RESPON PUPUK ORGANIK DAN BERAT BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.)

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 10 Nomor 2 September 2013

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

Volume 12 Nomor 2 September 2015

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODE PENELITIAN

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

Magrobis Journal 28. PENGARUH PUPUK ROSASOL-N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELEDRI (Apium graveolens L.) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. MATERI DAN METODE

Pupuk Organik Cair AGRITECH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM (AmaranthusSp) AKIBAT PEMBERIAN MULSA ORGANIK *) Oleh : Wirnawati Paris (1), Nurdin (2) (3) **)

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PEMUPUKAN TANAMAN CABAI Oleh : Isnawan BP3K Nglegok

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

Transkripsi:

RESPON PUPUK ORGANIK DAN BERAT BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) I DEWA GEDE SURATHA I GEDE MADE RUSDIANTA I WAYAN SUKASANA Fakultas Pertanian Universitas Tabanan ABSTRAK Penelitian pupuk organik dan berat bibit terhadap hasil tanaman baang merah (Allium Ascalonicum.L), dilaksanakan di Desa Subamia, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan dengan ketinggian ± 360 m diatas permukaan laut. Penelitian ini merupakan percobaan dilapangan yang dilakukan di lahan sawah pada tanggal 13 Maret 2016 sampai dengan 12 Mei 2016. Menggunakan Rencana Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan perlakuan dosis pupuk Organik sebagai faktor pertama dengan tingkat yaitu Dₒ (tanpa perlakuan pupuk), D1 (10.000 kg ha -1 ), D2 (20.000 kg ha -1 ), D3 (30.000 kg ha -1 ) dan berat bibit sebagai faktor kedua dengan tiga tingkat yaitu berat bibit ringan 3-4 g (B1), berat bibit sedang 5-6 g (B2), berat bibit berat 7-8 g (B3).Setiap perlakuan diulang tiga kali, sehingga terdapat 36 petakan tanah percobaan Hasil penelitian ini menyatakan bahwa laut pada berbagai tingkat mampu meningkatkan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1. Pada dosis 30.000 kg pupuk organik Bintang Kuda Laut pada berbagai tingkat mampu meningkatkan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1. Pada dosis 30.000 kg pupuk organik bintang kuda laut ha -1 memeberikan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1 terberat, yaitu seberat 8,83 g (2,21 t ha -1 ) serta mampu meningkatkan berat basah umbi rumpun -1 dan ha -1 terberat yaitu 58,88 g (14,72 ton ha -1 ). Perlakuan berat bibit 7-8 g mampu meningkatkan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1, berat basah umbi rumpun -1 dan ha -1, dan jumlah umbi rumpun -1 dan ha -1 masing-masing 8,88 g (2,22 t ha - 1 ), 59,21 g (14,80 t ha -1 ) dan 9,0 umbi. Tingginya berat kering umbi oven rumpun -1 disebabkan oleh meningkatnya berat basah umbi rumpun -1, jumlah umbi rumpun -1 dan jumlah rumpun -1. Berat basah umbi rumpun -1 dan jumlah umbi rumpun -1 tertinggi dicapai oleh perlakuan dosis 30.000 kg pupuk organik bintang kuda laut ha -1 yaitu 58,88 g dan 7,89 g. Dari analisis data berat basah umbi rumpun -1, didapatkan data konversi hasil ha -1, dimana ratarata hasil tertinggi didapatkan dari perlakuan dosis pupuk 30.000 kg ha -1 yaitu 14,72 t ha -1, atau meningkatkan sekitar 35,76% dari perlakuan dosis 0 kg pupuk orhanik bintang kuda laut. Interaksi antara perlakuan dosis pupuk organik dan berat bibit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata(p 0,01) terhadap parameter berat basah daun rumpun -1. Sedangkan parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (p 0,05). Kata kunci : Dosis pupuk organik, berat bibit, bawang merah (Allium Ascalonicum.L). PENDAHULUAN Adanya pembudidayaan bawang merah di semua wilayah provinsi di Indonesia menunjukan bahwa bawang merah dibutuhkan oleh setiap keluarga di Indonesia. Umbi bawang merah oleh setiap keluarga Indonesia dominan digunakan sebagai bumbu pelezat pada hampir semua jenis masakan dan juga dipakai bahan ramuan obat tradisional seperti mengobati luka lama,menyembuhkan penyakit maag,mengobati anak-anak yang masuk angin atau meriang. Bahkan penelitian-penelitian modern memperlihatkan bahwa bawang merah memiliki kemampuan menurunkan kadar gula darah oleh karenanya memiliki khasiat obat diabetes. 198 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016

Tingkat produktivitas ini relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil bawang merah dapat mencapai 17 t ha (Anon,1995). Usaha untuk meningkatkan produksi bawang merah ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan satu-satunya adalah menerapkan teknologi pemupukan. Pemberian pupuk anorganik yang dilakukan terus menerus dengan dosis tinggi dalam jangka waktu yang panjang tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk kandang menyebabkan unsur hara P akan tertumpuk di dalam tanah, akibatnya tanah menjadi padat dan berkerak,sehingga sulit diolah. Penggunaan pupuk N yang bersumber dari Urea atau ZA mempunyai reaksi fisiologis asam, bila diperlukan secara terus menerus akan meningkatkan keasamantanah atau ph tanah menurun, sehingga sebagian unsur hara berada dalam keadaan yang tidak tersedia bagi tanaman (Setyamidjaja, 1986). Pupuk organik bintang kuda laut mempunyai peranan dalam meningkatkan kandungan bahan organik tanah, disamping sebagai sumber hara makro maupun mikro yang selama ini seringkali diabaikan. Pupuk kandang mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan tanaman, baik yang sifatnya makro maupun mikro. Unsur makro yang dibutuhkan tanaman antara lain Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur mikro adalah besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), molybedenum (Mo) dan alumunium (Al). Besarnya peranan pupuk organik sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi, kandungan hara dalam bahan organik dan kesuburan tanah serta kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi aktifitas mikroorganisme (Setyamidjaja, 1986). Pemanfaatan pupuk organik dalam usaha peningkatan produktifitas tanaman memerlukan takaran pupuk yang cukup tinggi (Kuntyatuti dan Rahmania, 2001), sehingga menjadi faktor pembatas dalam penyediaan nya dan untuk aplikasi dalam skala luas. Kegunaan pupuk organik bintang kuda laut mempunyai peranan yaitu menggemburkan dan menyuburkan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serat air, memperkaya hara makro dan mikro Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016 Para petani umumnya menggunakan bibit campuran (besar,sedang dan kecil), sehingga pertumbuhan tanaman tidak seragam. Berat biji atau berat bagian tanaman yang ditanami dan dapat tumbuh menjadi tanaman baru (umbi, siung, stek) ikut menentukan produksi. Menurut Hatrige dan Bennet (1980) menyatakan bahwa bibit yang berukuran besar akan menghasilkan umbi yang lebih banyak sehingga produksinya akan lebih tinggi. Bibit yang berukuran lebih besar mempunyai persediaan makanan yang lebih banyak, sehingga dapat mendorong pertumbuhan organ-organ yang membutuh kan pertumbuhan umbi yang terbentuk pada tanaman bawang merah adalah akibat penimbunan karbohidrat pada pangkal daun (Khan dan Asif, 1981). Lebih lanjut dinyatakan bahwa, besarnya umbi terbentuk pada tanaman bawang merah tergantung dari banyaknya asimilat yang dihasilkan dan dapat ditimbun dalam umbi. Penilitian yang dilakukan Alit (2000), menunjukan bahwa berat basah umbi rumpun - 1 tertinggi diperoleh dari berat umbi bibit berat (6-7 g) yaitu sebesar 70,24 g, kemudian diikuti berat umbi bibit sedang (4-5 g) dengan perolehan hasil 64,04 g, hasil terendah didapat dari penggunaan berat umbi bibit berukuran kecil ( 2-3 g) yaitu hanya sebesar 61,04 g berat basah umbi rumpun -1. Atas dasar latar belakang tersebut diatas, maka perlu disesuaikan dengan perlakuan pengaruh pemberian pupuk organik bintang kuda laut pada beberapa tingkatan berat bibit terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit serta interaksinya terhadap hasil tanaman bawang merah. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian faktorial dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu dosis pupuk organik bintang kuda laut (D) dan berat bibit (B). Faktor pertama adalah dosis pupuk organik bintang 199

kuda laut terdiri dari empat tingkat yaitu:1. Dosis pupuk organik bintang kuda laut 0 kg ha - 1 (D0).2. Dosis pupuk organik bintang kuda laut 10.000 kg ha -1 atau 0,8 kg petak -1 ( D1 ). 3. Dosis pupuk organik bintang kuda laut 20.000 kg ha -1 atau 1,60 petak -1 ( D2 ). 4. Dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 kg ha -1 atau 2,40 kg petak -1 ( D3 ). Faktor kedua adalah berat bibit (B) yang terdiri dari tiga tingkat yaitu : 1. Bibit ringan 3-4 g ( B1 ) 2. Bibit sedang 5-6 g ( B2 ) 3. Bibit berat 7-8 g ( B3 ) Dari faktor tersebut akan diperoleh 12 perlakuan kombinasi yaitu : D0B1,D0B2, D0B3,D1B1, D1B2, D1B3, D2B1, D2B2, D2B3, D3B1, D3B2, D3B3. Setiap perlakuan kombinasi diulang 3 kali sehingga terdapat 36 petak percobaan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berlokasi di Subak Periuk Desa Subamia, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan yang terletak pada ketinggian ±300m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Maret sampai dengan 12 Mei 2016. Bahan-bahan yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah media tanam, bibit bawang merah varietas lokal Klungkung, pupuk organik bintang kuda laut dan analisis tanah. Pengendalian hama dan penyakit tanaman menggunakan pestisida Regent dengan dosis 1 cc litir -1 air. Sedangkan alat-alat yang dipergunakan adalah, cangkul, ember, parang, pisau, sprayer, timbangan,oven dan alat-alat tulis. Tanah sawah sehabis panen padi dibersihkan dari gulma atau bekas tanaman padi. Kemudian dilakukan penyemprotan dengan pestisida Gramoson dengan konsentrasi 5 cc liter -1 untuk mematikan gulma-gulma yang masih hidup. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul dan dibuatkan petak dengan ukuran 80 cm x 100 cm dengan jarak antar petak perlakuan 30 cm dan antar ulangan 50 cm. Bibit bawang merah yang digunakan yaitu varietas Klungkung yang terlebih dahulu diklasifikasikan terjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu bibit ringan (B1) dengan bibit antara 3-4 g, kelompok kedua yaitu bibit sedang (B2) dengan berat antara 5-6 g, dan kelompok ketiga yaitu bibit berat (B3) dengan berat antra 7-8 g. Sebelum ditanam pertama-tama kulit bibit yang paling luar dan mengering dihilangkan dan dibersihkan, demikian pula dengan sisa-sisa akar yang masih ada. Kemudian bibit dihamparkan pada niru sampai besoknya siap ditanam. Umur penyimpanan bibit adalah 3 bulan dari saat panen. Pemupukan dilakukan seminggu sebelum penanaman yang disesuaikan dengan perlakuan dan kode ulangan dalam penelitian, dengan cara menaburkan kesetiap petak dan selanjutnya diaduk dengan cangkul agar pupuk organik bintang kuda laut tercampur merata disetiap petak. Penanaman dilakukan setelah semua bibit dipersiapkan. Untuk menancapkan bibit bawang merah perlu dibuata lubang-lubang kecil pada petak yang telah disiapkan, dalam lubang kira-kira sama dengan tinggi umbi bibit. Umbi bibit yang telah dipotong sebagian ujungnya dan bekas potongannya telah mengering diletakkan dalam lubang dengan ujung di atas. Usahakan agar bekas potongan rata dengan tanah, jika terlalu dalam dapat mengundang pembusukan pada bibit. Bibit ditanami dengan posisi tegak, Penanaman disesuai dengan kode perlakuan dan kode ulangan dalam penelitian. Setelah selesai penanaman semua petak disiram dengan air agar media tetap lembab. Panen dilakukan setelah tanaman bawang merah berumur 65 hari dengan mencungkil umbi sampai ke bagian akarnya, kemudian dibersihkan dari tanah yang masih melekat. Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis secara statistik sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial. Apabila pada perlakuan terjadi pengaruh yang nyata (p 0,05) maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Apabila interaksi berpengaruh tidak nyata (p<0,05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan,s taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995). 200 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berat total tanaman rumpun -1 (g) laut para meter berat total tanaman rumpun -1. Perlakuan berat bibit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter berat total tanaman rumpun -1. Perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut berpengaruh tidak nyata (p 0,05) terhadap paremeter berat total tanaman rumpun -1. Berat rata-rata total tanaman rumpun dari keempat tingkat dosis dosis pupuk organik bintang kuda laut adalah 79,31 g. Berat total tanaman sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan berat bibit, dimana berat total tanaman tertinggi dihasilkan oleh berat bibit 7-8 sebesar 87,78 g atau meningkat 26,97% dibandingkan dengan berat total tanaman rumpun -1 terendah yang diapai perlakuan berat bibit 2-3 g yaitu 69,13 g (Tabel 2). Berat basah daun rumpun -1 (g) Berat basah daun secara nyata dipengaruhi oleh kedua perlakuan, dimana berat basah daun rumpun -1 terberat diperoleh dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 kg ha -1 dan berat bibit 7-8 g yaitu sebesar 148,00 g naik sekitar 32,93% dari berat basah daun rumpun -1 terendah yaitu 111,33 g. (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh interaksi antara dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit terhadap berat basah daun rumpun -1 Perlakuan Dosis pupuk organik bintang kuda laut (Kg ha -1 ) (D0) (D1) (D2) (D3) Berat bibit (g) (B1) (B2) (B3) 111,33 cde 115,00 abc 114,00 cdef 132,67 efg 118,67 a 114,33 fg 121,67 g 127,00 bcde 126,67 abcd 128,33 defg 125,67 ab 148,00 abcd Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata padauji jarak berganda Duncan 5%. Berat basah akar rumpun -1 (g) dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit serta interaksi antara kedua perlakuan parameter berat basah akar rumpun -1. Berat basah akar rumpun -1 dipengaruhi secara tidak nyata oleh perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut, dengan nilai ratarata berat basah akar rumpun -1 pada perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut adalah 3,51 g. Demikian pula dengan perlakuan berat bibit pada tingkat yang berbeda tidak mampu meningkatkan berat basah akar. Rata-rata berat basah akar pada ke tiga tingkat berat bibit adalah 3,51 g (Tabel 2). Berat kering oven akar rumpun -1 Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut parameter berat kering oven akar rumpun - 1 sedangkan perlakuan berat bibit menunjukan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) begitu pula dengan interaksi, antara kedua perlakuan juga menunjukan pengaruh yang tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter berat kering oven akar rumpun -1. kuda laut pada tingkat yang berbeda tidak mampu meningkatkan berat kering oven akar rumpun -1. Rata-rata berat kering oven akar rumpun -1 pada keempat tingkat dosis pupuk organik bintang kuda laut adalah 0,35 g (Tabel 2). Perbedaan berat bibit mampu meningkatkan berat kering oven akar rumpun -1. Berat kering oven akar rumpun -1 tertinggi di dapat oleh berat bibit 7-8 g yaitu sebesar 0,39 g meningkat 34,48% dibandingkan dengan berat bibit 3-4 g yaitu sebesar 0,29 g. (Tabel 2) Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016 201

Tabel 2. Pengaruh tunggal dosisi pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit terhadap berat Berat total tanaman, berat basah akar rumpun -1, dan jumlah umbi rumpun -1 (buah) Perlakuan Dosis pupuk organik bintang kuda laut Berat total tanaman (g) Berat basah akar rumpun-1 (g) Berat kering oven akar rumpun-1 (g) Jumlah rumpun-1 (buah) umbi (D0) (D1) (D2) (D3) 80,15 a 75,98 a 87,22 a 73,87 a 3,20 a 3,28 a 3,73 a 3,82 a 0,31 a 0,32 a 0,37 a 0,39 a 5,89 b 6,00 b 6,56 b 7,89 a BNT 5% Ns Ns Ns 1,13 Berat bibit (B1) (B2) (B3) 69,13 b 81,01 a 87,78 a 3,27 a 3,49 a 3,76 a 0,29 b 0,36 a 0,39 a 4,25 c 6,42 b 9,08 a BNT 5% 11,54 Ns 0,06 0,98 Keteranga : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT5%. Jumlah umbi rumpun -1 kuda laut dan berat bibit berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap jumlah umbi rumpun -1. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata(p 0,05) terhadap parameter jumlah umbi rumpun -1. Perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut pada tingkat yang berbeda mampu meningkatkan jumlah umbi rumpun -1, berpengaruh nyata (p 0,05) jumlah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 Kg ha -1 yaitu 7,89 umbi. (Tabel 2). Tabel 3. Pengaruh tunggal dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit terhadap diameter rumpun -1, berat basah umbi rumpun -1 berat basah umbi ha -1 berat kering oven umbi rumpun -1 dan berat kering oven umbi ha -1 Perlakuan Dosis pupuk organik bintang kuda laut Diameter umbi rumpun -1 (cm) Berat basah umbi rumpun -1 (g) Berat basah umbi ha -1 (ton) Berat kering oven umbi rumpun -1 (g) Berat kering oven umbi ha -1 (ton) (D0) (D1) (D2) (D3) 1,37 b 1,40 ab 1,58 a 1,67 a 46,28 b 53,24 ab 49,48 b 58,88 a 11,57 b 13,31 ab 12,37 ab 14,72 a 6,94 b 7,99 a 9,43 a 7,29 ab 1,74 b 2,00 a 2,36 a 1,82 ab BNT 5% 0,23 8,42 2,93 1,76 0,44 Berat bibit (B1) (B2) (B3) 1,49 a 1,39 a 1,63 a 40,98 b 55,72 a 59, 21 a 10,25 b 13,93 a 14,80 a 6,73 b 7,94 a 9,06 a BNT 5% ns 7,29 1,82 1,52 0,38 1,68 b 1,99 a 2,27 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT5%. 202 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016

Perlakuan berat bibit pada tinggi yang berbada berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap parameter jumlah umbi rumpun -1. Jumlah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit perlakuan berat bibit 7-8 g yaitu sebesar 9,00 g (Tabel 3) Diameter umbi rumpun -1 (cm) interaksi antara dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit menunjukan pengaruh yang tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter diameter umbi rumpun -1. kuda laut pada berbagai tingkat menunjukan parameter diameter umbi rumpun -1 dimana diameter umbi terpanjang didapat dari laut 30.000 kg ha -1 yaitu sebesar 1,67 cm. (Tabel 4). Perlakuan berat bibit yang berbeda menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter diameter umbi rumpun -1 yaitu rata-rata sebesar 1.50 cm (Tabel 4). Berat basah umbi rumpun -1 berat bibit dan dosis pupuk organik bintang kuda laut serta interaksi antara kedua perlakuan parameter berat basah umbi rumpun -1. kuda laut pada tingkat yang berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) serta mampu meningkatkan berat basah umbi rumpun -1. Berat basah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 kg ha -1 yaitu dengan rata-rata sebesar 58,88 gram (Tabel 4). berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap parameter berat basah umbi rumpun -1. Berat basah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g dengan rata-rata 59,21 g ( Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh tunggal dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit terhadap diameter umbi rumpun -1, berat basah umbi rumpun -1 berat basah umbi ha -1, berat kering oven umbi rumpun -1 dan berat kering oven umbi ha -1 Perlakuan Dosis pupuk organik bintang kuda laut (kg ha -1 ) (D0) (D1) (D2) (D3) Diameter umbi rumpun -1 (cm) 1,37 b 1,40 ab 1,58 a 1,67 a Berat basah umbi rumpun -1 (g) 46,28 b 53,24 ab 49,48 b 58,88 a Berat basah umbi ha -1 (t) 11,57 b 13,31 ab 12,37 ab 14,72 a Berat kering oven umbi rumpun -1 (g) 6,94 b 7,99 a 9,43 a 7,29 ab Berat kering oven umbi ha -1 (ton) 1,74 b 2,00 a 2,36 a 1,82 ab BNT 5% 0,23 8,42 2,93 1,76 0,44 Berat Bibit (B1) (B2) (B3) 1,49 a 1,39 a 1,63 a 40,98 b 55,72 a 59,21 a 10,25 b 13,93 a 14,80 a 6,73 b 7,94 a 9,06 a 1,68 a 1,99 b 2,27 a BNT 5% Ns 7,29 1,82 1,52 0,38 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berat basah umbi ha -1 (ton) Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016 laut pada tingkat yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata(p 0,05) sedangkan perlakuan berat bibit menunjukkan pengaruh 203

yang sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter berat basah umbi ha -1. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata (p 0,05) kuda laut pada tingkat yang berbeda mampu meningkatkan berat basah umbi ha -1, berpengaruh nyata (p<0,05). Berat basah umbi ha -1 tertinggi di dapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 kg ha -1 yaitu 14,72 t (Tabel4). Perlakuan berat bibit pada tingkat yang berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter berat basah umbi ha -1. Berat basah umbi ha -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g yaitu 14,80 t (Tabel 4.) Berat kering oven umbi rumpun -1 Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan dosis pupuk oraganik bintang kuda laut pada tingkat yang berbeda menunjukan parameter berat kering oven umbi rumpun -1 dan perlakuan berat bibit berpengaruh sangat nyata (p 0,01) serta interaksi antara kedua perlakuan parameter berat kering oven umbi rumpun -1. kuda laut pada tingkat yang berbeda pengaruh nyata (p 0,05) terhadap berat kering oven umbi rumpun -1. Berat kering oven umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 Kg ha -1 yaitu 9,43 g. (Tabel 4). berbeda berpengaruh sangat nyata (p 0,01) terhadap parameter berat kering oven umbi rumpun -1. Berat kering oven umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g dengan rata-rata 8,88 g (Tabel 4). Berat kering oven umbi ha -1 laut pada berbagai tingkatan menunjukan parameter berat kering oven umbi ha -1 dan perlakuan berat bibit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) terhadap parameter berat kering oven umbi rumpun -1 sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter diameter umbi ha -1. Pembahasan kuda laut berpengaruh tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter berat total tanaman rumpun - 1. berat rata-rata total tanaman rumpun -1 dari keempat tingkat dosis pupuk organik bintang kuda laut adalah 79,31 g (Tabel 2). Sedangkan perlakuan berat bibit berpengaruh sangat nyata terhadap berat total tanaman dengan berat tertinggi dihasilkan oleh berat bibit 7-8 g sebesar 87,78 g atau meningkat 26,97% dibandingkan dengan berat total tanaman rumpun -1 terendah yang dicapai oleh perlakuan berat bibit 2-3 g yaitu 69,13 g (Tabel 2). Berat basah daun secara sangat nyata dipengaruhi oleh kedua perlakuan, dimana berat basah daun rumpun -1 terberat diperoleh dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 kg ha -1 dan berat bibit 7-8 g yaitu sebesar 148,00 g naik sekitar 32,93% dari berat basah daun rumpun -1 terendah yaitu 111,33 g (Tabel 1). kuda laut dan berat bibit serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata(p 0,05) terhadap paremeter berat basah akar rumpun -1 dengan nilai rata-rata berat basah akar rumpun -1 adalah 3,51 g (Tabel 2). laut parameter berat kering oven akar rumpun -1 sedangkan perlakuan berat bibit menunjukan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) begitu pula dengan interaksi antara kedua perlakuan juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter berat kering oven akar rumpun -1. kuda laut pada tingkat yang berbeda tidak mampu meningkatkan berat kering oven akar rumpun -1. rata-rata berat kering oven akar rumpun -1 pada ke empat tingkat dosis pupuk organik bintang kuda laut adalah 0,35 g (Tabel 2). 204 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016

Perbedaanberat bibit mampu meningkatkan berat kering oven akar rumpun -1. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan parameter jumlah umbi rumpun -1. kuda laut pada tingkat yang berbeda mampu meningkatkan jumlah umbi rumpun -1, berpengaruh nyata (p 0,05) jumlah umbi rumpun -1 tertinggi di dapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 Kg ha - 1 yaitu 7,89 buah.(tabel 2). berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap parameter jumlah umbi rumpun -1. Jumlah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g yaitu sebesar 9,08 g (Tabel 2), Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berat basah umbi ha -1. kuda laut pada tingkat yang berbeda mampu meningkatkan berat basah umbi ha -1, berpengaruh nyata (p 0,05). Berat basah umbi ha -1 tertingi di dapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintan kuda laut 30.000 Kg ha -1 yaitu 14,72 t (Tabel 4). berbeda berpengaruh sangat nyata (p 0,01) terhadap parameter berat basah umbi ha -1. Berat basah umbi ha -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g yaitu 14,80 t (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukan bahwa laut pada tingkat yang berbeda menunjukkan parameter berat kering oven umbi rumpun -1 dan perlakuan berat bibit berpengaruh sangat nyata (p 0,01) serta interaksi antara kedua perlakuan berat bibit berpengaruh sangat tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter berat kering oven umbi rumpun -1 kuda laut pada tingkat yang berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap berat kering oven umbi rumpun -1. Berat kering oven umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 Kg ha -1 yaitu 9,43 g. (Tabel 4). Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016 berbeda berpengaruh sangat nyata (p 0,01) terhadap parameter berat kering oven umbi rumpun -1. Berat kering oven antar dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit menunjukan pengaruh yang tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter diameter umbi rumpun -1. kuda laut pada berbagai tingkat menunjukan parameter diameter umbi rumpun -1 dimana diameter umbi terpanjang didapat dari laut 30.000 kg ha -1 yaitu sebesar 1,67 cm (Tabel 4). Perlakuan berat bibit yang berbeda menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (p 0,05) terhadap parameter diameter umbi rumpun -1 yaitu rata-rata sebesar 1,50 cm (Tabel 4) sedangkan interaksi antara kedua perlakuan parameter diameter umbi rumpun -1. (Tabel 4) kuda laut pada tingkat yang berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) serta mampu meningkatkan berat basah umbi rumpun -1.Berat basah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari laut 30.000 Kg ha -1 yaitu dengan rata-rata sebesar 58,88 g (Tabel 4). berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap parameter berat basah umbi rumpun -1. Berat basah umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g dengan rata-rata 59,21 g (Tabel 4). laut pada tingkat yang berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata (p 0,05) sedangkan perlakuan berat bibit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) umbi rumpun -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 dengan rata-rata 8,88 g (Tabel 4). laut pada berbagai tingkatan menunjukkan parameter berat kering oven umbi ha -1 dan 205

perlakuan berat bibit menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) terhadap parameter berat kering oven umbi rumpun -1 sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata (p 0,05) tingginya berat kering umbi oven rumpun -1 disebabkan oleh peningkatan berat basah akar rumpun -1, jumlah umbi rumpun -1 dan berat total tanaman (Tabel 2). Berat basah umbi rumpun -1 dan jumlah umbi rumpun -1 tertinggi dicapai oleh perlakuan dosis 30.000 kg pupuk organik bintang kuda laut ha -1 yaitu 58,88 g dan 7,89 g atau masing masing meningkat 4,09% dan 33,96% dibandingkan dengan perlakuan 0 kg pupuk oranik bintang kuda laut ha -1 (Tabel 2 dan Tabel 3). Dari analisis data berat basah umbi rumpun -1, didapatkan data konversi hasil ha -1, dimana rata-rata hasil tertinggi didapatkan dari perlakuan dosis pupuk 30.000 kg ha -1 yaitu 14,72 t ha -1, atau meningkatkan sekitar 35,76% dari perlakuan dosis 0 kg pupuk organik bintang kuda laut. kuda laut pada tingkat yang berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap parameter berat kering oven umbi ha -1. Berat kering oven umbi ha -1 tertinggi didapat dari perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut 30.000 Kg ha - 1 yaitu sebesar 2,36 t.(tabel 3) meningkat sekitar 27,01% dari perlakuan dosis pupuk terendah yaitu sebesar 1,74 t. berbeda berpengaruh nyata (p 0,05) terhadap parameter berat kering oven umbi ha -1. Berat kering oven umbi ha -1 tertinggi didapat dari perlakuan berat bibit 7-8 g yaitu sebesar 2,27 ton (Tabel.3) meningkat sebesar 44,15% dari perlakuan bibit terkecil yaitu sebesar 1,68 t. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. kuda laut pada berbagai tingkat mampu meningkatkan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1. Pada dosis 30.000 kg pupuk organik bintang kuda laut ha -1 memberikan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1 terberat, yaitu seberat 9,43 g (2,36 t ha -1 ) serta mampu meningkatkan berat basah umbi rumpun -1 dan ha -1 terberat yaitu 58,88 g (14,72 ton ha - 1 ). 2. Perlakuan berat bibit 7-8 g mampu meningkatkan berat kering oven umbi rumpun -1 dan ha -1, berat basah umbi rumpun -1 dan ha -1 dan jumlah umbi rumpun -1 dan ha -1 masing-masing 9,06 g (2,27 t ha -1 ), 59,21 g (14,80 t ha -1 ) dan 9,08 umbi. 3. Interaksi antara perlakuan dosis pupuk organik bintang kuda laut dan berat bibit (DxB) menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p 0,01) terhadap parameter berat basah daun rumpun -1 sedangkan parameter yang lain berpengaruh tidak nyata(p 0,05). Saran Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Budidaya bawang merah yang dilakukan yang sama atau mendekati sama dengan tempat penelitian ini disarankan menggunakan pupuk organik bintang kuda laut dengan dosis 30.000 kg ha -1 dengan menggunakan berat bibit 7-8 g. 2. Untuk mengetahui respon menggunakan pupuk organik bintang kuda laut terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, maka perlakuan akan dilakukan penelitian lanjutan di lapangan terbuka dengan perlakuan yang sama atau berbedadan hasil yang nantinya didapatkan, bisa digunakan sebagai pembandingan dengan hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Alit, G.K. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Super TW Plus dan Berat Bibibt Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum.L). Skripsi. Tabanan : Universitas Tabanan. Anonimus. 1995. Pedoman bercocok Tanam Bawang Merah,Jakarta : Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas. 206 Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016

Gomes, K,A., gomez, A.A.. 1995 Proseduer Statistik untuk penelitian Pertanian (terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia press. Harjadi (1993). Pertumbuhan tanaman, Jakarta: Universitas Indonesia press. Hadridge, K.A. and Bannet, J.P 1980 Effect of Send Weight. Plane Density and Spacing on Yield Response of Onion. J.Hort.Sci.(30) : 247-252. Hidayat et. al., (2003) Budidaya Tanaman Bawang Merah. Jakarta : Penerbit tiga serangkai. Khan, A.A., Asif, M.I. 1981. Studies on the Translocation of C. Labelled Photosity. Nigeria : J. Hort. 56 (2) : 132-116. Kuntyastuti, H., Rahmania, A.A. 2001. Pemanfaatan Pupuk Alternatif Organik dan Anorganik pada Kedelai di Lahan sawah. Prosiding Seminar Nasional Pembangunan Teknologi Pertanian dalam Upaya Optimalisis Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bekerjasama Dengan UNUD. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta : Penerbit CV. Yasaguna. Rinsema, 2003. Kegunaan Pupuk Organik Bagi Tanaman. Jakarta : Penerbit Tiga Serangkai. Rismunandar. 1986. Budidaya Bawang Merah. Cetaka Kedua. Bandung : Penerbit Sinar Bary Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya Pengolahan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta : CV. Simplex. 122 hal. Suijana, I W. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Bokasi Kotaku dan berat Benih terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum.L) (Skripsi). Tabanan : Fakultas Pertanian. Universitas Tabanan. Sumarni, N., Hidayat, A. 2005. Pedoman Teknis BTT Bawang Merah No.3. Lembang-Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Utama, I M. 2010. Pengaruh Dosis pupuk organik petroganik dan berat benih terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium Ascalonicum.L) (Skripsi). Tabanan : Fakultas Pertanian. Universitas Tabanan. Utomo, 2002. Degradasi Lahan Jakarta : Penerbit CV. Yasaguna. Wibowo,S. 1999. Budidaya Tanaman Bawang, Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penerbit: Penebar Swadaya. Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 2 September 2016 207