BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS KINERJA PETUGAS MALARIA DALAM PENEMUAN DAN PENGOBATAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BUPATI POLEWALI MANDAR

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BUKU SAKU MENUJU ELIMINASI MALARIA DIREKTORAT PPBB, DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

LAPORAN TAHUNAN PENEMUAN PENDERITA MALARIA DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN (JAN- DES) Positif Klinis MOMI Mikrosko

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

DAFTAR PUSTAKA. Bungin B, Penelitian Kualitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

Penyakit Endemis di Kalbar

Tuberkolosis. Rencana Operasional Promosi Kesehatan untuk Eliminasi Malaria

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu dengan malaria. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, program pemberantasan malaria mengeluarkan kebijakan program meliputi beberapa kegiatan terpadu, yaitu diagnosa dini dan pengobatan tepat, serta pemantauan, pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria secara cepat dan tepat. Berdasarkan konsep Blum, perilaku dan lingkungan merupakan faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi status kesehatan seseorang (Kemenkes RI, 2011). Angka kesakitan malaria yang tercatat dalam Indikator Annual Parasite Incidence (API) di Dinkes Kab. Deli Serdang tahun 2013 yakni 0,017 per 1000 penduduk (16 kasus positif ) sedangkan malaria klinis sebesar 7.117 kasus, dimana terjadi penurunan pada tahun 2012 yakni API 0,02 per 1000 penduduk (16 kasus positif) dengan angka malaria klinis sebesar 15.700 kasus dan terjadi peningkatan pada tahun 2011 yakni API 0,2 per 1000 penduduk (148 kasus positif) malaria klinis sebesar 30.222 kasus (Bidang P2P Dinkes Kab. Deli Serdang, 2013). Penurunan angka kesakitan tersebut memerlukan upaya penanggulangan vektor malaria yang efektif dan efisien diantaranya melalui kinerja petugas malaria yang ada di 1

puskesmas. Melalui penyuluhan yang di berikan oleh petugas malaria puskesmas dalam penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta penyehatan lingkungan guna menghilangkan tempat perindukan vektor malaria harus dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan partisipasi masyarakat agar tercipta derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang setinggi-tingginya. Indonesia sebagai negara tropis termasuk negara yang rawan terhadap penularan penyakit malaria dan diperkirakan 45 % penduduk Indonesia beresiko tertular penyakit malaria. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Infeksi ini dapat menyebabkan anemia dan penurunan produktivitas pada penderitanya bahkan menyebabkan kematian. Dampak ekonomi disebabkan kehilangan waktu bekerja, biaya pengobatan sampai terjadinya penurunan tingkat kecerdasan dan produktivitas kerja, dampak lain adalah menurunnya kunjungan wisatawan. Penyebaran malaria disebabkan berbagai faktor yang komplek seperti perubahan lingkungan, vektor, sosial budaya masyarakat, resistensi obat dan akses pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Selain TB dan HIV/AIDS, Malaria termasuk dalam bagian komitmen Global Millenium Development Gools (MDG s) pada target 6c yaitu : mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015. Tujuan umum MDG s yaitu terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria (Eliminasi Malaria sampai

tahun 2030), dengan menurunnya kasus malaria positif (API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, program pemberantasan malaria mengeluarkan kebijakan program meliputi beberapa kegiatan terpadu, yaitu diagnosa dini dan pengobatan tepat, serta pemantauan, pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria secara dini. Global Malaria Action Plan (GMAP) menargetkan 80% penduduk terlindungi dari penyakit malaria dan mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination Therapy (ACT). Karena pentingnya penanggulangan malaria, maka beberapa partner internasional salah satunya Global Fund, memberikan bantuan untuk pengendalian malaria. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030 (http://www.depkes.go.id,/, 2014). Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan seperti petugas malaria untuk dapat menjangkau semua penduduk di wilayah kerja menyebabkan cakupan penemuan dan pengobatan kasus malaria masih rendah dan sering terjadi KLB. Menurut teori Kurt Lewin (1970), perilaku manusia itu adalah suatu landasan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (drivingforces) dan kekuatankekuatan penahanan (restrining forces) (Notoatmodjo, 2007). Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat harus bebas dari berbagai penyakit, termasuk penyakit malaria. Surveilans malaria tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Peningkatan insidens malaria tidak terdeteksi secara dini, tingkat

endemisitas tidak terpantau secara rinci penurunan dan peningkatan disetiap wilayah, serta informasi selalu terlambat diterima oleh Dinas Kesehatan. Pemerintah memandang malaria sebagai ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat miskin yang hidup pada daerah terpencil. Hal ini tercermin dan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor : 5 Tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2010 2014 dimana malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi (Kemenkes RI, 2013). Eliminasi malaria di daerah yang sudah rendah malarianya akan berhasil bila penanggulangan dilaksanakan secara intensif yaitu dengan memberikan pelatihan penyegaran mikroskopis bagi petugas laboratorium puskesmas dalam menegakkan diagnosis secara mikroskopis/rdt (Rapid Diagnose Test), memberikan pengobatan yang tepat kepada penderita malaria yaitu dengan pengobatan ACT dan pencegahan serta pengamatan kasus dan vektor yang intensif dan upaya memutuskan rantai penularan antara lain dengan penyediaan kelambu yang melindungi 80% penduduk sasaran dan penyemprotan rumah. Ini perlu didukung dengan komitmen yang kuat dari pemerintah setempat dan melibatkan masyarakat (Kemenkes RI, 2013). Terdapat empat tahapan dalam mencapai eliminasi malaria yaitu : tahap pemberantasan, tahap praeliminasi, tahap eliminasi dan tahap pemeliharaan. Target API Nasional tahun 2011 adalah 1,75, API tahun 2012 adalah 1,5 dan API tahun 2013 adalah 1,25 (Kemenkes RI, 2014). Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten endemis malaria yang ada di Propinsi Sumatera Utara, dilihat dari letak secara geografisnya dan pada tahun 2004 pernah

terjadi KLB malaria. Dari hasil observasi pendahuluan di lapangan terhadap data API di Kabupaten Deli Serdang, yaitu : data API tahun 2011 adalah 0,2, data API tahun 2012 adalah 0,02 dan data API tahun 2013 adalah 0,017. Berdasarkan data API tersebut, kasus malaria Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan tetapi berdasarkan jumlah target konfirmasi kasus malaria yang diperiksa dengan menggunakan mikroskop/rdt sebesar 29.208 (Dinkes Kab. Deli Serdang, 2013). Di Kabupaten Deli Serdang ada 12 Puskesmas yang masuk wilayah endemis malaria sebagai berikut : Tabel 1.1. Data Persentase Realisasi Jumlah Konfirmasi Kasus Malaria yang diperiksa dengan Menggunakan Mikroskop/RDT di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 No Nama Puskesmas Jumlah Penduduk Target Jlh Konfirmasi Kasus Malaria Menggunakan Mikroskop/RDT Realisasi Jlh Konfirmasi Kasus Malaria Menggunakan Mikroskop/RDT % Realisasi 1 Biru-Biru 35.090 1.363 444 33 2 Talun Kenas 31.547 1.225 795 65 3 Galang 38.213 1.484 534 36 4 Dalu Sepuluh 82.440 3.202 608 19 5 Hamp. Perak 99.226 3.854 1.132 29 6 Kota Datar 55.394 2.151 398 18 7 Pematang Johar 22.595 878 483 55 8 Bdr. Khalipah 178.997 6.952 981 14 9 Tanjung Rejo 110.043 4.273 411 10 10 Pantai Labu 44.440 1.726 555 32 11 Karang Anyar 33.295 1.293 463 36 12 Aras Kabu 20.783 807 313 39 Sumber : Bidang P2P Propil Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang Tahun 2013 Dari Tabel 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa Puskesmas endemis malaria di Kabupaten Deli Serdang tidak mencapai target jumlah konfirmasi kasus malaria yang diperiksa dengan menggunakan mikroskop/rdt yang dilaksanakan di Puskesmas

maupun Pustu/Polindes, dimana target jumlah konfirmasi kasus malaria yang diperiksan dengan menggunakan mikroskop/rdt di Kabupaten Deli Serdang sebesar 29.208, padahal pada tahun 2011 jumlah konfirmasi kasus malaria yang diperiksa dengan menggunakan mikroskop/rdt sebesar 30.222 kasus dan kasus malaria positif sebesar 148, dan terjadi penurunan jumlah konfirmasi kasus malaria yang diperiksa dengan menggunakan mikroskop/rdt sebesar 15.700 kasus dan kasus malaria positif sebesar 16 pada tahun 2012 serta terjadi pula penurunan jumlah konfirmasi kasus malaria yang diperiksa dengan menggunakan mikroskop/rdt sebesar 7.117 kasus, kasus malaria positif sebesar 16 pada tahun 2013. Penemuan dan pengobatan kasus malaria merupakan rangkaian kerja dalam eliminasi malaria yang ada di Indonesia. Sehingga untuk memaksimalkan proses tersebut pemerintah membentuk petugas khusus malaria di puskesmas. Tugas Pokok petugas malaria puskesmas dalam penemuan dan pengobatan kasus malaria di Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut (1) Menyusun rencana kegiatan P2 Malaria berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja, (2) Melaksanakan kegiatan P2 Malaria meliputi penemuan dini penderita malaria melalui pengambilan slide darah malaria bagi setiap penderita panas, pengobatan penderita malaria, pengawasan dan pemberantasan tempat perindukan vektor, penyuluhan malaria dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3) Mengevaluasi hasil kegiatan P2 Malaria secara keseluruhan, (4) Membuat catatan dan laporan kegiatan sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan, (5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa petugas malaria kurang maksimal dalam menjalankan program malaria. Selain itu pelaksanaan P2 Malaria kurang intensif dilakukan, kemudian sering terlambatnya laporan bulanan malaria dari petugas malaria puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II. Berbagai dukungan banyak diperoleh baik dari pemerintah maupun bantuan internasional kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang dalam mengatasi permasalahan malaria. Salah satu bantuan internasional adalah bantuan Global Fund sejak desember tahun 2008 telah bergabung untuk memberantas malaria. Akan tetapi sampai sekarang petugas malaria belum menunjukkan kinerja yang maksimal mengingat telah banyak dana yang telah dikeluarkan baik dari dana APBD Kab. Deli Serdang dan dana Global Fund yang memberi berupa insentif bulanan kepada petugas malaria dan juga petugas mikroskop. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang petugas, menurut Notoatmodjo S (2007) bahwa tentang rendahnya kinerja petugas malaria puskesmas tersebut disebabkan pengetahuan yang rendah, strategi dan sarana/ prasarana yang minim. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan mengenai kinerja petugas malaria. Kambulawang, dkk (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja petugas malaria di Manggarai Timur adalah rendahnya pengetahuan petugas terhadap malaria. Selain itu Roosihermiatie, dkk (2012) juga mengatakan bahwa strategi lintas sektoral yang dibangun oleh petugas malaria dapat meningkatkan kinerja petugas dalam mengatasi malaria di Provinsi Bali.

1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Masih rendahnya kinerja petugas malaria dalam Penemuan dan Pengobatan Kasus Malaria di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang, padahal telah mendapat dukungan dana dari pemerintah daerah dan Internasional untuk menunjang kinerja petugas malaria puskesmas. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja petugas malaria dalam penemuan dan pengobatan kasus malaria di puskesmas Kabupaten Deli Serdang. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Petugas malaria Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan kinerja dalam penemuan dan pengobatan kasus malaria di wilayah kerja puskesmas. b. Kepala Puskesmas Sebagai bahan infomasi dan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja petugas malaria dalam penemuan dan pengobatan kasus malaria. c. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Sebagai bahan informasi dan pertimbangan program pencegahan dan pemberantasan penanggulangan malaria.

d. Ilmu Pengetahuan Dapat memperkaya konsep pedoman program pencegahan dan pemberantasan penanggulangan malaria.