BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi

dokumen-dokumen yang mirip
Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Ciri dan Syarat Kelompok Sosial

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI

KELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

Pert. 6 KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

KELOMPOK SOSIAL A. Pengertian Kelompok Sosial

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

HANDOUT. Tujuan : Mahasiswa memiliki sejumlah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan struktur sosial.

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang suka menanduk. Pihak pelaku Bullying sering disebut bully. Bullying adalah

BAB II KAJIAN TEORI. yang pada suatu kelompok anggota wajib memilikinya (Depdiknas,

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM SOSIOLOGI: KELOMPOK DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus berinteraksi. Sama

Tujuan Instruksional Khusus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB V KELOMPOK SOSIAL

PEMBAHASAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

Pengantar Sosiologi. Yesi marince, S.IP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

Materi Sosiologi SMA Kelas X: Individu, Kelompok, Dan Hubungan Sosial

BAB 2 DINAMIKA KELOMPOK DALAM ORGANISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Menurut Mac Iver dan Charles H. Page Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

I. PENDAHULUAN. bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan, dan lain-lain.

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

Modul ke: Sosiologi Komunikasi. Sosiologi khalayak. Fakultas KOMUNIKASI. Frenia T.A.D.S.Nababan. Program Studi PUBLIC RELATION.

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H.

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI

BAB V PENUTUP. 1. Bersama Membangun Solidaritas Untuk Bertahan Hidup

untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas di antara individu maupun kelompok. dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu

A. Kelompok Sosial. A. Pilihan Ganda

BAB II INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter merupakan perwujudan amanat dari Pancasila dan

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Tipe - tipe Interaksi Sosial menurut James S. Coleman

Kegiatan Belajar VI. 1. Hakekat, Kriteria, dan Definisi Perilaku Menyimpang

BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan

KELOMPOK KELOMPOK DAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

MASYARAKAT RITA RAHMAWATI

MODUL 4 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian dinamika menurut wibowo, ( 1998 : 41) bahwa dinamika adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah

PENDAHULUAN. suatu negara dapat dilihat dari kualitas kaum mudanya. Generasi muda harus

A. LATAR BELAKANG MASALAH

TINGKAH LAKU ALTRUISTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Pendahuluan KATA PENGANTAR. E. Mazhab-marhab dan Spesialisasi ddam Sosiologi F. Perkembangan Sosjologi di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelola, karyawan, dan anak asuh memiliki ikatan batin yang kuat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. 2005: 502). Jadi kondisi sosial adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

KELOMPOK SOSIAL. Pertemuan Kesembilan

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau

MODUL 7 KEGIATAN BELAJAR 1 KONSEP INDIVIDU, KELOMPOK DAN MASYARAKAT

PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

Gumgum Gumilar, M.Si. Jurnalistik Fikom Unpad

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Industrialisasi dan Perubahan Sosial di Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejak masih zaman Yunani kuno. Para filsuf klasik berpandangan bahwa bagian

F. Ringkasan dan Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Masyarakat Pedesaan

MAKALAH Syarat dan Ciri Kelompok Sosial Sosiologi & Antropologi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Solidaritas Sosial Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanik dan organik. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat ini terjadi karena mereka terlibat aktivitas dan juga tipe pekerjaan yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organik bertahan bersama justru karena adanya perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memilki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 90-91). Durkheim berpendapat bahwa masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat yaitu pemahaman norma dan kepercayaan bersama. Peningkatan pembagian kerja menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif lebih terlihat dalam masyarakat yang ditopang oleh solidaritas mekanik daripada masyarakat yang ditopang oleh solidaritas organik. Masyarakat modern lebih mungkin bertahan dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi yang yang dimiliki orang lain daripada bertahan pada kesadaran kolektif. Oleh karena itu meskipun masyarakat organik memiliki kesadaran 10

kolektif, namun dia adalah bentuk lemah yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan individual (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 92). Masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanik, kesadaran kolektif melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya, dia sangat diyakini, sangat mendarah daging, dan isinya sangat bersifat religious. Sementara dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, kesadaran kolektif dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang mendarah daging, dan isinya hanya kepentingan individu yang lebih tinggi dari pedoman moral (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008: 91-92). Masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim, seluruh anggota masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, hati nurani kolektif yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstrim serta memaksa (Kamanto Sunarto, 2004: 128). Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, yaitu masyarakat yang mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian. Setiap anggota menjalankan peran yang berbeda, dan saling ketergantungan seperti pada hubungan antara organisme biologis. Bisa dikatakan bahwa pada solidaritas organik ini menyebabkan masyarakat yang ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya, karena adanya saling ketergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem kerja dan kelangsungan hidup masyarakat. Keadaan masyarakat dengan solidaritas organik ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi kesadaran kolektif melainkan 11

kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi (Kamanto Sunarto, 2004: 128). Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Kepedulian Sosial Komunitas Fotografi Sendaljepit Pada Masyarakat Korban Bencana Alam Erupsi Gunung Sinabung 2013, maka peneliti menggunakan teori solidaritas milik Durkheim yaitu solidaritas mekanis dan organis. Akan tetapi peneliti lebih fokus menggunakan solidaritas mekanik. 2.2 Kelompok Sosial Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk hidup dengan orang lain disebut gregariuosness sehingga manusia juga juga disebut sebagai social animal. Sejak dilahirkan manusia mempunyai dua hasrat pokok yaitu: a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat. b. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam di sekelilingnya (Soerjono Soekanto, 2006: 101). Kelompok sosial merupakan salah satu perwujudan dari interaksi sosial atau kehidupan bersama, atau dengan kata lain bahwa pergaulan hidup atau interaksi manusia itu perwujudanya ada di dalam kelompok-kelompok sosial (Soleman Taneko, 1984: 48). Kelompok sosial merupakan himpunan ataukesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan 12

timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Syarat terbentuknya kelompok sosial adalah: a. Adanya kesadaran setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainya. c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka menjadi erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain. Faktor mempunyai musuh yang sama juga dapat pula menjadi faktor pengikat atau pemersatu. d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. e. Bersistem dan berproses (Soerjono Soekanto, 2006: 101) Suatu kelompok sosial cenderung mempunyai sifat yang tidak statis atau berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana cara mengendalikan anggota-anggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur tindakan anggotaanggotanya agar tercapai tata tertib di dalam kelompok. Hal yang agaknya penting adalah kelompok sosial tersebut merupakan kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi, memegang peranan, dan sebagainya (Soerjono Soekanto, 2006: 102-103). 13

2.2.1 Ciri-Ciri Kelompok Sosial Ciri-ciri kelompok sosial menurut Muzafer Sherif dalam buku Slamet Santoso (2004: 37) adalah sebagai berikut: a. Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju pada tujuan yang sama. b. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial. c. Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama. d. Adanya penegasan dan pengetahuan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok. Ciri-ciri kelompok sosial menurut Georg Simmel adalah sebagai berikut: a. Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial. b. Derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial. c. Kepentingan dan wilayah. d. Berlangsungnya suatu kepentingan. e. Derajat organisasi (Slamet Santoso, 2004: 37) 14

2.2.2 Tipe-Tipe Kelompok Sosial Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian atas dasar berbagai ukuran atau kriteria. Menurut Simmel dalam buku Soerjono Soekanto (2006: 104), klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial berdasarkan ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Ukuran lain yang diambil untuk menentukan tipe-tipe kelompok sosial adalah derajat interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Unsur kepentingan dan juga wilayah, serta berlangsungnya suatu kepentingan yang ada didalam masyarakat. Tipe-tipe kelompok sosial yang ada di masyarakat antara lain: a. In-group dan Out-group W.G. Sumner dalam buku Soerjono Soekanto (2006: 108), membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu In-group dan out-group. Ingroup adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya didalam suatu kelompok atau golongan, sedangkan out-group adalah kelompok sosial yang diartikan individu sebagai lawan dari ingroupnya. Sikap out-group selalu ditandai oleh kelainan yang berwujud antagonisme dan antipati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam serta luar suatu kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. 15

b. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder Menurut Charles Horton Cooley dalam buku Soerjono Soekanto (2006: 109) kelompok sosial terbagi atas kelompok sosial primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group). Kelompok primer atau face to face group adalah kelompok sosial yang paling sederhana dimana anggotanya saling mengenal dekat satu sama lain, saling bekerjasama dan juga mempunyai hubungan pribadi yang sangat erat. Contoh dari kelompok primer adalah keluarga, teman sepermainan, sahabat karib, dan lain sebagainya. Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, sifat hubunganya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak berlansung dengan langgeng, kelompok ini hanya berdasarkan kepada kepentingan sesaat dan juga tidak mempunyai hubungan secara pribadi atau personal satu sama lain. Contoh hubungan sekunder adalah kontrak jual beli. c. Paguyuban (Gemeinshcaft) dan Patembayan (Gesselschaft) Menurut Ferdinand Tonnies dalam buku Soerjono Soekanto (2006: 116), kelompok sosial dibagi menjadi dua tipe yaitu paguyuban (gemeinshcaft) dan patembayan (gesselschaft). Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya mempunyai hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah di kodratkan. Paguyuban terbagi dalam tiga tipe yaitu: paguyuban karena ikatan darah (gemeinshcaft of blood), yaitu paguyuban yang 16

didasarkan pada adanya ikatan darah atau ikatan keturunan diantara kelompok tersebut, misalnya keluarga, kelompok kekerabatan (trah). Kedua adalah paguyuban karena tempat (gemeinshcaft of place), yaitu paguyuban yang didasarkan pada orang-orang yang mempunyai tempat tinggal yang berdekatan sehingga bisa selalu menghasilkan kerjasama atau gotong royong, misalnya adalah rukun tetangga, rukun warga, dan lain-lain. Jenis paguyuban yang ketiga adalah peguyuban karena persamaan jiwa, pemikiran, dan juga ideologi (gemeinshcaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggal yang berdekatan tetapi mempunyai jiwa, pemikiran, idealisme, dan juga ideologi yang sama, misalnya adalah organisasi garis keras, dan lain-lain. Patembayan (gesselschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya berjalan dengan jangka waktu yang relatif pendek, dia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contoh patembayan antara lain ikatan pedagang, ikatan guru, organisasi buruh pabrik, dan sebagainya. d. Kelompok Formal dan Kelompok Informal Jenis pembagian kelompok sosial juga terdapat jenis kelompok sosial formal dan kelompok sosial informal. Kelompok sosial formal (formal group) adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama, contohnya adalah organisasi. Kelompok informal (informal group) adalah kelompok sosial yang tidak mempunyai struktur dan 17

organisasi yang pasti, kelompok tersebut biasanya terbentuk karena adanya pertemuan yang berulang kali yang didasari oleh keinginan dan juga kepentingan yang sama, contoh dari informal group adalah clique (Soerjono Soekanto, 2006: 120). e. Membership Group dan Reference Group. Robert K. Merton dalam buku Soerjono Soekanto (2006: 123), membagi kelompok sosial menjadi membership group dan reference group. Membership group merupakan kelompok dimana orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group adalah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. f. Kelompok Okupasional dan Kelompok Volunter. Tipe kelompok sosial juga terbagi atas kelompok sosial okupasional dan kelompok sosial volunter. Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya kelompok kekerabatan, seperti yang kita tahu bahwa di jaman sekarang ini hubungan kekeluargaan seseorang tidak lagi erat seperti pada jaman dahulu, jadi pada jaman sekarang ini banyak timbul kelompok yang anggotanya didasarkan pada persamaan profesi atau perkerjaan mereka, misalnya saja ikatan dokter Indonesia, ikatan pengusaha, ikatan pengacara, dan lain sebagainya. Kelompok sosial volunter adalah kelompok yang memiliki kepentingan yang sama, namun tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat. Melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya 18

secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum (Soerjono Soekanto, 2006: 126). Kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pendapat para ahli tentang kelompok sosial adalah, bahwa kelompok sosial dapat terbentuk karena didahului dengan adanya interaksi sosial di dalam suatu masyarakat, dari interaksi sosial itulah maka sekumpulan individu akan memiliki kesadaran bahwa dia merupakan anggota dari masyarakat atau kelompok yang bersangkutan. Kesadaran akan keanggotaan kelompok itu akan semakin besar dengan adanya persamaan tujuan bersama yang hendak dicapai, dengan kata lain kelompok sosial merupakan sekumpulan individu yang memiliki ciri-ciri dan pola interaksi yang terorganisir secara berulangulang, sertamemiliki kesadaran bersama akan keanggotaanya. Kelompok sosial memiliki struktur sosial yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu, memiliki kepentingan bersama, serta memiliki norma-norma yang mengatur para anggotanya. 2.3 Altruisme 2.3.1 Pengertian Altruisme Altruisme berasal dari kata alter yang artinya orang lain. Secara bahasa altruism adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain. Comte membedakan antara perilaku menolong dengan altruism dengan perilaku menolong yang egois. Menurutnya dalam memberikan pertolongan, manusia memiliki dua motif (dorongan), yaitu altruis dan egois. Kedua dorongan tersebut 19

sama-sama ditujukan untuk memberikan pertolongan. Perilaku menolong yang egois tujuannya justru mencari manfaat untuk diri si penolong atau dia mengambil manfaat dari orang yang ditolong. Sedangkan perilaku menolong altruis yaitu perilaku menolong yang ditujukan semata-mata untuk kebaikan orang yang ditolong. Selanjutnya Comte menyebut perilaku ini dengan altruisme. (Taufik, 2012). 2.3.2 Aspek-Aspek Perilaku Altruisme Alruisme tidak dapat diukur menggunakan angka, namun bisa analisis melalui perbuatan-perbuatan yang tampak dan dapat diindra oleh panca indra. Untuk mendeteksi seberapa besar tingkat altruis seseorang kita dapat mengukurnya lewat aspek-aspek atau karakteristik altruisme. Menurut Myers karakteristik seseorang yang memiliki sifat altruis yaitu orang yang memiliki lima sifat pada dirinya, sifat tersebut yaitu : a. Empati Perilaku altruistis akan terjadi dengan adanya empati dalam diri seseorang. Seseorang yang paling altruis merasa diri mereka paling bertanggung jawab, bersifat sosial, selalu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi untuk membuat kesan yang baik. b. Belief On A Just World (Meyakini Keadilan Dunia) Seorang yang altruis yakin akan adanya keadilan di dunia (just world), yaitu keyakinan bahwa dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik akan dapat hadiah. Orang yang keyakinannya kuat terhadap 20

keadilan dunia akan termotivasi dengan mudah menunjukkan perilaku menolong. c. Sosial Responsibility (Tanggung Jawab Sosial) Setiap orang bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan orang lain, sehingga ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan orang tersebut harus menolongnya. d. Kontrol Diri Secara Internal Karakteristik dari perilaku altruistik selanjutnya adalah mengontrol dirinya secara internal. Hal-hal yang dilakukan dimotivasi oleh kontrol dari dalam dirinya (misalnya kepuasan diri). e. Ego yang Rendah Seseorang yang altruis memiliki keegoisan yang rendah. Dia lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. (David G. Myers, 2012:187-229) Adapun aspek-aspek dari perilaku Altruis menurut Emile Durkheim adalah sebagai berikut: a. Menolong sesama tanpa pamrih b. Tidak egois c. Bersedia berkorban d. Peka dan siap bertindak demi membantu sesama e. Mempunyai rasa belas kasihan f. Murah hati g. Tidak tegaan h. Penuh kasih sayang. (Emile Durkheim, 1990:150-167) 21

Dari aspek perilaku altruisme yang dikemukakan oleh Myers dan Emile, peneliti menggunakan teori Myers sebagai indikator tingkat altruisme. Hal tersebut karena teori yang dikemukakan oleh Myers lebih terperinci dan mudah untuk dijadikan indikator. 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat Altruisme Banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan altruisme kepada orang lain. Menurut Sarwono dipicu oleh : a. Pengaruh Situasi Pengaruh situasi ini merupakan pengaruh eksternal yang diperlukan sebagai motivasi yang memungkinkan timbul dalam diri individu pada situasi itu. Adapun pengaruh ini terdiri atas : 1. Kehadiran Orang Lain Faktor yang berpengaruh pada perilaku menolong atau tindakan menolong orang lain yang kebetulan berada bersama kita ditempat kejadian. Semakin banyak orang lain, semakin kecil kecenderungan orang untuk menolong. Begitu juga sebaliknya, orang yang sendirian cenderung lebih bersedia menolong. 2. Menolong Jika Orang Lain Menolong Sesuai dengan prinsip timbal balik dalam teori norma sosial, adanya individu yang sedang menolong orang lain akan lebih memicu kita untuk ikut menolong. 22

3. Desakan Waktu Biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung untuk tidak menolong, sedangkan orang yang santai lebih besar kemungkinannya untuk memberi pertolongankepada yang memerlukan. 4. Kemampuan yang dimiliki Bila individu merasa mampu dalam melakukan pertolongan, ia akan cenderung menolong. Sebalik bila seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menolong, ia tidak akan melakukan perbuatan menolong. b. Pengaruh Dari Dalam Diri Individu Pengaruh dari dalam diri individu sangat berperan dalam perilaku individu dalam berperilaku menolong. Pengaruh dari dalam diri tersebut yaitu kadar perasaan empati, faktor sifat atau keturunan, dan keyakinan. (Sarlito Sarwono, 1999:336) 23