BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

dokumen-dokumen yang mirip
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.2, No.1 April 2015 Page 53

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik KATA PENGANTAR

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

Produk Domestik Bruto (PDB)

BERITA RESMI STATISTIK

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BERITA RESMI STATISTIK

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007


VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU. I. Latar Belakang. Profil Responden

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB I PENDAHULUAN. dan restoran mengalami peningkatan kontribusi. Demikian juga pertanian, listrik,

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Pendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dahulu di Kampung Sukaresmi, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi, hampir setiap keluarga memproduksi tahu. Oleh karena itu, kampung tersebut terkenal sebagai Kampung tahu Citeureup. Pada tahun 1970, sebanyak 14 pembuat tahu bermukim di kawasan tersebut. (Febriani, 013). Kampung yang termasuk ke dalam Kecamatan Cimahi Utara tersebut dari arah Bandung dapat di akses melalui jalan Jenderal Amir Mahmud diteruskan ke jalan Kolonel Masturi dan terakhir ke jalan Citeureup yang sekarang dikenal dengan jalan Encep Kartawiria yang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup Sumber: diolah dari Google Maps dan Wikimapia Keterangan: Kampung Tahu Citeureup, Cimahi. Pada tahun 009 dari data Seksi Perindustrian DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi (013) tercatat sebanyak 7 pembuat tahu yang bermukim di kelurahan Citeureup. Mayoritas pembuat tahu berada di Jalan Kandaatmaja, yaitu: 1) Tahu H. Nugraha, Jl. Kandaatmaja No. 57 Rt. 04/14, Kel. Citeureup. ) Tahu Kartama, Jl. Kandaatmaja No. 65 Rt. 03/14, Kel. Citeureup. 3) Tahu Afuk, Jl. Kandaatmaja No. 74 Rt. 03/14, Kel. Citeureup. 4) Tahu Ohim, Jl. Kandaatmaja No. 77 Rt. 03/14, Kel. Citeureup. 5) Tahu Ente Sunarya, Jl. Kandaatmaja No. 84 Rt. 03/14, Kel. Citeureup. 6) Tahu Ade Tatang, Jl. Kandaatmaja No. 101 Rt.05/14, Kel. Citeureup. 7) Tahu/Tempe Endin Ajudin, Jl. Sukaresmi Rt. 04/0, Kel. Citeureup. 1

1. Latar Belakang Penelitian Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar perekonomian Indonesia. Hal tersebut berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM (01) rata-rata setiap tahun persentasi jumlah UMKM berbanding usaha besar adalah 99,99 : 0,01. UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 97,16 % tenaga kerja nasional atau menyerap 34 kali lipat dibandingkan dengan usaha besar. Tetapi dengan jumlah yang besar tersebut kontribusi masing-masing jenis UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional masih di bawah usaha besar. Pada tahun 01 kontribusi usaha mikro 35,81 %, usaha kecil 9,68 %, dan usaha menengah 13,59 %. Sedangkan usaha besar 40,9 %. Hal tersebut dikarenakan rata-rata pertumbuhan per tahun UMKM sangat tidak signifikan. Pertumbuhan usaha mikro menjadi usaha kecil 0,051 %, usaha kecil menjadi usaha menengah 0,405 %, dan usaha menengah menjadi usaha besar 0,190 %. (diolah dari Kementerian Koperasi dan UKM (009), (010), (011), dan (01)) Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (013: ), Provinsi Jawa Barat termasuk ke dalam tiga besar berdasarkan persentasi kontribusi struktur PDB Nasional yaitu sebesar 13,88 %, di bawah DKI Jakarta sebesar 16,46 % dan Jawa Timur sebesar 14,98 %. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) Jawa Barat menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Gambar 1.. Gambar 1.: Grafik Perkembangan Kontribusi Masing-Masing Lapangan Usaha Terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 008-013 (Persen) 43,7 40,77 37,8 37,16 35,69 45 40 34,56 35 4,44 30 7,44 8,98,7 3,01 5,75 8, 0,51 3,41 4,4,67,73,35 1,74 11,45 11,95 5 0 15 10 5 0 Jasa-Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Konstruksi Listrik, Gas, dan Air Bersih 008 Pengolahan 009 Pertambangan dan Penggalian 010 011 Pertanian 01 013 Sumber: diolah dari BPS Jawa Barat (01) dan (014)

Berdasarkan Gambar 1. rata-rata kontribusi Pengolahan di Jawa Barat terhadap struktur PDRB mengalami penurunan 1,83 % per tahun dan 9,14 % dibanding lima tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan dalam lima tahun terakhir berdasarkan Gambar 1. hampir semua sektor ekonomi mengalami peningkatan kinerja sehingga menekan kinerja kontribusi Pengolahan dan turunannya. Salah satu turunan Pengolahan yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau. Berdasarkan data yang diolah dari BPS Jawa Barat (01) rata-rata kontribusi industri makanan, minuman, dan tembakau terhadap struktur PDRB Jawa Barat mengalami penurunan 0,195 % per tahun. Dari berbagai Kota dan Kabupaten yang berada di Jawa Barat, salah satu Kota yang mengandalkan industri makanan sebagai roda perekonomian adalah Kota Cimahi. Berdasarkan data Diskopindagtan Kota Cimahi (013), 43,50 % dari struktur jumlah UMKM Kota Cimahi adalah jenis komoditi makanan dengan jumlah 3.097 unit usaha. Jumlah tersebut menjadi yang terbesar dan menghasilkan keuntungan sebesar 31,86 miliar per Februari 013 serta menyerap 4,86 % dari total jumlah tenaga kerja yang dapat diserap UMKM Kota Cimahi. Jumlah industri makanan di Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1: Struktur Jumlah Pengolahan Kota Cimahi Berdasarkan Lapangan Usaha Lapangan Usaha Tahun 011 Pengolahan Jumlah (Unit) Kecil dan Rumah Tangga Sedang dan Besar Distribusi Jumlah (%) Nilai Kecil dan Rumah Sedang dan Tambah /PDRB (%) Tangga Besar Makanan, Minuman 441 16 46,96 1,40 1,61 dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit, 131 65 13,95 50,39 91,80 dan Alas Kaki Pupuk, Kimia, dan - 4 0 18,61,30 Barang dari Karet Logam Dasar 41 5 4,37 3,88 1,41 Besi,dan Baja Barang Kayu dan 60 1 6,39 0,78,88 Hasil Hutan lainnya Semen dan Barang - 0 1,56 Galian Bukan Logam Kertas dan Barang - 0 1,56 Cetakan Alat Angkut, Mesin, - 1 0 9,6 dan Peralatannya Barang Lainnya 66 8,33 1,56 Total 939 19 100,00 100,00 100,00 Sumber: diolah dari BPS Kota Cimahi (01a), (01b), (013b), dan (013d) Berdasarkan pada Tabel 1.1 industri makanan dalam skala industri kecil dan rumah tangga memiliki jumlah paling banyak dengan distribusi sebesar 46,96 % dari total jumlah jenis industri 3

kecil dan rumah tangga lainnya. Dalam skala industri sedang dan besar jumlahnya tergolong sedikit dengan distribusi sebesar 1,40 %. Dari data BPS Kota Cimahi (01c) Pengolahan menghasilkan 4.019,59 miliar bagi PDRB Kota Cimahi. Berdasarkan Tabel 1.1 distribusi nilai tambah industri makanan dan minuman terhadap PDRB yang dihasilkan Pengolahan sangat kecil sebesar 1,61 %, terlebih jika dibandingkan dengan industri tekstil yang berkontribusi 91,80 %. Menurut BPS Kota Cimahi (013d) hal tersebut terjadi dikarenakan industri makanan dan minuman keberadaannya terlihat cukup banyak di Kota Cimahi, namun pada umumnya perusahaan itu pada level usaha mikro dan kecil. Dimana nilai tambah yang dihasilkan relatif kecil. Selain itu, disebabkan pertumbuhan industri makanan skala industri kecil dan rumah tangga menjadi industri sedang dan besar tidak signifikan. Gambar 1.3 menunjukkan pertumbuhan industri makanan Kota Cimahi. Gambar 1.3: Pertumbuhan Makanan di Kota Cimahi Tahun 011 500 450 400 350 300 50 00 150 100 50 0 43 441 16 16 Tahun 010 Tahun 011 Kecil dan Rumah Tangga Sedang dan Besar Sumber: diolah dari BPS Kota Cimahi (01a), (01b), (013a), (013b), dan (013c) Berdasarkan Gambar 1.3, pertumbuhan jumlah industri makanan skala industri kecil dan rumah tangga tahun 011 mencapai 4,6 %. Struktur industri kecil dan menengah terhadap industri makanan keseluruhan mencapai 96,36 % pada tahun 010, meningkat menjadi 96,50 % pada tahun 011. Dari jumlah yang banyak tersebut dalam periode tersebut, tidak ada satu pun dari industri makanan skala industri kecil dan rumah tangga yang berhasil menjadi industri sedang dan besar. Dengan demikian, pertumbuhan industri makanan di Kota Cimahi pada periode tersebut kurang signifikan sehingga kontribusi industri makanan terhadap PDRB Kota Cimahi relatif kecil. Dari data yang terdapat pada Seksi Perindustrian DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi (013) terdapat 54 unit usaha yang termasuk dalam industri pangan. Dari data tersebut yang termasuk dalam industri rumah tangga berjumlah 7 unit usaha, industri kecil 15 unit usaha, dan industri sedang 9 unit usaha. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.. 4

Jenis Tabel 1.: Jumlah Jenis Usaha Pangan Kota Cimahi Menurut Jenis Jenis Usaha Kerupuk Tahu Tempe Kue Kecap Biskuit Keripik Toge Lainnya Rumah 4 8 3 - - 4 4 7 Tangga Kecil 8 1 - - - - - - 6 15 Sedang 4 - - - 1 1 - - 3 9 Besar - - - - 1 1 - - 1 3 Jumlah 16 9 3 4 4 1 54 Sumber: diolah dari Seksi Perindustrian DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi (013) Jumlah Dari Tabel 1. proporsi industri rumah tangga terhadap jumlah industri pangan Kota Cimahi menjadi yang terbesar dengan distribusi sebesar 50,00 %. Sedangkan industri kecil dan industri sedang masing-masing berkontribusi 7,78 % dan 16,67 %. Berdasarkan data tersebut dalam skala industri rumah tangga, industri dengan jenis usaha tahu menjadi yang terbesar. Kontribusi jumlah industri tahu pada industri pangan berskala industri rumah tangga paling tinggi sebesar 9,63 %. Perajin tahu yang berada di Kota Cimahi dapat dilihat pada Tabel 1.3. No. Nama Perusahaan/ Perajin Tabel 1.3: Perajin Tahu di Kota Cimahi Alamat Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja 1 Tahu Sumedang Jl. Cilember Rt.04/06, Kel. Cigugur Wala Tengah, Kec. Cimahi Tengah 4 Tahu H. Nugraha Jl. Kandaatmaja No. 57 Rt. 04/14, 3 Tahu Kartama Jl. Kandaatmaja No. 65 Rt. 03/14, 3 4 Tahu Afuk Jl. Kandaatmaja No. 74 Rt. 03/14, 5 Tahu Ohim Jl. Kandaatmaja No. 77 Rt. 03/14, 6 Tahu Ente Sunarya Jl. Kandaatmaja No. 84 Rt. 03/14, 1 7 Tahu Ade Tatang Jl. Kandaatmaja No. 101 Rt.05/14, 8 Tahu/Tempe Endin Jl. Sukaresmi Rt. 04/0, Kel. Ajudin Citeureup, Kec. Cimahi Utara 1 9 Pabrik Tahu Kp.Anggaraja Rt. 04/07, Kel. Warkana Cipageran, Kec. Cimahi Utara Sumber: diolah dari Seksi Perindustrian DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi (013) 5

Periode Sep-10 Des-10 Apr-11 Agust-11 Des-11 Apr-1 Agust-1 Des-1 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Pada Tabel 1.3 industri tahu yang berada di Kota Cimahi rata-rata dapat mempekerjakan tiga orang. Jumlah tenaga kerja paling tinggi mempekerjakan 1 orang sedangkan paling rendah satu orang tenaga kerja. 88,89 % industri tahu diantaranya berskala industri rumah tangga. Berdasarkan fenomena yang peneliti amati, pada tahun 013 industri tahu di Indonesia khususnya Jawa Barat termasuk Kota Cimahi di dalamnya mengalami hambatan dalam hal penyediaan bahan baku utama yaitu kedelai. Apabila perajin tahu tidak dapat memenuhi bahan baku utama ini tentunya dapat sangat merugikan kelangsungan hidup usaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari TPI Bank Indonesia (013) produksi kedelai nasional belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional sehingga terjadi defisit akan kebutuhan kedelai di Indonesia. Produksi kedelai nasional adalah 783.160 ton sedangkan kebutuhan sebagai bahan makanan termasuk dibutuhkan oleh perajin tahu sebesar 1.849.843 ton. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai harus mengimpor dari berbagai negara. Impor kedelai Indonesia mencapai 65,13 % dari total kebutuhan kedelai nasional. Pada akhir Agustus 013 nilai tukar rupiah pada sejumlah bank mendekati Rp 1.000,00 (Galamedia, 013, 9 Agustus). Penurunan nilai rupiah tersebut tentunya berpengaruh terhadap kenaikan harga komoditas kedelai di Indonesia yang sebagian besar didapat dari hasil impor. Kenaikan harga kedelai selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.4. Gambar 1.4: Kenaikan Harga Kedelai Tahun 010-013 (Dalam Rupiah) 11000 10500 10000 9500 9000 8500 8000 7500 7000 10051 9734 9699 9769 9558 10068 10031 880 8857 8948 8541 8794 8903 9357 9434 9383 945 9510 9059 8398 8349 7990 881 789 760 10888 10650 9600 10681 10511 Kedelai Lokal Kedelai Impor Sumber: diolah dari Kementerian Perdagangan (013) Pada Gambar 1.4 dari tahun 010 hingga 013 harga kedelai lokal dan impor terus mengalami kenaikan. Peningkatan harga pada bulan September 010 dibandingkan September 013 untuk kedelai lokal dan impor masing-masing mengalami kenaikan 0,75 % dan 35,35 %. Kenaikan harga kedelai tersebut tentunya sangat merugikan perajin tahu skala industri rumah tangga khususnya yang berada di Kota Cimahi karena keuntungan yang diperoleh semakin kecil. 6

Salah satu kerugian tersebut dikarenakan laba bersih tidak dapat menutupi biaya produksi yang meningkat. Fenomena yang peneliti amati dari kenaikan bahan baku kedelai tersebut, pada tanggal 9-11 September 013 perajin tahu dan tempe di Indonesia sepakat untuk menghentikan produksi selama tiga hari pada tanggal tersebut dan di Jawa Barat potensi kerugian dari aksi itu ditaksir mencapai 1, miliar per hari. (Pikiran Rakyat, 013). Menurut Astamoen (008: 39) rugi termasuk bentuk kegagalan. Sehingga masalah yang timbul dan menyebabkan kerugian dalam penyediaan bahan baku kedelai bagi perajin tahu dapat menjadi temuan awal untuk meneliti lebih lanjut berbagai penyebab kegagalan pada perajin tahu. Disisi lain belum tentu juga permasalahan dalam penyediaan bahan baku dialami oleh perajin tahu skala industri rumah tangga di Kota Cimahi yang pada Tabel 1.3 mayoritas bermukim di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara. Dengan demikian, ditekankan kembali perlu untuk diteliti lebih lanjut. Kebanyakan persepsi di masyarakat mengenai bentuk kegagalan usaha adalah kebangkrutan. Tetapi dalam penelitian ini peneliti mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Astamoen (008: 39) mengenai berbagai bentuk kegagalan, diantaranya tidak tercapainya tujuan seperti yang direncanakan semula, kalah, rugi, bangkrut, batal, tertipu, terpedaya, terkecoh, celaka, ditolak, disisihkan, diabaikan, tidak lulus, dan tidak ada kemajuan. Mengenai tidak ada kemajuan dilihat secara umum, mengacu pada data dari Febriani (013) di daerah Citeureup pada dekade 1970 sebanyak 14 pembuat tahu bermukim di daerah tersebut, sehingga terkenal dengan sebutan Kampung Tahu Citeureup, tetapi saat ini hanya tersisa satu pengrajin tahu yang masih bertahan. Pada tahun 009 berdasarkan pada data Seksi Perindustrian DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi (013), perajin tahu di daerah Citeureup tercatat sebanyak tujuh perajin tahu. Dapat dilihat pada Gambar 1.5. Gambar 1.5: Perkembangan Jumlah Perajin Tahu di Citeureup, Cimahi Utara (Unit) 16 14 1 10 8 6 4 0 14 Tahun 1970 Tahun 009 Agustus_013 Perajin Tahu Citeureup, Cimahi 7 1 Sumber: diolah dari Seksi Perindustrian DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi (013) dan Febriani (013) 7

Dari Gambar 1.5 di daerah Citeureup usaha tahu mengalami penurunan jumlah setiap tahunnya. Setelah menurun sebanyak 50,00 % perajin tahu antara tahun 1970-009, jumlah perajin tahu di daerah Citeureup tidak mengalami kemajuan, bahkan terus menurun hingga menyisakan satu perajin tahu saja hingga saat ini. Berdasarkan survei peneliti, perajin tahu di daerah Citeureup terus mengalami penurunan kapasitas produksi dibandingkan masa puncaknya, dengan kata lain tidak ada kemajuan. Mereka memiliki keinginan agar usaha terus berlanjut, tetapi yang terjadi sebaliknya. Tidak ada kemajuan dan tidak tercapainya tujuan seperti yang direncanakan semula menurut Astamoen (008: 39) termasuk dalam kegagalan usaha. Walaupun tidak ada kemajuan terdapat perajin tahu yang masih bertahan dikarenakan tidak ada keahlian lain untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan perajin tahu yang sudah tutup walaupun memiliki keinginan agar usaha tahu terus berlanjut tetapi memutuskan untuk beralih profesi, selebihnya faktor usia sudah memasuki usia tua. Tetapi belum diketahui apa yang terjadi dengan usaha tahu yang pernah dimiliki sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha tahu, baik oleh perajin tahu sendiri maupun anggota keluarga yang lain. Berharap jumlah perajin tahu di daerah Citeureup dapat dipertahankan, tidak mengalami sebaliknya yaitu tidak ada kemajuan dalam jumlah perajin tahu di daerah Citeureup. Fenomena lainnya yang peneliti amati, diolah dari data BPS Kota Cimahi (010) rata-rata setiap tahun penduduk Kota Cimahi meningkat,68 %, di Kecamatan Cimahi Utara meningkat 3,905 % setiap tahun, dan diolah dari data PEMKOT Cimahi (014) jumlah penduduk di Kelurahan Citeureup diatas rata-rata jumlah penduduk di setiap Kelurahan. Peningkatan jumlah penduduk berkorelasi dengan peningkatan permintaan terhadap barang. Itu merupakan peluang tersendiri bagi perajin tahu. Sebagaimana diketahui hampir setiap orang mengetahui dan pernah memakan tahu. Tetapi dengan adanya peluang tersebut, jumlah perajin tahu di daerah Citeureup justru mengalami penurunan dan semakin menjauh untuk mencapai keberhasilan usaha. Menurut Suryana dan Bayu (011: 16), keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Zimmerer, et.al. (008: 39) menyebutkan terdapat beberapa faktor internal yang menyebabkan kegagalan usaha ketidakmampuan manajemen, kurang pengalaman, pengendalian keuangan yang buruk, lemahnya usaha pemasaran, kegagalan mengembangkan perencanaan strategis, pertumbuhan yang tak terkendali, lokasi yang buruk, pengendalian persediaan yang tidak tepat, penetapan harga yang tidak tepat, dan ketidakmampuan membuat transisi kewirausahaan. Semua faktor internal penyebab kegagalan tersebut dapat diklasifikasikan juga pada kelemahan aspek manajemen usaha kecil. Menurut Suparyanto (01: 38) kelemahan aspek manajemen terdiri dari aspek manajemen pemasaran, aspek manajemen operasi, aspek manajemen sumber daya, dan aspek manajemen keuangan. Berdasarkan elemen yang mempengaruhi kinerja yang dikemukakan Kuratko dan Hodgetts (004: 400) ditarik kesimpulan bahwa sifat wirausahawan, proses pendirian termasuk didalamnya proses kreativitas dan proses 8

inovasi, dan karakteristik jenis usaha termasuk ke dalam faktor internal perusahaan. Sedangkan lingkungan termasuk ke dalam faktor eksternal perusahaan. Lingkungan yang termasuk ke dalam faktor eksternal penyebab kegagalan dibagi ke dalam lingkungan spesifik/mikro dan lingkungan umum/makro. Menurut Sule dan Saefullah (010: 6) lingkungan mikro terdiri dari pelanggan, pesaing, pemasok, partner strategis, dan pemerintah. Lingkungan makro menurut Griffin dan Ebert (007: 9) terdiri dari lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan hukum-politik, dan lingkungan sosial-budaya. Dalam penelitian yang dilaksanakan pada tahun 011 oleh Larasati Tika Pratiwi, sifat wirausahawan, proses pendirian, karakteristik jenis usaha, dan lingkungan digunakan juga sebagai faktor penyebab keberhasilan usaha sedangkan dalam penelitian ini termasuk dalam dimensi kegagalan usaha. Berdasarkan hal tersebut, menumbuhkan minat penulis untuk meneliti kegagalan suatu usaha. Peneliti memilih daerah Citeureup sebagai tempat penelitian karena perajin tahu di daerah tersebut dalam kurun waktu 33 tahun tinggal menyisakan satu perajin tahu sehingga perlu untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal penyebab kegagalan usaha pada industri tahu di Kelurahan Citeureup. Selain itu, Kota Cimahi berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat menekan biaya dan memudahkan dalam melaksanakan kegiatan operasional penelitian. Dengan demikian, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengidentifikasi kegagalan usaha dari perajin tahu yang berasal dari Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara dengan judul penelitian Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Kegagalan Usaha pada Tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi (Studi Kasus pada Usaha Tahu di Kampung Sukaresmi Tahun 014). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apa saja faktor internal penyebab kegagalan usaha pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi?. Apa saja faktor eksternal penyebab kegagalan usaha pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi? 3. Apa saja strategi khusus untuk mencapai keberhasilan pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi? 9

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor internal penyebab kegagalan usaha pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi.. Mengidentifikasi faktor eksternal penyebab kegagalan usaha pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi. 3. Mengidentifikasi strategi khusus untuk mencapai keberhasilan pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kegunaan penelitian ini terbagi dalam dua aspek yaitu : 1. Aspek Teoritis Kegunaan aspek teoritis bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai kegagalan usaha pada industri tahu di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi atau masukan bagi penelitian selanjutnya dalam bidang penelitian yang sama.. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau pertimbangan bagi pemilik usaha dalam menjalankan dan mengembangkan industri tahu yang dijalankan. Bagi pihak lain hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dan bahan masukan agar memperhatikan faktor internal dan eksternal penyebab kegagalan yang harus dihindari bagi pelaku industri tahu lainnya. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibuat untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan oleh penulis. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara umum tinjauan objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi rangkuman teori-teori yang berkaitan dengan penelitian untuk mendukung pemecahan masalah. Teori yang digunakan secara umum mengenai kewirausahaan berikut teori 10

untuk pemecahan masalah mengenai kegagalan usaha disertai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian umum mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, objek penelitian, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap analisis data yang diperoleh selama penelitian berlangsung. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan pada perusahaan yang bersangkutan berikut rekomendasi bagi penelitian selanjutnya. 11