalah teori asuransi, teori kepentingan, teori bakti, teori daya pikul dan teori daya beli (Waluyo, 2010:14). 1. Teori Asuransi Pada teori ini menyamakan negara dengan perusahaan asuransi dimana rakyat membayar sejumlah premi tertentu untuk mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan pada saat-saat tertentu. Teori ini sudah tidak sesuai karena pajak tidak bisa disamakan dengan premi asuransi karena negara tidak menanggung kerugian rakyat secara langsung dan tidak ada hubungan langsung (kontraprestasi).

20 2. Teori Kepentingan Pada teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk melinduninya di bebankan pada masyarakat. 3. Teori Daya Pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemunggutan pajak terletak pada jasa jasa yang diberikan oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul seseorang. 4. Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti) Teori ini menganggap bawah kepentingan negara lebih penting dibandingkan dengan kepentingan warganya sehingga menimbulkan hak mutlak pemunggutan pajak oleh negara kepada rakyat negaranya. Rakyat memberi baktinya kepada negara dan negara akan memberi rakyat perlindungan, pelayanan dsb. 5. Teori Asas Daya Beli Dalam teori ini didasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungut pajak dan bukan kepentingan individu atau negara, sehingga menitik beratkan pada fungsi yang mengatur.

21 Menurut Adam Smith (1901), seperti yang dikutip oleh Suherman (2011), pemunggutan pajak hendaknya didasarkan atas empat asas perpajakan, yaitu : a. Asas Equality,, dalam asas ini ditekankan bahwa pajak itu harus adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar (ability to pay) pajak tersebut dan harus sesuai dengan yang diterimanya. b. Asas Certainty atau asas kepastian hukum, dalam asas ini ditekankan bahwa pajak itu harus dari semua jelas (certain) dan tidak mengenal kompromi (non arbitrary) bagi semua wajib pajak dan seluruh masyarakat. Kepastian hukum harus tercermin mengenai subyek, objek, besarnya pajak dan juga ketentuan mengenai pembayarannya. c. Asas Convenience of Payment atau asas ketepatan waktu pemungutan, dalam asas ini ditekankan bahwa pajak harus dipungut pada saat yang paling baik bagi pembayar pajak, yaitu saat diterimanya penghasilan. d. Asas Economy, dalam asas ini ditekankan bahwa punggutan pajak hendaknya dilakukan sehemat hematnya. 2.1.2. TEORI LITERATUR 2.1.2.1. PENGERTIAN PAJAK

22 Pengertian Pajak sebenarnya telah dikenal sejak jaman dahulu yaitu semenjak raja-raja didunia ini menerima upeti dari rakyat atau negara jajahannya. Penyerahan upeti kepada raja merupakan kewajiban yang dapat dipaksakan. Upeti tersebut diguanakan oleh raja untuk membiayai keperluan pribadi dan keperluan lainnya. Seiring perubahan bentuk pemerintahan kerajaan menjadi bentuk republik, maka muncullah beberapa definisi tentang pajak. Ada beberapa pengertian atau definisi dikemukan oleh para ahli, khususnya para ahli dibidang keuangan negara, ekonomi maupun hukum. Dibawah ini definisi pajak menurut para ahli antara lain : Menurut R. Santoso Brotodiharjo dalam Sukardji (2006,1), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Undang-undang No 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

23 Definisi pajak dari berbagai ahli diatas, menunjukkan bahwa pajak yang dipunggut pada prinsipnya adalah sama yakni masyarakat diminta menyerahkan sebagian harta yang dimiliki yang merupakan kontribusi untuk membiayai keperluan barang dan jasa bagi kepentingan bersama. Dari definisi diatas pada dasarnya terdapat dua hal penting tentang pengertian pajak, yaitu : 1. Compulsory dalam hal ini menekankan bahwa pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan, artinya kewajiban pajak yang terhitung dari masyarakat kepada negara harus dibayarkan. Bila hal tersebut tidak dilaksanakan maka yang bersangkutan dapat dikenakan sangsi sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku umum. 2. Tanpa adanya timbal atau kontraprestasi langsung, karena pajak dipunggut untuk membiayai perolehan public goods seperti jalan, rumah sakit, pendidikan dll. Maksudnya adalah wajib pajak membayar pajak tidak ditujukan secara langsung imbalan apa yang diperolehnya dari pemerintah atas iuran tersebut. Sedangkan pegertian pajak secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan dana dari sector private ke sector public) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak antara lain : 1. Pajak dipunggut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

24 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontrpresepsi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipunggut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgetair, yaitu mengatur. 2.1.2.2. FUNGSI PAJAK Fungsi pajak pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Menurut Mardiasmo (2009:1), ada dua fungsi dari pajak, yaitu: 1. Fungsi Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintahan untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2. Fungsi Mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi. 2.1.3. TEORI APLIKASI 2.1.3.1. PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING) 1. Pengertian Perencanaan Pajak

25 Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak adalah meminimalkan kewajiban pajak. Perencanaan pajak dapat dikatakan sebagai tindak legal bila wajib pajak memanfaatkan celah dari ketentuan yang ada. Manajemen perencanaan pajak dalam penghematan pajak sangat tergantung pada persepsi dan motivasi wajib pajak. Perencanaan pajak berfungsi sebagai mengestimasi jumlah pajak dimasa yang akan datang yang dibayar secara formal maupun material dan melakukan efisiensi pajak tidak semata-mata dengan menghindari pajak, tetapi juga menghindari sanksi-sanksi atas kesalahan dan kelainan atas pelaksanaan kewajiban pajak. Fungsi pelaksanaan pajak dilakukan dengan melaksanakan hasil perencanaan pajak baik dari aspek formal maupun material sebaik mungkin. Sedangkan fungsi pengendalian pajak adalah untuk memastikan apakah pelaksanaan kewajiban pajak sesuai dengan rencana dan telah memenuhi aspek formal maupun material, tidak melanggar ketentuan apapun peraturan perpajakan yang berlaku dan mengevaluasi sejauh mana perencanaan pajak yang dibuat setelah dilaksanakan dalam mencapai hasil seperti yang diharapkan. Tujuan tax planning perusahaan ada tiga yaitu :

26 a. Membuka kesadaran akan pentingnya manajemen perpajakan perusahaan. b. Membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. c. Membuat metode perhitungan dalam efisienis pembayaran pajak secara legal Empat hal yang perlu diperhatikan dalam rangka melaksanakan tax planning adalah : a. Pertama, Wajib Pajak harus mengerti mengenai peraturan perpajakan yang terkait. Pelaksanaan tax planning yang melanggar undang-undang akan berakibat fatal dan bahkan dapat mengancam keberhasilan tax planning. b. Kedua, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam tax planning. Tax planning paling tidak memiliki dua tujuan yakni : 1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar. 2. Mengefisiensikan laba yang diharapkan c. Ketiga, dalam melakukan tax planning harus memahami karakter usaha Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan hampir setiap perusahaan memiliki perbedaan perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku dan kebiasaan kebiasaannya. d. Keempat, memahami tingkat kewajaran atas transaksi transaksi yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila pelaksanaan tax planning dengan mengabaikan kewajaran sudah tentu akan menimbulkan kesulitan kesulitan karena adanya

27 kecurigaan fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan, karena bisa diindikasikan adanya kecurangan pajak. Mengenai perbedaan kepentingan antara fiskus dan wajib pajak akan tax planning, prinsip, prasyarat dan motivasi tax planning dijelaskan dalam skema berikut ini : Gambar 2.1. Tax Planning Wajib pajak Fiskus Pajak mengurangi beda kepentingan Pajak sumber Kemampuan ekonomis Pendapatan Negara Bayar pajak sekecil mungkin Tarif pajak sebesar mungkin Perlu Tax Planning (Tax Avoidance Bukan Tax Evasion) 3 prinsip 2 prasyarat 1. Tidak melanggar UU 1. Memahami UU 2. Secara bisnis masuk akal 2. Menyelenggarakan 3. Bukti pendukung memadai sistem Akuntansi yang sehat Motivasi 1. Kebijakan perpajakan (tax policy) 2. Undang undang pajak (tax law) 3. Administrasi pajak (tax administration) 4. Loopholes 5. Tarif pajak 6. Moral Wajib Pajak 7. Persepsi Wajib Pajak 8. Pemeriksan Pajak 2. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak (Tax Planning) Motivasi perencanaan pajak berkaitan dengan dorongan keinginan dari dalam diri seseorang yang menimbulkan perilaku atau tindakan dalam bentuk usaha usaha mencari alternatif penghematan

28 pajak yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku, dimana tujuannya agar dapat meminimalisasi beban atau kewajiban perpajakannya yang akan dibayarkan pada pemerintah. Motivasi wajib pajak dalam melakukan perencanaan pajak selain karena dorongan dan keinginan dari dalam dirinya sendiri, dapat juga timbul akibat dari faktor faktor di luar dirinya seperti sikap pemerintah dan pengaruh teman. Motivasi yang mendasari (faktor faktor yang mempengaruhi) dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu : a. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy). Merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak boleh menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan (self assessment system). Sistem ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan sebesar besarnya kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Self assessment system merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi wajib pajak melakukan perencanaan pajak. Hal ini dikarenakan dalam setiap wajib pajak dapat

29 merencanakan sendiri pajaknya dengan cara menghitung serta membayar sendiri pajaknya serta melakukan pembukuan. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak, maka hal ini menyebabkan wajib pajak termotivasi untuk merencanakan pajaknya. Terdapat berbagai jenis kewajiban pajak yang harus dibayar di mana masing masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan pajak sendiri sendiri. Hal ini membuat wajib pajak termotivasi untuk melakukan perencanaan pajak agar jumlah pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih kecil. Pajak penghasilan adalah pajak atas laba yang dapat mengurangi besarnya penghasilan bersih. Maka diperlukan perencanaan pajak yang baik untuk bisa menganalisis atas transaksi apa akan terkena pajak yang mana dan berapa dana yang diperlukan, sehingga dapat diketahui berapa penghasilan bersih setelah pajak dan dapat meminimalisasi beban pajak dari wajib pajak. Misalnya dari segi pajak penghasilan, wajib pajak dapat memilih menggunakan pembukuan atau menggunakan norma penghitungan, jika menggunakan pembukuan wajib pajak dapat memilih menggunakan basis akrual dimana pembebanan biaya dilakukan pada saat timbulnya kewajiban atau dengan basis kas dimana pembebanan biaya dilakukan pada saat kas benar benar keluar untuk melunasi kewajiban yang muncul dari biaya

30 tersebut. Pilihan pilihan ini dapat memberikan peluang agar pajak penghasilan yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Dari segi PPN perencanaan pajak dapat dilakukan dengan cara selalu membeli dari penjual yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP), sehingga dapat meminta faktur pajak dari penjual tersebut dengan cara ini maka wajib pajak akan memperoleh pajak masukan yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran milik wajib pajak, dengan demikian beban PPN yang dibayarkan akan menjadi lebih kecil. b. Undang Undang Perpajakan (Tax Law). Undang undang perpajakan adalah sekumpulan peraturanperaturan yang mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya bahwa dimana pun tidak ada undang-undang yang dapat mengatur permasalahan secara sempurna, sehingga untuk melaksanakan undang-undang tersebut selalu diikuti dengan ketentuan seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri atau keputusan lainnya dalam rangka pelaksanaan bahasa undang-undang yang kadang-kadang sangat sulit ditafsirkan atinya untuk dilaksanakan. Maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan yang lain yang ingin dicapainya. (Suandy, 2011:13).

31 Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan tersebut. Melaksanakan tax planning dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan perundangundangan yang berlaku. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik. Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajaknya. Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat melakukan tax planning dengan cara memanfaatkan undangundang pajak yang berlaku. Pada masa sekarang ini, Wajib Pajak harus cermat dalam memilih lokasi usaha yang akan didirikan. Hal ini disebabkan, adanya lokasi-lokasi usaha tertentu yang memperoleh fasilitas yang lebih dibanding dengan lokasi/kawasan lainnya. Apabila wajib pajak ingin mendapatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah maka wajib pajak dapat memilih lokasi usaha di daerah tertentu, misalnya di Indonesia Bagian Timur. Dengan mendirikan usaha di daerah tersebut, maka Wajib Pajak dapat memperoleh banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 undangundang Nomor 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan

32 undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Di samping itu juga diberikan fasilitas seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya. Hasil suatu tax planning bisa dikatakan baik atau tidak tergantung dengan apa yang kita lakukan dan semua itu harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kadang-kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya peraturan perundang-undangan. Tindakan perubahan tersebut harus tetap dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya/kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa diperoleh rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal. Meskipun suatu tax planning sudah dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi termasuk perubahan undang-undang. c. Administrasi Perpajakan (Tax Administration). Administrasi pajak adalah metode untuk menyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya administrasi adalah bentuk dari suatu sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan. Untuk menghindari sanksi administratif, wajib pajak harus mengetahui sarana, batas

33 waktu, angsuran dan penundaan pembayaran pajak. Dalam sistem itu minimal harus mencakup hal-hal berikut : i. Memonitor transaksi transaksi utama yang mempunyai dampak perpajakan cukup signifikan, menjamin bahwa transaksi utama tersebut telah dicatat atau diperlakukan sesuai dengan undang undang dan kebijaksanaan perusahaan. ii. Menciptakan sistem pengawasan internal untuk menjamin bahwa berbagai kewajiban perpajakan yang telah diikuti dengan benar, dengan demikian resiko sanksi administrasi maupun sanksi pidana dapat dihindari atau diminimumkan sehingga tidak menimbulkan pemborosan sumber dana perusahaan. Indonesia merupakan negara dengan wilayah luas dan jumlah penduduk yang banyak. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif (Suandy, 2011:13).

34 d. Loopholes, dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil dari atau bahkan tidak membayar sama sekali atas suatu income tertentu. Dalam tax avoidance wajib pajak memanfaatkan peluang peluang (loopholes) yang ada dalam undang undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak yang lebih rendah. Loopholes memiliki 2 makna, yaitu i. Loopholes yang memang sengaja diberikan oleh pemerintah di dalam suatu tax policy yang dibuat sedemikina rupa guna mendukung suatu aktivitas atau kegiatan ekonomi tertentu. ii. Loopholes yang sebetulnya bukan maksud pembuat undang undang di dalam membuat peraturan perpajakan tersebut atau dengan kata lain tidak sejalan dengan jiwa dan semangat ketentuan perpajakan. Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal, seperti pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dan kelemahan kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan. Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini yang memunculkan celah bagi wajib pajak untuk menganalisis

35 dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik. e. Tarif Pajak (Tax Rates), dimana semakin besar tarif pajak maka semakin besar motivasi wajib pajak untuk melakukan tax planning. Sebagai contoh adalah pemberian natura kepada karyawan tidak dapat diperlukan sebagai deductible expense. Dengan adanya perbedaan tarif pajak atas objek pajak, memotivasi perusahaan untuk memotivasi perusahaan untuk memanfaatkannya agar beban pajaknya rendah. Perencanaan yang dapat dilakukan untuk menghemat beban pajak atau meminimalisasi beban pajak penghasilan yaitu dengan melihat dari segi siapa yang menanggung beban, maka PPh pasal 21 dapat dilakukan melihat 3 bentuk : a. PPh pasal 21 ditanggung oleh karyawan Dalam hal ini jumlah PPh pasal 21 yang tertuang akan ditanggung karyawan itu sendiri sehingga benar-benar mengurangi penghasilan. Istilah yang sering digunakan adalah PPh pasal 21 yang dipotong oleh perusahaan. b. PPh pasal 21 ditanggung perusahaan Dalam hal ini, jumlah PPh pasal 21 yang terutang akan ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, gaji yang diterima oleh karyawan tersebut tidak dikurangi dengan PPh pasal 21 karena perusahaan yang

36 menanggung beban PPh pasal 21. Penghitungan PPh pasal 21 tersebut tidak dilakukan dengan cara gross up, karena tidak menambah secara langsung penghasilan bruto karyawan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan. c. PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan dengan menggunakan metode gross up. Apabila PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka jumlah tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan kemudian baru dikenakan PPh pasal 21. Dalam hal ini perhitungan dilakukan dengan cara gross up dimana besarnya tunjangan pajak sama dengan jumlah PPh pasal 21 terutang untuk masing-masing karyawan. Selain itu ada unsur lain yang juga tidak kalah pentingnya yaitu perencanaan atas biaya/pengeluaran yang akan ditanggung perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana biaya/pengeluaran ada yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau sering disebut deductible expense dan ada yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau sering disebut non deductible expense. Dari semua unsur tersebut harus dapat memerankan peran dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

37 3. Syarat syarat Tax Planning Ada lima persyaratan pokok yang harus ada dalam tax planning, yaitu : a. Mengerti peraturan perpajakan atau peraturan lainnya yang terkait. b. Menentukan tujuan yang ingin di capai dalam tax planning. c. Memahami karakter dari usaha wajib pajak. d. Memahami tingkat kewajaran atas transaksi yang diatur dalam tax planning. e. Tax planning harus didukung oleh kebijakan akuntansi (accounting treatment) dan didukung dengan bukti bukti yang memadai. 4. Strategi dalam Tax Planning Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan wajib pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar, yaitu : a. Pergeseran Pajak (Tax Shifting), adalah pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sama sekali tidak menanggungnya. b. Kapitalisasi, adalah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.

38 c. Transformasi, adalah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya. d. Tax evasion, adalah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan. e. Tax avoidance, adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada. 5. Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak Agar perencanaan pajak dapat berjalan sesuai dengan tujuan menurut suandy diperlukan tahapan tahapan yang terencana sebagai berikut : 1) Menganalisa informasi yang ada. Pada tahap ini perencana pajak harus menganalisis dan mempertimbangkan semua aspek yang mungkin terlibat dalam perencanaan pajak. Pertimbangan ini menimbang segala kemungkinan keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan perencanaan pajak. Faktor faktor yang perlu diperhatikan antara lain : i. Fakta yang relevan Dalam era globalisasi serta meningkatnya persaingan yang semakin ketat maka seseorang manager pajak dalam merencanakan pajak untuk suatu organisasi dituntut harus benar-benar menguasai situasi yang dihadapi baik segi

39 internal maupun eksternal dan selalu update mengenai perubahan perubahan yang terjadi agar tax planning dapat dilakukan yang mempunyai dampak perpajakan. ii. Faktor pajak Dalam melakukan pembuatan perencanaan pajak perlu diperhatikan faktor faktor pajak dari suatu Negara untuk menjamin berhasilnya suatu perencanaan pajak, secara komprehensif faktor faktor pajak dapat diuraikan sebagai berikut : a) Tipe / Jenis pajak yang ada Dalam penyusunan suatu kebijakan perpajakan, pemerintah akan menuntut pajak yang disesuaikan dengan tujuan yang akan tercapai. Oleh karena itu seorang perencana pajak harus mengetahui secara pasti kewajiban perpajakan yang akan dihadapi baik pajak domestik maupun pajak luar negeri. b) Masalah penafsiran terhadap suatu undang undang perpajakan. Penentuan definisi suatu istilah terkadang menimbulkan masalah baik dalam konteks hukum perpajakan sendiri maupun dalam hubungan dengan sistem lain atau dalam menafsirkan atas suatu undang undang atau perjanjian. c) Faktor penghubung.

40 Kewajiban perpajakan sangat tergantung pada keberadaan faktor penghubung antara yuridiksi perpajakan dengan Wajib Pajak. Untuk itu Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjadi penghubung adalah domisili dan kewarganegaraan. Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan yang menjadi faktor penghubung adalah bentuk badan usaha itu sendiri, kepemilikan, tempat kedudukan manajemen dan tempat didirikan badan tersebut. d) Insentif Pajak Insentif pajak adalah salah satu bentuk fasilitas yang diberikan kepada investor untuk aktifitas tertentu atau untuk wilayah tertentu ini merupakan salah satu fungsi regulerend didalam perpajakan indonesia. e) Tax havens, selalu berkaitan dengan kondisi untuk melakukan justifikasi tentang : 1. Dimana Negara atau wilayah yang tidak ada pajak yang dipungut. 2. Dimana Negara atau wilayah mengenakan pajak hanya untuk international taxable event atau dipungut pada tarif terendah atau hanya dipungut dari keuntungan yang diperoleh dari sumber luar negeri.

41 3. Dimana Negara atau wilayah yang memberikan perlakuan khusus kepada wajib pajak tertentu atau kejadian tertentu. f) Anti avoidance Dalam sistem perpajakan, anti avoidance berkaitan dengan arm s length transaction terutama dalam lingkup pajak international. Hal ini terutama berkaitan dengan transaksi transaksi perusahaan multinasional yang bersifat lintas Negara. 2) Buat satu model / lebih rencana kemungkinan besarnya pajak. Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakan tindakan berikut : i. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional. ii. Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen dari negara tersebut. iii. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan. 3) Evaluasi pelaksanaan rencana pajak Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategi perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan terhadap beban pajak (tax burden), perbedaan laba kotor dan penghasilan selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan.

42 4) Mencari kelemahan dan kemungkinan memperbaiki kembali rencana pajak. Untuk mengatakan hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, pastinya harus dievaluasi dengan berbagai rencana yang telah dibuat. Dengan demikian keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi. 5) Mutakhiran rencana pajak, meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari undang undang maupun pelaksanaannya (negara dimana aktivitas tersebut dilakukan) yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian. 6. Langkah langkah Perencanaan Pajak (Tax Planning) a. Maksimalisasi Penghasilan yang dikecualikan Usaha maksimalisasi penghasilan yang dikecualikan adalah usaha memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak dengan didasarkan pada variabel penghasilan yang bukan berbagai objek pajak. b. Memaksimalkan Beban beban fiskal Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dengan meningkatkan beban beban yang dapat dikurangkan atau

43 menekan beban yang tidak dapat dikurangkan atau dialihkan ke beban beban yang dapat dikurangkan. 2.1.4. PENELITIAN TERDAHULU DAN PERBEDAAN DENGAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1.4.1. Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu seperti Mira Sari (2008) dengan judul Analisa faktor faktor yang memotivasi wajib pajak orang pribadi di kelurahan gundih, Martha Tanuwardi (2009) dengan judul Analisis faktor faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan tax planning, dan Novrian Satria (2010) dengan judul Pengaruh kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan dan administrasi perpajakan. Ketiga penelitian itu menghasilkan hal yang sama, hasilnya variabel kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Bonner dan Betty (2011) penelitian ini dilakukan diluar negeri, Stephanie Wibowo dan Yenni Mangoting (2013) dengan judul Analisis faktor faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning dan Risma Bestari (2015) dengan judul Analisis faktor faktor yang memotivasi manajemen melakukan tax planning, hasilnya variabel kebijakan perpajakan, undang undang

44 perpajakan, administrasi perpajakan, moral pajak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Berbeda dengan penelitian Agus Subekti (2007) dengan judul Faktor faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan tax planning, dimana penelitian ini menghasilkan bahwa variabel kebijakan perpajakan dan administrasi perpajakan berpengaruh secara signifikan sedangkan undang undang perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Sedangkan dalam penelitian Jofita Meida (2011) dengan judul Analisis faktor faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning, hasil penelitiannya variabel administrasi perpajakan berpengaruh signifikan, tetapi untuk variabel kebijakan perpajakan dan undang undang perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Livia Robin (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisa faktor faktor yang memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk melakukan tax planning mengungkapkan bahwa variabel kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan dan persepsi wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Hal tersebut juga diperjelas oleh Sally Tanjung dan Elisa Tjondro (2013) yang berjudul Pengaruh

45 kebijakan perpajakan, peraturan perpajakan, sanksi administrasi dan pemeriksaan pajak, persepsi wajib pajak terhadap perencanaan pajak wajib pajak orang pribadi yang merupakan klien dari kantor konsultan pajak x dengan menambahkan 1 (satu) variabel yang berbeda. Hasil penelitiannya membuktikan variabel kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, pemeriksaan pajak dan persepsi wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Ida Hamadah (2010), Marfuah (2010) dan Fatimah Fad aq (2010) melakukan penelitian dengan judul yang sama yaitu Analisis faktor faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning. Mereka bertiga melakukan penelitian dengan variabel kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes dan tarif pajak terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning. Namun ketiganya menghasilkan hasil penelitian yang berbeda satu sama lain meskipun variabel yang digunakan sama. Menurut Ida Hamadah (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan dan administrasi perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Sedangkan loopholes dan tarif pajak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Akan tetapi

46 menurut Marfuah (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, loopholes dan tarif pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Sedangkan administrasi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen dalam melakukan tax planning. Hasil yang berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Fad aq (2010) yang memberikan hasil bahwa seluruh variabel yaitu undang-undang perpajakan, kebijakan perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes dan tarif pajak, berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning. Ringkasan penelitian terdahulu dapat di lihat pada tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variabel Yang Digunakan 1. Jofita Meida Variabel bebas dan Dwi dan yang digunakan Suhartini adalah kebijakan (2010) pajak, undang undang perpajakan dan administrasi perpajakan. Variabel terikat adalah tax planning. 2. Stephanie Variabel bebas Wibowo dan yang digunakan Yenni adalah kebijakan Alat Analisis Analisis regresi linear. Analisis regresi linier Hasil Penelitian Kebijakan pajak, undang undang pajak dan administrasi adalah semua faktor yang memotivasi manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak di perusahaan industri kimia pajak yang terdaftar di Disperindag Surabaya 2010. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, resiko deteksi dan

47 Mangoting (2013) 3. Marfuah (2010) 4. Agus Subekti (2007). 5. Sally Tanjung dan Elisa Tjondro perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, resiko deteksi dan moral wajib pajak. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning di KPP Pratama Surabaya Sukomanunggal. Variabel bebas yang digunakan adalah kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes dan tarif pajak. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning. Variabel bebas yang digunakan adalah kebijakan perpajakan, administrasi perpajakan, undang undang perpajakan. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning di KPP Perusahaan Masuk Bursa Jakarta. Variabel bebas yang digunakan adalah kebijakan perpajakan, berganda. Analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda. Analisa regresi berganda moral wajib pajak berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel tax planning. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, loopholes dan tarif pajak berpengaruh tidak signifikan, sedangkan administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap tax planning. Analisa data diketahui secara simultan, kebijakan perpajakan dan administrasi perpajakan mempunyai pengaruh signifikan terhadap tax planning. Secara parsial, undang undang perpajakan tidak signifikan berpengaruh terhadap tax planning Kebijakan perpajakan, peraturan perpajakan, sanksi administrasi dan pemeriksaan

48 (2013) peraturan perpajakan, sanksi administrasi dan pemeriksaan pajak, dan persepsi wajib pajak. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning yang merupakan klien dari kantor konsultan pajak X. 6. Martha Variabel bebas Tanuwardi yang digunakan (2009) adalah kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, dan administrasi perpajakan. Variable terikat yang digunakan adalah tax planning yang terdaftar di SIER Surabaya. 7. Novrian Variabel bebas Satria (2010) kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan dan administrasi perpajakan. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning pada perusahaan tekstil di eks karisidenan Surakarta. Analisis multivaret Structural Equation Model (SEM) Analisa regresi berganda pajak, persepsi wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perencanaan pajak wajib pajak orang pribadi di KKP X baik secara parsial maupun simultan. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, dan administrasi perpajakan berpengaruh terhadap tax planning. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, dan administrasi perpajakan berpengaruh secara simultan terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning.

49 8. Bonner dan Betty (2011) 9. Risma dan Bestari (2015) 10. Fatimah Fad aq (2010) Expertise in Corporate Tax Planning: The Issue Identification Stage Variabel bebas yang digunakan, yaitu kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, dan moral pajak. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama dan Madya Semarang. Variabel bebas yang digunakan yaitu : kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati. Analisis regresi berganda Analisis regresi berganda Analisis faktor Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan deklaratif seseorang dan pengetahuan prosedural pajak merupakan salah satu faktor paling penting untuk melakukan perencanaan pajak dalam suatu perusahaan. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, dan moral pajak berpengaruh positif terhadap motivasi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak mempengaruhi penerapan tax planning.

50 11. Ida Hamadah (2010) 12. Mira Sari (2008) 13. Livia Robin (2012) Variabel bebas yang digunakan adalah kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak. Variabel yang terikat adalah tax planning perusahaan di wilayah DKI Jakarta. Variabel bebas yang digunakan adalah kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan dan administrasi perpajakan. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning wajib pajak orang pribadi di kelurahan gundih Surabaya. Variabel bebas yang digunakan, yaitu kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, dan admnistrasi perpajakan. Variabel terikat yang digunakan adalah tax planning wajib pajak orang pribadi Surabaya. Analisis regresi berganda Analisis regresi berganda Analisis Faktor Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, admnistrasi perpajakan berpengaruh signifikan sedang loopholes dan tarif pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap tax planning. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan dan admnistrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap tax planning. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan dan administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap tax planning.

51 2.1.4.2 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagaimana telah di uraikan pada bagian sebelumnya diantaranya menganalisa faktor faktor yang mempengaruhi manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning dengan variabel terikat yang sama yaitu tax planning. Dengan variabel bebas yang berbeda beda, yaitu kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan dan administrasi perpajakan (Martha Tanuardi, 2009 dan Jofita Meida dan Dwi dan Suhartini, 2010, serta Agus Subekti, 2007). Sedangkan dalam penelitian Stephanie Wibowo dan Yenni Mangoting (2013) menambahkan variabel resiko deteksi dan moral wajib pajak. Dalam penelitian Marfuah (2010) menambahkan variabel loopholes dan tarif pajak. Sally Tanjung dan Elisa Tjondro (2013) menambahkan variabel peraturan perpajakan, sanksi administrasi dan pemeriksaan pajak, dan persepsi wajib pajak. Atas dasar ketidak konsistennya hasil temuan beberapa peneliti dan beberapa variabel independen yang masih jarang diteliti maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini kembali mengenai mengenai faktor faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning di perusahaan wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan variabel independen yaitu kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, tarif pajak, moral wajib pajak, persepsi wajib pajak, pemeriksaan pajak dan variable dependen yaitu tax planning.

52 Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah adanya perbedaan lokasi penelitian, tahun penelitian, variabel yang diteliti serta jumlah populasi sampel penelitian. 2.2. RERANGKA PEMIKIRAN Motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah suatu keinginan untuk meminimalkan beban pajak yang pada akhirnya dapat memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam operasional perusahaan. Dimana perencanaan pajak merupakan salah satu unsur penunjang untuk mencapai tujuan perusahaan. Unsur penunjang lainnya, yaitu unsur pendapatan atau penghasilan yang dihasilkan oleh perusahaan, dimana pendapatan/penghasilan merupakan objek pajak tidak final dan ada juga yang merupakan objek pajak final. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah hal yang menjadi faktor yang memotivasi perusahaan untuk melakukan tax planning. Kebijakan perpajakan, undang undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, tarif pajak, moral wajib pajak, persepsi wajib pajak dan pemeriksaan pajak diduga dapat berpengaruh terhadap perusahaan untuk melakukan tax planning.

53 Kebijakan Perpajakan (H 1 ) UU Perpajakan (H 2 ) Administrasi Perpajakan (H 3 ) Tax Planning (Y) Loopholes (H 4 ) Tarif Pajak (H 5 ) Moral WajibPajak (H 6 ) Persepsi Wajib Pajak (H 7 ) Pemeriksaan Pajak (H 8 ) Gambar 2.2 Model Pemikiran Teoritis 2.3. HIPOTESIS Dikarenakan sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem self assessment dimana wajib pajak boleh menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan. Maka dapat dikatakan bahwa apabila pengetahuan mengenai kebijakan perpajakan mengalami peningkatan maka perencanaan pajak juga mengalami peningkatan. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

54 Ha 1 : Kebijakan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Sally Tanjung dan Elisa Tjondro (2013) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa kebijakan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan yang meliputi prosedur perpajakan, objek pajak dan pengurang objek pajak, tarif pajak, dan jenis pajak yang dipungut. Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak boleh menghitung, membayar dan menyetorkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan (self assessment system). Self assessment system merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi wajib pajak melakukan perencanaan pajak. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak, maka hal ini membuat wajib pajak termotivasi untuk merencanakan pajaknya. Dengan pengetahuan wajib pajak tentang kebijakan perpajakan, akan membuka peluang bagi wajib pajak untuk melakukan perencanaan pajak dalam meminimalisasi beban pajak yang harus dibayar. Definisi operasional dari kebijakan perpajakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan wajib pajak tentang kebijakan perpajakan. Untuk

55 mengetahui tinggi rendahnya pengetahuan wajib pajak tentang kebijakan perpajakan yang memotivasi wajib pajak melakukan perencanaan pajak. Semakin banyak celah celah yang terdapat di dalam undang undang perpajakan, maka semakin tinggi pula kesempatan manajemen perusahaan untuk merencanakan pajak dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis berikut ini : Ha 2 : Undang undang perpajakan berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Undang undang perpajakan berpengaruh positif, artinya celah celah yang terdapat di dalam undang undang perpajakan tersebut yang digunakan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. (Stephanie Wibowo dan Yenni Mangoting, 2013). Undang undang perpajakan adalah kumpulan peraturan peraturan yang mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya dimanapun tidak ada peraturan perpajakan yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dan memanfaatkan celah celah dari peraturan perundang undangan yang berlaku dengan cermat untuk merencanakan pajak yang baik. Wajib pajak yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang peraturan perpajakan akan memanfaatkan dan mencari celah celah dalam peraturan perundang undangan untuk melakukan

56 perencanaan pajak agar jumlah pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Hal yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pindana karena adanya penafsiran antara aparat fiskus dan wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis berikut ini : Ha 3 : Administrasi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Martha Tanuwardi (2009) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa administrasi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Administrasi perpajakna (tax administration) adalah cara cara pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi perpajakan diupayakan agar bisa merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN. Wajib pajak harus mengusai peraturan perpajakan untuk menghindari tax penalty sehingga dapat menghindari sanksi perpajakan. Sanksi administrai berupa bunga, denda atau kenaikan yang dapat menyebabkan pemborosan sumber daya yang seharusya tidak terjadi bila wajib pajak mengerti dan mematuhi ketentuan peraturan

57 perpajakan. Untuk menghindari sanksi administratif, wajib pajak harus mengetahui sarana, batas, waktu, angsura dan penundaan pembayaran pajak. Dalam tax avoidance wajib pajak memanfaatkan peluang peluang (loopholes) yang ada dalam undang undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak yang lebih rendah. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis berikut ini : Ha 4 : Loopholes berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Marfuah (2010) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa loopholes akan berpengaruh terhadap motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning. Pengetahuan yang memadai mengenai perpajakan merupakan langkah penting bagi perusahaan untuk menentukan loopholes yang menguntungkan karena bagaimanapun lengkapnya suatu peraturan, belum tentu dapat mencakup semua aspek (Rori, 2103). Maka dari itu, selain pengetahuan yang memadai, wajib pajak juga wajib untuk selalu mengikuti perkembangan dan perubahan peraturan perpajakan agar dapat menentukan loopholes lainnya. Loopholes dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil atau tidak membayar sama sekali. Dalam penghindaran pajak, wajib