1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian di kabupaten Kulonprogo ini masih menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat, terbukti bahwa kontribusi sektor ini terhadap PDRB sebesar 26,87%, dan jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 90.873 pekerja atau sekitar 23,37% dari total jumlah penduduk (BPS, 2012). Tanaman buah-buahan yang potensial di Kabupaten Kulon Progo di tahun 2012 adalah melon semangka dengan sumbangan terhadap total produk keseluruhan buah-buahan sebesar 32,72 persen, diikuti oleh komoditas pisang sebesar 21,62 persen, serta mangga 10,09 persen. Produksi melon-semangka di tahun 2012 sebanyak 29.930,8 ton, pisang sebanyak 19.781,8 ton, serta mangga sebanyak 9.232,3 ton. Dari dua puluh dua komoditi tanaman buah-buahan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2012 seluruhnya mengalami peningkatan produksi dibandingkan pada tahun 2011, yaitu naik sekitar 0,07 persen sampai 136,52 persen. Hanya satu komoditas yang mengalami sedikit penurunan produksi sebesar 0,07 persen yaitu petai. Kenaikan produksi yang cukup drastis terjadi pada manggis dengan besaran 136,52 persen, kemudian sirsak naik sebesar 42,45 persen, melon naik 11,08 persen, durian naik sebesar 9,70 persen dan duku/langsat/kokosan naik sebesar 9,05 persen (BPS, 2012). Melon adalah salah satu tanaman tropis buah yang favorit dikonsumsi orang Indonesia. Konsumsi melon tentunya meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Selain harganya relatif terjangkau kandungan gizi nya juga cukup memadai dan kaya akan vitamin c. Konsumsi
2 buah melon yang terus bertambah dari tahun ke tahun sangat mendukung perkembangan melon di Indonesia ( BPS, 2012). Melon (Cucumis melon.) termasuk komoditas hortikultura yang memiliki nilai jual tinggi (Tjahjadi, 1992). Budidaya melon tidak mudah dan perlu penanganan intensif karena melon peka terhadap perubahan lingkungan dan mudah sekali terserang penyakit.hal ini dapat menurunkan nilai jual buah melon bahkanmenyebabkan gagal panen (Lingga, 1984). Sehinga diperlukan keahlian yang memadai bagi petani dalam hal budidaya supaya bisa meminimalkan risiko yang akan dihadapi. Misalkan karena perubahan cuaca. Serangan hama dan penyakit yang bisa menyebabkan tingginya peluang gagal panen. Usahatani melon juga merupakan salah satu penggerak roda perekonomian keluarga petani. Khususnya di daerah yang masyarakatnya sebagian besar adalah petani. Perlu adanya bimbingan dan pengawasan dari pemerintah sekitar yang bersangkutan agar dengan meningkatnya pendapatan, masyarakat bisa maju dan berdaya. Berikut disajikan data jumlah rumah tangga holtikultura, rata-rata luas tanam yang diusahakan atau dikelola rumah tangga menurut jenis tanaman holtikutura semusim. Pada tahun 2013 luas panen melon naik 29,545 hektar atau 10,52%. Kabupaten Kulonprogo juga merupakan wilayah yang memberikan kontribusi terbesar untuk tanaman melon yang mencapai 68.29 % (1.150 hektar). Pada tahun 2013 produksi melon naik 29.545 kwintal atau 10,62%. Produksi melon pada tahun 2013 sebesar 30.776,7 ton penghasil melon terbesar adalah kabupaten
3 Kulon Progo sebesar 21.127,9 ton atau 68,65% di ikuti Kabupaten Bantul dengan produksi sebesar 7.265,3 ton atau 23,61% kemudian di ikuti Kabupaten Sleman sebesar 2.382,5 ton atau 7,74%. Tabel.1.1 Jumlah Rumah Tangga Holtikultura Melon, Luas tanam, dan Rata-rata luas Tanam yang Diusahakan/ Dikelola Per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Holtikultura Semusim, ST 2013. Provinsi Jumlah rumah Tangga usaha holtikultura Luas Tanam (m 2 ) Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/ Dikelola per Rumah Tangga (m 2 ) Yogyakarta 2 1.500 750 Sleman 241 493.543 2.047 Bantul 183 481.630 2.631 Gunung kidul 23 54 10 Kulon progo 1.902 6.772.366 3.560 DIY 2.351 7.785.460 3.311 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007-2012 Berdasarkan data table 1.1 jumlah rumah tangga, luas tanam, dan ratarata luas tanam yang diusahakan/dikelola tertinggi adalah di kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan data di atas kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten yang rumah tangganya paling banyak mengusahakan melon. Rendahnya produktivitas dan mutu buah melon mengakibatkan keuntunganyang dicapai belum maksimal. Petani dalam berusahatani selain memperhatikan keuntungan yang akan diperoleh juga mempertimbangkan tinggi rendahnya risiko yang dihadapi. Risiko produksi yang paling banyak menimbulkan kerugian bagi petani adalah serangan hama dan penyebab penyakit yang tidak bisa diprediksikan sebelumnya. Serangan hama dan penyebab penyakit ini dapat muncul karena dipicu oleh perubahan cuaca, banyaknya gulma, dan akibat pengelolaan tanaman yang tidak optimum. Tingginya risiko produksi akan berpengaruh terhadap
4 pendapatan petani. Besarnya pendapatan dan risiko sangat mempengaruhi perilaku petani dalam pengambil keputusan. Dalam berbagai kegiatan usaha di bidang pertanian sering terjadi situasi ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko (risk events) dan kejadian yang tidakpasti (uncertainty events). Risiko produksi pertanian lebih besar dibandingkan risiko non pertanian, karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam seperti cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Selain alam, risiko dapat ditimbulkan oleh kegiatan pemasaran. Risiko harga disebabkan karena harga pasar tidak dapat dikuasai petani. Fluktuasi harga lebih sering terjadi pada hasil-hasil pertanian. Setiap produksi usahatani pasti memiliki sejumlah produksi potensial. Namun, dengan adanya keterbatasan usahatani maka petani kesulitan untuk mencapi produksi potensial. Salah satu keterbatasan yang juga sering menghambat adalah kemampuan manajemen petani itu sendiri. Manajemen sebagai salah satu faktor produksi dan akan mempengaruhi kondisi usahatani. Kemampuan manajerial seorang petani sebagai pengelola dapat didekati dengan tingkat efisiensi teknis yang diperoleh dari estimasi fungsi produksi frontier. Untuk memberikan kerangka pemikiran secara utuh terhadap permasalahan usahatani melon di Kaupaten Kulon Progo, maka perlu dilakukan analisis risiko usahatani melon dan perilaku petani terhadap risiko usahatani melon.
5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai usahtani melon di Kulon Progo. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana risiko yang dihadapi petani melon? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi risiko produksi usahatani melon? 3. Bagaimana tingkat inefisiensi usahtani melon? 4. Bagaimana perilaku petani melon terhadap risiko usahatani melon? 5. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani melon? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Efisiensi, Risiko, dan Perilaku Petani Terhadap Risiko Pada Usahatani Melon di Kabupaten Kulon Progo. C. Tujuan 1. Mengetahui risiko yang dihadapi petani melon. 2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi risiko produksi usahatani melon. 3. Mengetahui tingkat efisiensi usahtani melon. 4. Mengetahui bagaimana perilaku petani terhadap risiko usahatani melon. 5. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani melon. D. Kegunaan 1. Bagi mahasiswa sebagai sarana mengembangkan pola berfikir dan sebagai syarat kelulusan untuk mendapat derajat master of science.
6 2. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan rujukan dan pembanding dalam penelitian selanjutnya. 3. Bagi petani melon, bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam hal peningkatan usahatani melon dan meminimalisir risiko dalam budidaya melon. 4. Bagi pemerintah Kulon Progo, sebagai masukan dalam penentuan arah kebijakan yang tekait.