Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida

dokumen-dokumen yang mirip
mengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

ARTIKEL. Irnawati Marsaulina,* Arlinda Sari Wahyuni**

Diana Mayasari Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura di Desa Gisting Atas

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

Oleh : Rani Angreani Walangitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

Oleh: Wini Anggraini 1, Halinda Sari Lubis 2, Kalsum 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

Hubungan Pajanan Pestisida dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Lama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

Kata Kunci : Pestisida, Klorpirifos, Kol, Sawi Hijau, Kromatografi gas

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

Keperpustakaan : 29 ( ) Kata Kunci : Cholinesterase, petani penjamah, pestisida

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

Aribowo et al, Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Keracunan Akut Pestisida organofosfat...

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2017 Regina Sasmita Lakuto*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

DETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

THE BEHAVIOR IN USING OF PESTICIDES ON RICE FARMERS AT RJ VILLAGE BANDAR LAMPUNG

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO KETERPAPARAN PESTISIDA PADA PETANI TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO KOTA TOMOHON 2017 Frity D. Rumondor*, Rahayu H. Akili*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Dampak negatif yang di timbulkan pestisida bagi kesehatan masyarakat sangat beracun dan berbahaya. Kontak langsung dengan pestisida ini berisiko keracunan akut maupun kronis. Sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya bahkan iritasi pada kulit dan kebutaan merupakan gejala keracunan akut dari pestisida. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang yang 20.000 diantaranya berakibat fatal. Para petani diperkebunan Wawo kebanyakan saat melakukan penyemprotan pestisida tidak menggunakan APD sehingga risiko untuk terpapar pestisida sangat rentan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko keterpaparan pestisida pada petani tanaman Hortikultura di perkebunan Wawo Kota Tomohon. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross-sectional study) pada bulan September-Oktober 2017. Populasi dalam penelitaian ini adalah petani yang bekerja di perkebunan wawo yaitu sebanyak 91 orang yang berjenis kelamin laki-laki. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Purposive Sampling dengan mengunakan rumus Slovin sehingga yang menjadi sampel penelitian hanya 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan, sikap, lama kontak, dikatakan cukup baik sehingga dapat mengurangi keterpaparan pestisida, sedangkan untuk masa kerja dan tata cara menggunakan pestisida kurang baik. Tata cara para petani diperkebunan Wawo kurang baik, karena kebanyakan pada saat melakukan penyemprotan dan mencampur pestisida tidak menggunakan APD sehingga mengakibatkan mudahnya pestisida masuk kedalam tubuh dan dapat menyebabkan keracunan jika terjadi secara terus menerus apalagi masa kerja para petani 5 tahun yang sangat rentan terhadap keterpaparan pestisida. Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida ABSTRACT Negative effects from pesticide to public health is poisonous and hazardous.direct contact with pesticide will risk acute poisoning or chronic headache, nausea. Also, skin irritation and blindness are two acute poisoning over pesticide. World Health Organization;s data shows over 1 to 5 million pesticide poisoning cases are occured around agriculture section and mostly from the cases are happening in development countries which 20.000 cases are becoming fatal among them. Most of the farmers in Wawo plantation don t use proper protectors so the risk of getting pesticide poisoning are more likely to happen to them. The purpose of this research is to find out risk factors of pesticide exposure at horticultural farmers in Wawo plantation, Tomohon. This research is a descriptive research with cross sectional study along September-October 2017. The populations are 91 male farmers and by purposive sampling technique with Slovin formula, 30 respondents were included as samples. The results show knowledge, posture, contact period are well enough that the factors are holding back pesticide exposure on farmers. Meanwhile, working period and working procedures of using pesticide are quite deficient. Farmers in Wawo plantation mostly do not use proper self-protectors as they mix and spray pesticide. This is a risk factor the pesticide is easy to flow inside the body dan could cause poisoning if happens continously to the susceptible farmers in Wawo who have working period for ove than 5 years. Keywords: Knowledge, Posture, Contact Period, Working Period, Working Procedures, Pesticide Exposure 1

PENDAHULUAN Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk, mematikan dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. (Permentan RI, 2014). Dampak negatif yang di timbulkan pestisida bagi kesehatan masyarakat sangat beracun dan berbahaya. Kontak langsung dengan pestisida ini berisiko keracunan akut maupun kronis. Sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya bahkan iritasi pada kulit dan kebutaan merupakan gejala keracunan akut dari pestisida. Efek yang tidak segera dirasakan membuat keracunan pestisida tidak mudah untuk dideteksi walaupun pada akhirnya juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Marsaulina, 2005) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keracunan pestisida antara lain umur, jenis kelamin, pengetahuan, lama kerja, arah angin, dan alat pelindung diri. Sedangkan fase kritis yang harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida, pencampuran pestisida, penggunaan pestisida dan pasca penggunaan pestisida. (Prijanto, 2009) Dari 10 penyakit yang ada di Kota Tomohon pada tahun 2015 melalui dinas kesehatan Kota Tomohon penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan, penyakit pada sistem otot, ISPA yang diduga ada hubungannya dengan keracunan pestisida. Para petani diperkebunan Wawo kebanyakan saat melakukan penyemprotan pestisida tidak menggunakan APD sehingga risiko untuk terpapar pestisida sangat rentan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor risiko keterpaparan pestisida pada petani tanaman hortikultura di Perkebunan Wawo Kota Tomohon. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan metode Cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di Perkebunan Wawo Kota Tomohon pada bulan September-Oktober 2017. Jumlah responden dalam penelitian sebanyak 30 orang didapatkan melalui teknik pengambilan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner untuk faktor risiko keterpaparan pestisida. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan Responden Tentang Pestisida Pengetahuan Baik 25 83,3 Kurang Baik 5 16,7 Data diatas menunjukkan bahwa dari total 30 responden (100%) 25 responden (83,3%) memiliki pengetahuan yang baik tentang pestisida sedangkan 5 responden (16,7%) memiliki pengetahuan yang kurang baik. Hal ini sejalan dengan teori Lawrence W. Green dalam Notoatmojo (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan sebagai faktor predisposisi dari perilaku. Berdasarkan teori ini petani dengan pengetahuan baik memiliki resiko keterpaparan yang lebih kecil dibandingkan dengan pengetehuan buruk. Sikap Responden Dalam Penggunaan Pestisida Sikap Baik 27 90 Kurang Baik 3 10 Data diatas menunjukkan bahwa dari total 30 responden (100%) 27 responden (90%) memiliki sikap yang baik dalam menggunakan pestisida sedangkan 3 responden (10%) memiliki sikap yang kurang baik. Lama Kontak Menggunakan Pestisida Lama Kontak 60 Menit 21 70 > 60 Menit 9 30 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari keseluruhan 30 responden (100%), 21 responden (70%) menjawab 60 menit lamanya untuk menggunakan pestisida sedangkan 9 responden (30%) menjawab >60 Menit lamanya untuk menggunakan pestisida. Lama penyemprotan sayur oleh petani masih dalam batas aman dalam 1-3 jam. Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 4 jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Seandainya masih harus menyelesaikan pekerjaan, hendaklah istirahat terlebih dulu selama beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada tubuh untuk terbebas dari paparan pestisida (Suma mur 2009). Masa Kerja Petani Masa Kerja 10 tahun 28 93,3 < 10 tahun 2 6,7 Berdasarkan tabel 3, diperoleh bahwa 28 responden (93,3%) memiliki masa kerja 10 tahun dan 2 responden (6,7%) memiliki masa kerja < 10 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Mokoagow (2013) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa 3

semakin lama masa kerja petani maka semakin rendah aktivitas enzim kolinesterase darah lebih menjelaskan bahwa petani sayur yang sudah terpapar lama atau berlangsung terus-menerus sangat beresiko untuk mengalami keracunan pada tingkat selanjutnya. Tata Cara Menggunakan Pestisida Tata Cara Baik 5 16,7 Kurang Baik 25 83,3 Berdasarkan data tabel 17 dari keseluruhan 30 responden (100%), 25 responden (83,3%) kurang baik dalam tata cara menggunakan pestisida sedangkan 5 responden (16,7%) baik dalam tata cara menggunakan pestisida. Hal ini menunjukan tata cara para petani di perkebunan Wawo kurang baik, karena kebanyakan pada saat melakukan penyemprotan tidak menggunakan APD, mencampur dengan pestisida lain. Tidak menggunakan APD dan mencampur pestisida akan mengakibatkan mudahnya pestisida masuk kedalam tubuh dan dapat menyebabkan keracunan jika terjadi secara terus menerus. Penelitian yang dilakukan Suparti (2016) tentang beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida pada petani, dalam penelitiannya kebiasaan menggunakan dan meningkatkan dosis pestisida saat menyemprot pada penelitian ini terbukti sebagai faktor risiko terjadinya keracunan pestisida organofosfat pada petani hortikultura KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Perkebunan Wawo Kota Tomohon terhadap 30 responden penyemprot pestisida maka dapat disimpulkan : 1. Sebagian besar yaitu 25 responden (83,3%) pengetahuan tentang pestisida pada petani tanaman hortikultura diperkebunan Wawo Kota Tomohon berada dalam kategori baik. 2. Sebagian besar yaitu 27 responden (90%) sikap tentang keterpaparan pestisida pada petani tanaman hortikultura di perkebunan Wawo Kota Tomohon berada dalam kategori baik. 3. Semua yaitu 30 responden (100%) memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. 4. Sebagian besar yaitu 21 responden (70%) memiliki lama kontak dengan pestisida 60 menit. 5. Sebagian besar yaitu 25 responden (83,3%) melakukan 4

tata cara penyemprotan pestisida yang kurang baik. SARAN 1. Perlu adanya penyuluhan tentang tata cara menggunkan pestisida dan pencegahan dampak penggunaan pestisida harus ditingkatkan agar masyarakat tetap terjamin kesehatannya. 2. Saat melakukan penyemprotan harus menggunakan alat pelindung diri. DAFTAR PUSTAKA Marsaulina, I. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida pada Petani Hortikultura di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2005. Mokoagow, D. 2013. Hubungan Masa Kerja, Pengelolaan Pestisida Dan Lama Penyemprotan Dengan Kadar Kolinestrase Darah Pada Petani Sayur Di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon. Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 107 / PERMENTAN /SR.140/9/2014. Pengawasan Pestisida Prijanto, T. B. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat pada Keluarga Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Program Pasca Sarjana : Universitas Diponegoro Semarang. Suma mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Sagung Ceto Suparti, S. 2016. Beberapa Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Pada Petani. Semarang: Program Refraksi Optisi STIKES Widya Husada. 5