HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG POSYANDU DAN KADER DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI KELURAHAN NANGGELENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGELENG KOTA SUKABUMI Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2 Latar belakang penelitian ini di puskesmas Nanggeleng masih tingginya kader yang tidak aktif hal ini disebabkan oleh pengetahuan kader posyandu yang masih kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader Posyandu tentang Posyandu dan Kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu.pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Posyandu merupakan pos pelayanan kesehatan dasar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, yang didalamnya terdapat peran aktif dari kader Posyandu. Partisipasi kader posyandu adalah keikutsertaan kader dalam kegiatan Posyandu (Widiastuti A, 2007). Jenis penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling jenuhdengan Populasi 105 orang. Berdasarkan uji statistic untuk reliabilitas diperoleh nilai r = 926 atau r 0,6 dan nilai p = 0.000 ini berarti tolak H0 karena p value <0.05. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang Posyandu dan Kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu. Pengetahuan kader posyandu tentang posyandu dan kader sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu 74 responden (77,9%) sebagian besar kader Posyandu tidak berpartisipasi terhadap kegiatan posyandu yaitu sebanyak 52 responden (54,7%). Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang Posyandu dan Kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu. Maka disarankan pada Puskesmas Nanggeleng untuk dapat meningkatkan pelatihan terhadap Kader Posyandu. Kata kunci :Pengetahuan, Kader Posyandu, partisipasi kader posyandu
PENDAHULUAN Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).Posyandu masih menjadi sarana penting di dalam masyarakat yang mendukung upaya pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI), membantu peningkatan keluarga kecil bahagia sejahtera. Kegiatan didalamnya meliputi kegiatan pemantauan pertumbuhan yang diintegrasikan dengan pelayanan seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kontrasepsi, hingga penyuluhan konseling (Kemenkes RI, 2011). Kegiatan Posyandu dimotori oleh para kader terpilih dari wilayah sendiri yang terampil yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas (Kemenkes RI, 2011). Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006) dan tahun 2008 menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI, 2009). Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2011, sebanyak 268.439Posyandu tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah Posyandu di Indonesia pada tahun 2012 mengalami penurunan yakni sebanyak 266.827 yang tersebar di seluruh Indonesia dan terdapat sekitar 3 sampai 4 orang kader per Posyandu dan berarti dibutuhkan lebih dari 1 juta kader Posyandu. Kondisi tersebut memperlihatkan peran penting dari kader Posyandu sebagai garda terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat melalui Posyandu. Namun demikian, masih banyak kader yang belum memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Kader Posyandu sebaiknya mampu menjadi pengelola Posyandu dengan baik karena merekalah yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat di wilayahnya (Kemenkes RI, 2012). Kenyataaan di lapangan menunjukkan masih ada posyandu yang mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan posyandu sehinggga pelayanan tidak berjalan lancar.berdasarkan penelitian Septiani (2012), kader yang direkrut oleh staf puskesmas kebanyakan hanya berpendidikan sampai tingkat SLTA dengan pengetahuan yang sangat minim dan umumnya tidak bekerja. Upaya untuk memasyarakatkan program posyandu di Era pemerintahan orde baru cukup gencar dikampanyekan ke masyarakat dengan slogan "Ayo ke posyandu", namun di
Era Reformasi berlangsung perkembangan posyandu kelihatannya mengalami kemunduran, karena terkesan pembangunan politik dan ekonomi lebih diprioritaskan dari pada pembangunan sosial, akibatnya pembangunan kesehatan yang berbasis masyarakat sedikit terabaikan, sehingga dampaknya terhadap keberadaan posyandu seolah-olah menjadi "Hidup segan mati tak mau (Gemari,2005). Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah adanya Surat edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2000 tentang revitalisasi posyandu. Berdasarkan surat tersebut, diharapkan akan mengembalikan kerja posyandu dan keaktifan-keaktifan kader di dalamnya (Depkes RI, 2005) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sukabumi pada periode Tahun 2012 diketahui bahwa Puskesmas Nanggeleng adalah peringkat terendah dari seluruh jumlah Kader Posyandu di Kota Sukabumi. Puskesmas Nanggeleng merupakan puskesmas yang berada di Kelurahan Nanggeleng Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi. Puskesmas Nanggeleng memiliki 13 RW dengan jumlah posyandu sebanyak 18 Posyandu. Jumlah kader aktif 59 orang dan kader pasif berjumlah 17 orang, serta merupakan persentase tertinggi untuk jumlah kader pasif di seluruh Puskesmas di kota Sukabumi yaitu 22.4 %. Partisipiasi kader dalam pelatihan juga masih kurang. Data yang diperoleh dari Puskesmas Nanggeleng dari 59 kader, yang aktif mengikuti pelatihan hanya 24 orang. Berbagai alasan ketidak ikutsertaan kader lainnya yang tidak mengikuti pelatihan, diantaranya dikarenakan ada yang bekerja, kesibukan masing-masing, dan tidak adanya keinginan untuk mengikuti pelatihan. Hal tersebut di dukung dengan hasil studi pendahuluan yang didapat dari hasil wawancara langsung terhadap 10 orang kader, 6 orang diantaranya merupakan kader yang dikategorikan pasif dan dari 6 orang kader pasif tersebut, 2 orang diantaranya memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan 4 orang kader yang dikategorikan aktif masing-masing memiliki pengetahuan yang baik. Pertanyaan yang ditanyakan meliputi pengertian, peran dan fungsi, manfaat, tujuan dari Posyandu dan kader Posyandu. Hasil penelitian Harisan dan Diana Dwi Nuryani tahun 2012, bahwa keaktifan kader dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah pengetahuan. Menurut Lawrence Green (1991) yang dikutip oleh Notoatmodjo, bahwa pengetahuan dapat menunjukan perilaku kader terhadap partisipasinya. Kader dengan pengetahuan yang tidak memadai tentang kader dan posyandu tentu saja akan berpengaruh terhadap partisipasinya dalam menggerakkan Posyandu. Hal ini akan menghambat ketercapaian tujuan program Posyandu.
Pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader posyandu tentang posyandu dan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di kelurahan Nanggeleng wilayah kerja Puskesmas Nanggeleng.
METODE Rancangan penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggeleng dengan jumlah 95 responden. Tehnik pengambilan sampel adalah sampling jenuh. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan tentang kader posyandu dan kuesioner tentang partisipasi kader dalam kegiatan Posyandu, dengan nilai uji validitas adalah p=0.000 atau P value < 0.05 dan nilai reliabilitas adalah r = 926 atau r 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen telah dinyatakan valid dan reliabel.
HASIL Karakteristik responden ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.1Karakteristik Responden di Kelurahan Nanggeleng Karakteristik Jumlah Presentasi (%) Umur <20 2 2.1 Pendidikan Pekerjaan 20-35 70 73.7 >35 23 24.2 Tidaksekolah 0 0 SD 18 18.9 SMP 23 24.2 SMA 53 55.8 PerguruanTinggi 1 1.1 Bekerja 18 18.9 TidakBekerja 77 81.1 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahawa karakteristik responden paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun (73,7%), dengan pendidikan SMA (55,8%), dan status pekerjaan tidak bekerja (81,1%). Adapun gambaran pengetahuan tentang Posyandu dan Kader dari 95 responden dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Tabel distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Presentasi (%) Baik 74 77.9 Cukup 21 22.1 Jumlah 95 100 Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 74 responden atau 77.9% dan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21 responden atau 22.1%. Berikut ini merupakan gambaran partisipasi kader Posyandu dalam kegiatan Posyandu
Tabel 4.5 Tabel distribusi Frekuensi Berdasarkan Partisipasi Partisipasi Jumlah Presentasi (%) Berpartisipasi 43 45.3 Tidakberpartisipasi 52 54.7 Jumlah 95 100.0 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh data bahwa dari 95 responden paling banyak responden tidak berpartisipasi yaitu sebanyak 52 responden atau 54.7% dan yang berpartisipasi sebanyak 43 responden atau 45.3%. Hasil analisis statistik terhadap hubungan pengetahuan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut: Tabel 4.6Hubungan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Posyandu dan Kader dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu Pengetahuan Partisipasi Tidak Total Berpartisipasi berpartisipasi n % n % n % Baik 41 58.6 29 41.4 70 100 Cukup 2 8 23 92 25 100 P- Value 0,000 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat dari 25 responden yang berpengetahuan cukup 2 responden diantaranya berpartisipasi terhadap kegiatan posyandu, dan dari 70 responden yang berpengetahuan baik 41 responden diantaranya berpartisipasi terhadap kegiatan posyandu. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai p=0,000 (p<0.005) ini menunjukan terdapat hubungan pengetahuan kader posyandu tentang posyandu dan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Nanggeleng wilayah kerja Puskesmas Nanggeleng Kota Sukabumi.
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 68 responden atau 71.6% dan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 6 responden atau 6.3%. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa pengetahuan kader Posyandu tentang Posyandu dan Kader sudahbaik. Faktadilapanganmenunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman yang selanjutnya akan mampu menjabarkan suatu objek tertentu. Maka dalam hal ini, apabila pengetahuan kader sudah terbentuk dengan baik maka partisipasi kader akan terwujud sesuai dengan apa yang diharapkan dan target-target daripada kegiatan posyandu dapat tercapai. Sesuaiteori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pola pengetahuan ini dapat dilihat dari aspek pemahaman, penerapan, analisis serta evaluasi. Sebagian besar responden termasuk pada golongan usia reproduktif. Pada usia ini kemampuan intelektual individu belum mengalami penurunan. Seperti yang kita ketahui usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007). Umur 20-35 tahun ini termasuk dalam kategori dewasa sehingga berpengaruh pada kemampuan fisik dan berfikir seseorang sudah maksimal atau sudah cukup matang. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengalaman dan pengetahuan kaderposyandu tentang Posyandu dan Kader kurang. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Berdasarkan pernyataan tersebut maka diperoleh bahwa umur memang mempengaruhi pengetahuan seseorang/individu. Selain itu, pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh data bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SMA yaitu berjumlah 53 responden atau 55.8% dan yang paling sedikit yaitu Perguruan Tinggi yaitu 1 responden atau 1.1%. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan infromasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa sebagian besar kader tidak berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu yang dapat dilihat dari tabel 4.5 bahwa dari 95 responden terdapat 52 responden tidak berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu dengan persentase 54.7%. Adapun kader yang berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu sebanyak 43 responden dengan persentase 45.3%.Dari hasil diatasdapatdilihat bahwa partisipasi kader dalam kegiatan Posyandu yang berada di wilayah kerja Nanggeleng memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Hal tersebut berdampak pada kegiatan posyandu, yang dapat mengakibatkan kegiatan posyandu tidak berjalan efektif. Oleh karena itu partisipasi kader dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam kegiatan posyandu. Berdasarkan tabel 4.6 tentang distribusi frekuensi pengetahuan kader posyandu tentang kader dan posyandu dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu, sebagian besar memiliki pengetahuan baik tentang posyandu dan kader yang cenderung memiliki partisipasi yang baik. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan kader posyandu tentang posyandu dan kader berpengaruh terhadap partisipasi kader dalam kegiatan posyandu.hal ini didukung Berdasarkan uji statistic analisa bivariate dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat atau Chi-square diperoleh nilai p=0,000 yang artinya ada hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang posyandu dan kader dengan partisipasi dalam kegiatan posyandu.berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat diketahuibahwa pengetahuan yang dimiliki oleh kader posyandu dapat meningkatkan partisipasi kader dalam kegiatan Posyandu.
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan terdapat hubungan pengetahuan kader posyandu tentang posyandu dan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Nanggeleng wilayah kerja Puskesmas Nanggeleng Kota Sukabumi. Disarankan agar Puskesmas Nanggeleng Kota Sukabumi dapat lebih meningkatkan pengetahuan Kader Posyandu tentang Posyandu dan Kader, seperti melakukan Pelatihan-pelatihan terhadap seluruh Kader Posyandu agar program posyandu dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta Budhiana, Johan 2012. Modul Mata Kuliah Analisis Data Penelitian Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2012. Laporan Tahunan Bidang Pelayanan Kesehatan Sukabumi Dini, Nurul. 2012. Hubungan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Posyandu terhadap Kunjungan ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Kemenkes. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Kemenkes. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2011. Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Barat. Narimati, U., Anggani, S.D., Ismawati, L. (2011).PenulisanKaryaIlmiah. Bandung: Genesis Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan seni. Jakarta : Rineka Cipta. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Sugiyono, 2011. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta