ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA PEMATANG SIANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA TAPAK

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

PENDAHULUAN. Kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu. 33 UUD 1945: bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

Transkripsi:

Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan menjadi kawasan industri, pusat pemerintahan, pusat pertokoan, perkantoran, kawasan perrnukiman, dan berbagai peruntukan lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan infrastruktur kota yang semakin pesat, kini menyebabkan terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup. Salah satu perubahan kualitas lingkungan yaitu terjadinya peningkatan suhu atau pemanasan lingkungan (iklim mikro) kota. Menurut Irwan (2008), salah satu penyebab terjadinya peningkatan suhu perkotaan adalah padatnya bangunan dan gedung-gedung tinggi, sehingga cahaya matahari terpantul ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. Kota Pematangsiantar sebagai kota kedua terbesar di Provinsi Sumatera Utara memiliki perkembangan penduduk dan ekonomi yang cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah 79.971 km 2 dan jumlah penduduk 229.965 jiwa dengan kepadatan sebesar 2.882 jiwa/km 2 (BPS, 2011). Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan. Kecamatan yang diantaranya memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Siantar Barat yaitu 11.057 jiwa/km 2. Pusat kegiatan kota Pematangsiantar pada sektor perekonomian, sektor pemerintahan maupun jasa terkonsentrasi di kecamatan ini. Pesatnya pertumbuhan kota ini

memicu terjadinya peningkatan suhu, menyebabkan karakteristik iklim di kawasan kecamatan Siantar Barat berbeda dengan iklim kawasan di sekitarnya. Perubahan karakteristik iklim tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ketersediaan luas ruang terbuka hijau terhadap padatnya penduduk dan aktivitas kota sehingga tercipta suasana tidak nyaman dan gersang di kawasan Kecamatan Siantar Barat. Menurut Adisasmita (2006), angka pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota yang cukup pesat mengakibatkan terjadinya penumpukan panas yang berpengaruh terhadap iklim mikro kota. Selanjutnya menurut Danoedjo (1990) iklim mikro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi iklim setempat yang dapat memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa). Faktor fisik yang mempengaruhi kenyamanan dan keseimbangan kota diantaranya adalah suhu udara, kelembaban relatif dan kecepatan angin. Indriyanto (2005) menjelaskan iklim mikro kota sangat bergantung pada kondisi vegetasi yang ada pada suatu kawasan. Vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa lingkungan di perkotaan, salah satunya adalah untuk mereduksi peningkatan suhu udara. Menurut Dahlan (1992) vegetasi juga berfungsi sebagai penahan dan penyaring partikel padat dari udara, mengontrol air tanah, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, peredam kebisingan, penahan angin, mengurangi pantulan cahaya, penyerap dan penapis bau

dan mengatasi penggenangan air. Berkaitan dengan fungsi ameliorasi iklim mikro, Dahlan (2004) menyebutkan bahwa tumbuhan yang mengitari sebuah gedung mampu memberikan efek kesejukan setara dengan 15 buah AC. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pembangunan ruang terbuka hijau yang dapat berperan dalam perbaikan iklim mikro kawasan perkotaan, baik dalam bentuk pengelolaan taman kota, hutan kota maupun jalur hijau baik yang berada di tengah-tengah kota, di pinggir kota, sepanjang jalan maupun tempat pemakaman dengan luas yang proporsional untuk menjaga dan memperbaiki iklim mikro. Dalam Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, dijelaskan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan atau vegetasi guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, luas ruang terbuka hijau minimal 30% dari seluruh wilayah kota. Apabila luas kota dan jumlah ruang terbuka hijau seimbang maka akan tercipta kota yang nyaman dan sejuk. Irwan (2008) menjelaskan hutan kota dapat menurunkan suhu kota sekitarnya sebesar 3,46% pada siang hari pada permulaan musim hujan dan menaikkan kelembaban sebesar 0,81% di siang hari pada permulaan musim hujan. Dengan demikian, keberadaan ruang terbuka hijau atau

vegetasi pohon mutlak dibutuhkan untuk menurunkan suhu di Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar. 1. 2. Perumusan Masalah Perumusan masalah mengacu pada perubahan kondisi iklim mikro di Kecamatan Siantar Barat yang semakin panas akibat peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas kota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan ruang terbuka hijau sehingga menjadikan suhu udara terasa gersang dan tidak nyaman. Penyediaan ruang terbuka hijau merupakan salah satu upaya dalam pengendalian iklim mikro di Kecamatan Siantar Barat. Fungsi vegetasi sebagai elemen pengendali suhu udara dapat dioptimalkan apabila luas ruang terbuka hijau proporsional. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1) Berapa jauhkah jarak jangkau dari efek vegetasi pohon terhadap perubahan suhu di kawasan Kecamatan Siantar Barat. 2) Berapakah jumlah pohon yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan iklim mikro Kecamatan Siantar Barat, sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari pembangunan hutan kota untuk menjaga keseimbangan iklim mikro di Kecamatan Siantar Barat. 3) Bagaimana penyebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Siantar Barat.

1.3.Tujuan Penelitian 1) Menganalisis jarak jangkau efek vegetasi ruang terbuka hijau terhadap suhu udara di Kawasan Siantar Barat. 2) Mengetahui luas ruang terbuka hijau yang ideal untuk menjaga keseimbangan iklim mikro di Kecamatan Siantar Barat. 3) Untuk mengetahui penyebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Siantar Barat. 1.4.Batasan Masalah Adapun batasan dalam penelitian ini adalah : 1) Penelitian hanya dilakukan di Kecamatan Siantar Barat yaitu Taman Hewan Pematangsiantar (THPS) dan Pekuburan Cina Jalan Ade Irma Suryani. 2) Ruang terbuka hijau sebagai pengendali iklim mikro dibatasi pada penghitungan kerapatan vegetasi. 3) Komponen iklim mikro kota yang diteliti yaitu perbedaan suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin pada jarak yang berbeda.

1.5.Manfaat Penelitian 1) Memberikan informasi mengenai kemampuan pohon dalam memodifikasi iklim mikro kota sehingga tercipta suhu udara yang sejuk, nyaman dan sehat. 2) Memberikan informasi mengenai nilai dari ruang terbuka hijau sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi menjaga dan mengembangkan ruang terbuka hijau. 3) Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi pihak pemerintah agar pembangunan kota berbasis lingkungan.