BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan Forum Ekonomi Dunia.. Forum Ekonomi Dunia, forum pertama yang menyatukan aktor internasional seperti kepala negara, elit bisnis dan akademisi ini yang selama ini dianggap sebagai perpanjangan dari usaha neoliberalisme mencari pasar dan meluaskan akumulasi modal. Forum Sosial Dunia juga merupakan kulminasi dari gerakan perlawanan yang sebelumnya banyak dilakukan di Quebec, Davos, dan Guthenburg. Berserak dan beragamnya perlawanan terhadap globalisasi ekonomi neoliberal membuat Bernard Chassen dan Chico Whitaker menginisiasi adanya forum gerakan bersama untuk saling membagi ide perlawanan. Forum Sosial Dunia berusaha hadir dalam rangka menolak FED sekaligus menjadi jawaban atas kritik gerakan sosial yang tidak efektif karena kurangnya tekanan aksi politik dan mobilisasi massa yang besar. Ide FSD sebagai ruang terbuka merupakan strategi forum untuk merealisasikan alternatif itu sendiri. Pertemuan yang inklusif, terbuka, dan nonhierarkis menjadi basis ide forum. Prinsipnya yang non pemerintah, nonpartai dan nonkonvensional, berhasil mencuri perhatian gerakan sosial di seluruh dunia. Peningkatan jumlah partisipan terjadi setiap tahun penyelenggaraannya. Forum Sosial Dunia berhasil menjadi ruang publik bagi gerakan sosial untuk terus membincangkan ide perlawanan, mencari alternatif, dan melakukan aksi perlawanan. Forum Sosial Dunia melalui kegiatan berbagi bersama, lokakarya, diskusi, aksi protes, dan event kultural menjadi ekologi perlawanan dalam mendefinisikan kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. Pemilihan Mumbai sebagai tempat keempat diselenggarakannya FSD bukan tanpa alasan. Kota Mumbai mewakili perang wacana yang digulirkan sejak
pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga merupakan kota paling korup dan paling sering terjadi kekerasan sektarian. Penyelenggaraan FSD di Mumbai juga terkait dengan rencana internasionalisasi forum bahwa penyebaran kontrahegemoni tidak hanya di kawasan Amerika Latin saja. Kegiatan dilaksanakan di ruang-ruang publik yang terhimpit gedung-gedung besar yang di belakangnya terdapat pemukiman kumuh. Forum Sosial Dunia menggunakan Mumbai sebagai simbol perang posisinya terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. Atmosfer India dengan partisipasi penuh komunitas akar rumput dan juga kelompok minoritas yang sebelumnya tidak terakomodasi aspirasinya, yaitu dalits. Kelompok yang hidup dalam diskriminasi kasta ini mengirimkan partisipannya sebanyak 30,000. Isu diskusi perlawanan semakin beragam dengan munculnya isu-isu seperti gender, rasisme, kasta, ekologi, dan kritik terhadap gerakan sosial yang ada. Perang posisi dikuatkan dengan keterlibatan komunitas akar rumput dan gerakan sosial yang heterogen, hal tersebut semakin menguatkan kontrahegemoni dengan mengumpulkan kekuatan sosial yang beragam. Penyelenggaraan FSD Mumbai juga bergerak dari perang posisi ke perang gerakan. Perlawanan tidak hanya sebagai simbol, tetapi dilakukan dengan penuh kesadaran, menyerang langsung kepada hegemoni. Komite Organisasi Pelaksana FSD Mumbai menolak keterlibatan donor (khususnya Ford Foundation) untuk mendukung kegiatan di Mumbai. Perlawanan tersebut disuarakan jauh hari sebelum pelaksanaan FSD, berasal dari berbagai macam komunitas akar rumput India. Keberadaan donordonor internasional yang ada karena perusahaan-perusahaan multinasional mereduksi arti perlawanan terhadap hegemoni globalisasi ekonomi neoliberal itu sendiri. Forum Sosial Dunia menjadi satu-satunya kegiatan FSD yang tidak didukung oleh Ford. Keterlibatan partai politik, dalam hal ini adalah Partai Komunis India, baik Marxist Lenin- maupun partai komunis Mao, menggebrak tatanan yang selama ini
disepakati oleh forum, bahwa tidak boleh ada campur tangan partai politik. Komite Organisasi India tidak menolak keikutsertaan partai politik karena memang dikehendaki oleh seluruh forum. India menunjukkan tekanan untuk menjadikan FSD tidak hanya sekedar festival perlawanan saja dengan terus melakukan kritik kepada internal FSD. Mumbai Resistance menggambarkan perang gerakan pada pelaksanaan FSD di tahun ke-empat. Kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan konsep FSD yang (hanya) ruang perbincangan tentang perlawanan, melawan langsung FSD. Mereka yang terdiri dari komunitas akar rumput dan partai komunis ini menolak menggantungkan harapan kontrahegemoni kepada lembaga-lembaga nonpemerintah yang masih didanai oleh donor internasional. Mereka mengintervensi langsung penyelenggaraan FSD dengan mengadakan protes di seberang pelaksanaan seluruh kegiatan. Mumbai Resistance menyayangkan Forum Sosial Dunia yang meniadakan kekuatan bersenjata, perlawanannn tehadap globalisasi ekonomi neoliberal mundur selangkah dari Seattle. Forum Sosial Dunia Mumbai menggambarkan perang posisi dengan pemilihan Mumbai sebagai tuan rumah dan berbagai isu heterogen yang diakomodasi di sana. Forum Sosial Dunia Mumbai juga bergerak dengan perang manuver atau perang gerakan dengan secara langsung menolak dukungan donor internasional. Isuisu untuk mengubah FSD tidak hanya sekedar perang posisi saja terus dilakukan dengan adanya Mumbai Resistance. Protes-protes langsung saat penyelenggaraan dan penolakan langsung terhadap donor membuat FSD cukup gamang menentukan langkah kontrahegemoninya terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. Prinsip dasar FSD atau Charter of Principle s Forum Sosial dunia ternyata tidak berjalan dinamis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh gerakan-gerakan sosial di luar FSD. Prinsip ruang terbuka untuk menjadikan forum sebagai ajang berbagi perlawanan tidak berubah sehingga memang tidak ada kesatuan aksi atau mengubahnya sebagai Internasional yang baru. Bentuk forum memang dinamis
dengan terus menginternasionalisasi, tetapi tidak ada perubahan yang jelas apakah forum akan benar-benar mewujudkan alternatif sosialisme, misalnya, atau tetap menjadikan alternatif itu sebagai pilihan. Perlawanan yang dilakukan oleh Forum Sosial Dunia masih sesuai dengan prinsipnya terbuka. Polisentrisme merupakan salah satu usaha perang posisi terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. Wacana kontrahegemoni terus disebarkan ke negara-negara Selatan yang terkena dampak kapitalisme paling besar. Forum Sosial Dunia konsisten untuk menghubungkan gerakan sosial lokal, regional, dan internasional melalui polisentrisme. Forum Sosial Dunia berusaha mendekatkan wacana perlawanan lebih dekat dalam konteks geopolitik dan gerakan sosial akar rumput. Bamako Mali, Karachi Pakistan merupakan salah satu political willing yang dilakukan oleh forum untuk membawa perlawanan ke Afrika dan Asia. Forum kemudian menemui kegamangan aksi dengan adanya tuntutan untuk lebih dari sekedar perang posisi. Tuntutan perubahan arah perang gerakan mengemuka sejak FSD Mumbai, sampai sekarang belum benar-benar ada perlawanan secara langsung. Dokumen-dokumen seruan untuk menolak dan melawan globalisasi ekonomi neoliberal secara langsung dihasilkan di Afrika, yaitu Bamako Appeal. Terlepas dari kepentingan politiknya, Chavez mengajak untuk benar-benar mewujudkan secara serius alternatif yang dimaksudkan forum.mumbai Resistance bahkan menjelaskan posisi politiknya bahwa perlawanan terhadap globalisasi ekonomi neoliberal harus dimulai dengan menolak keberadaan donor-donor internasional yang ada di bawah kendali perusahan multinasional. Pembentukan Forum Sosial Dunia dengan menghadirkan bentuk forum yang nonhierarki,horizontal dan memberikan ruang sebesar-besarnya bagi gerakan sosial menggambarkan perang posisi terhadap globalisasi ekonomi neoliberal. Perang gerakan FSD sempat terlihat dengan adanya Mumbai Resistance. Namun, perlawanan secara langsung dan pelaksanaan alternif secara masif belum dilakukan padahal beragam dokumen seruan untuk melaksanakan perlawanan sudah ada. Prinsip ruang
terbuka yang sampai sekarang minim perang gerakan menjadikan FSD sebagai forum rutin tahunan yang membincangkan perlawanan terhadap neoliberalisme. Gerak diam Forum Sosial Dunia belum menjawab secara tuntas kontra-nya terhadap hegemoni globalisasi ekonomi neoliberal.