1. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
3. BAB III METODE PENELITIAN

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1BAB I. 2PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN THRESHOLD CITRA MULUT DENGAN METODE NORMAL PROBABILITY DENSITY FUNCTION (NPDF) GUNA MENDETEKSI MULUT PEMELAJAR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Deteksi Senyum Menggunakan Fitur Gabor dan Histograms of Oriented Gradients pada Bagian Mulut, Hidung, dan Mata

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA VIOLA-JONES

Sistem Pengenal Wajah Manusia untuk Personalisasi Perintah pada Robot

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

Deteksi Lokasi Bibir Otomatis Pada Citra Wajah Berbasis Ciri Bentuk dan Warna

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah

pengambilan citra video, pemrosesan citra pada setiap frame,, pendeteksian objek

Klasifikasi kelompok usia berdasarkan citra wajah menggunakan algoritma neural network dengan fitur face anthropometry dan kedalam kerutan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Deteksi Lokasi Bibir Otomatis Pada Citra Wajah Berbasis Ciri Bentuk dan Warna

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

BAB III METODE PENELITIAN

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

REALISASI SISTEM DETEKSI RASA KANTUK BERDASARKAN DURASI KEDIPAN MATA SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE VIOLA-JONES

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komputer dan internet semakin maju

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

SISTEM PELACAKAN WAJAH METODE HAAR

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengenalan Ekspresi Wajah Berdasarkan Bentuk dan Tekstur

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA. Sistem Identifikasi Teroris Dengan Pelacakan Dan Pengenalan Wajah

FLOWER IMAGE RETRIEVAL BERDASARKAN COLOR MOMENTS, CENTROID-CONTOUR DISTANCE, DAN ANGLE CODE HISTOGRAM

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN FITUR WARNA DAN BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di

9BAB V. 10KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH

PENENTUAN KUALITAS IKAN BANDENG MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERDASARKAN TEKSTUR PADA CITRA ABSTRAK

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PELACAKAN LEVEL KETINGGIAN AIR BERDASARKAN WARNA DENGAN BACKGROUND SUBSTRACTION

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. banyak dipelajari dan dikembangkan saat ini, baik oleh para pelajar, maupun para ahli.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai deteksi wajah dengan Differential Evolution Based Neural Network

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

PEMODELAN WAJAH BAYI DENGAN MENGGUNAKAN ACTIVE SHAPE MODEL UNTUK PENDETEKSI KOMPONEN WAJAH

PENGARUH PENCAHAYAAN TERHADAP KINERJA SEGMENTASI

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

Sistem Deteksi Wajah dengan Menggunakan Metode Viola-Jones

DETEKSI WAJAH METODE VIOLA JONES PADA OPENCV MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN PYTHON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PELACAKAN PUPIL MATA SECARA REAL-TIME MENGGUNAKAN METODE HAAR-LIKE FEATURE

PELACAKAN PUPIL MATA SECARA REAL-TIME MENGGUNAKAN METODE HAAR-LIKE FEATURE

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. d) suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), dan/ atau,

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN ALGORITMA SOBEL S EDGE DETECTION Arwin Halim 1, Hernawati Gohzali 2, In Sin 3, Kelvin Wijaya 4

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PENGENALAN REAL TIME ABJAD BAHASA ISYARAT INDONESIA MENGGUNAKAN SEGMENTASI YCBCR M. Dedy Rosyadi 1), Fathul Hafidh 2), Mirza Yogy Kurniawan 3)

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

Temu Kembali Citra Makanan Menggunakan Representasi Multi Texton Histogram

Penerapan Data Mining Classification Untuk Prediksi Perilaku Pola Pembelian Terhadap Waktu Transaksi Menggunakan Metode Naïve Bayes

MEMBANDINGKAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KETERHUBUNGANNYA

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Algoritma Particle Filter pada Face Tracking

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

SISTEM TEMU KEMBALI CITRA UNTUK E- COMMERCE MENGGUNAKAN PROSEDUR PENCARIAN DUA FASE DENGAN FITUR HISTOGRAM MULTI TEKSTON

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

BAB II LANDASAN TEORI

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

SISTEM IDENTIFIKASI WAJAH MANUSIA BERDASARKAN GENDER DAN USIA

Pengembangan Program Simulator Frame Kacamata Secara Real-Time 3D Face Tracking dengan Menggunakan Augmented Reality

BAB IV PREPROCESSING

PENCOCOKAN OBYEK WAJAH MENGGUNAKAN METODE SIFT (SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM)

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI METODE SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM DAN METODE CAMSHIFT PADA PENJEJAKAN OBJEK BERGERAK LOGO

Objek Kaca Mata Augmented Reality Berbasis Tracking Mata menggunakan Haar Cascade Classifier

PERBAIKAN ORIENTASI CITRA BERDASARKAN KEBERADAAN MANUSIA MENGGUNAKAN FITUR GRADIEN DAN HAAR-LIKE

IMAGE COLOR FEATURE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Transkripsi:

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deteksi kulit manusia berperan penting dan digunakan secara luas sebagai langkah awal pada aplikasi pengolahan citra seperti gesture analysis, content based image retrieval (CBIR), human computer interaction [1], dan analisa tracking gerakan manusia [2]. Li [3] menyatakan bahwa deteksi kulit manusia juga dapat digunakan dalam langkah awal untuk melakukan penyaringan terhadap content tertentu dalam citra, salah satunya adalah untuk melakukan penyaringan pornografi. Metode deteksi kulit manusia pada citra berwarna dapat dibagi menjadi 2 yaitu dengan pendekatan pixel-based dan dengan pendekatan region-based [4], [5]. Metode dengan pendekatan pixel-based mendapatkan feature berupa informasi color yang didapatkan dari informasi yang terdapat pada tingkatan pixel, sedangkan pada metode dengan pendekatan region-based, feature yang berupa color, shape atau texture diambil dari informasi yang terdapat pada pixel beserta pixel di sekitarnya (neighbors pixel). Metode dengan pendekatan pixel-based memiliki keunggulan dalam hal kesederhanaan, kecepatan [5], tahan terhadap rotasi, tahan terhadap perubahan skala dari citra, dan dapat digunakan untuk melakukan deteksi kulit manusia pada citra secara parsial [4], sehingga metode dengan pendekatan pixel-based banyak digunakan dalam aplikasi deteksi dan segmentasi kulit manusia. Permasalahan yang ada pada metode dengan pendekatan pixel-based adalah rendahnya kinerja dan ketahanan pada saat dihadapkan dengan banyaknya variasi warna kulit manusia karena perbedaan etnis, pencahayaan (iluminasi), bermacammacam karakteristik kamera, dan pengaruh kompleksitas background citra [1]. Permasalahan ini timbul karena menurut Vezhnevets [6], model klasifikasi yang dibangun pada metode dengan pendekatan pixel-based bersifat statis dan dibuat dengan tujuan untuk dapat melakukan klasifikasi secara general agar lebih tahan terhadap berbagai macam variasi warna kulit manusia tersebut. 1

2 Yogarajah [7] mengusulkan penggunaan metode online dynamic threshold untuk mengatasi masalah tersebut. Metode ini memanfaatkan informasi kulit pada region wajah untuk menentukan dan mencari pixel lain dalam citra yang diduga sebagai kulit. Region of interest (ROI) wajah ditemukan dengan terlebih dahulu mendeteksi posisi mata pada citra dengan algoritma pendeteksian mata yang diusulkan oleh Fasel [8]. Kulit wajah digunakan dengan dasar pendapat Zheng [9] bahwa kulit wajah dan kulit tubuh manusia selalu memiliki distribusi warna yang sama. Tan [10], mengusulkan perbaikan pada online dynamic threshold yang diusulkan oleh Yogarajah [7] dengan penambahan feature yaitu fusion antara Gaussian model dengan 2D-smoothing histogram. Penggunaan online dynamic threshold yang dikembangkan Yogarajah [7] dan Tan [10] secara umum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi metode deteksi kulit manusia pada pendekatan pixel-based, karena metode ini mampu menghasilkan model klasifikasi yang bersifat dinamis. Model akan berubah dan beradaptasi sesuai dengan kondisi dataset testing sehingga diharapkan tahan terhadap berbagai macam variasi warna kulit manusia. Namun metode ini masih memiliki kelemahan yaitu sangat tergantung pada keberhasilan algoritma pendeteksian posisi kedua mata yang diusulkan oleh Fasel [8]. Ditemukannya koordinat kedua buah mata dalam citra sangat penting pada metode ini karena posisi kedua mata dipergunakan untuk menghitung posisi koordinat ROI wajah, sehingga jika kedua mata tidak berhasil dideteksi maka langkah berikutnya tidak dapat dikerjakan. Pada saat dihadapkan dengan citra yang berisi subjek wajah manusia dalam posisi yang relatif miring atau juga dalam posisi agak menyamping maka algoritma deteksi posisi kedua mata yang diusulkan oleh Fasel [8] ini akan gagal. Kelemahan berikutnya dari metode fusion antara Gaussian model dan 2Dsmoothing histogram yang diusulkan Tan [10] adalah masih rendahnya kinerja yang dihasilkan metode ini. Saat diujikan dengan dataset Pratheepan Yogarajah [7], metode yang diusulkan Tan [10] mendapatkan akurasi 84,95%, precision rate 55,31%, dan recall rate sebesar 56,22%. Pada eksperimen pada dataset tersebut,

3 luas Area Under the ROC Curve (AUC) yang didapatkan adalah 0,7350, sehingga menurut Gorunescu [11] metode fusion antara Gaussian model dan 2D-smoothing histogram yang diusulkan Tan [10] ini hanya dapat digolongkan sebagai fair classification. Sementara nilai kappa yang didapatkan adalah 0,4669 sehingga menurut Landis [12] termasuk moderate dan menurut Fleis [13] dapat digolongkan sebagai fair. Permasalahan lain pada metode yang diusulkan Tan [10] tersebut adalah waktu pemrosesan yang relatif lama. Pada pengujian menggunakan citra dataset Pratheepan Yogarajah [7], rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan output deteksi kulit manusia pada 1 buah citra mencapai 21,25 detik. Penelitian ini akan berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan dan meningkatkan kinerja deteksi kulit manusia pada metode fusion antara Gaussian model dan 2Dsmoothing histogram yang diusulkan oleh Tan [10]. Metode yang diusulkan memiliki ide dasar yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan memanfaatkan informasi kulit pada region wajah untuk menemukan pixel lain dalam citra yang diduga sebagai kulit manusia. Tingginya ketergantungan terhadap keberhasilan deteksi posisi kedua mata yang akan digunakan untuk menentukan posisi koordinat ROI wajah dalam citra pada penelitian sebelumnya, akan diatasi dengan penggunaan algoritma deteksi wajah yang diperkenalkan oleh Viola dan Jones [14]. Algoritma Viola-Jones untuk pendeteksian wajah dipilih karena mampu bekerja dengan cukup cepat [15], populer, dan telah diimplementasikan secara luas [15], [16]. OpenCV dan Matlab juga menggunakan algoritma Viola-Jones untuk deteksi objek karena algoritma Viola- Jones pada dasarnya adalah sebuah object detection framework, sehingga tidak hanya dapat mendeteksi wajah saja, namun dapat digunakan untuk melakukan deteksi pada objek apapun termasuk bagian-bagian wajah (face parts) seperti mata, hidung, dan mulut, tergantung dari classifier yang dilatihkan pada saat training. Jika ada area yang terdeteksi sebagai wajah, maka face parts juga dideteksi keberadaannya di dalam area wajah yang terdeteksi tersebut. Tujuannya adalah untuk mengurangi false positive dari algoritma pendeteksian wajah Viola-Jones, yaitu

4 banyaknya area bukan wajah yang dideteksi sebagai wajah. Caranya adalah dengan memberikan persyaratan bahwa suatu area yang terdeteksi akan diklasifikasikan sebagai benar-benar area wajah (ROI wajah) jika dalam area tersebut juga terdeteksi minimal ada 3 buah face parts. Setelah ROI wajah terdeteksi, kemudian dilakukan cropping sehingga menghasilkan ROI wajah dalam bentuk elips. Citra ROI wajah tersebut terdiri dari bagian yang halus (smooth region) dan bagian yang kasar (non-smooth region). Smooth region adalah bagian citra dari ROI wajah yang merepresentasikan kulit wajah, dan non-smooth region adalah bagian-bagian wajah yang lain seperti face parts (mata dan mulut, hidung), rambut (kumis, cambang, jenggot, dan alis), dan juga region kasar yang tercipta karena kontur wajah (kerut di sekitar mata dan mulut). Smooth region inilah yang akan digunakan sebagai sampel untuk memperbaharui model dan menemukan pixel kulit lain dalam citra, sehingga sangat penting untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya smooth region dan memisahkannya dari non-smooth region. Semakin banyak mendapatkan smooth region dan semakin banyak dapat menghilangkan non-smooth region, maka model akan semakin baik, dan akan mendapatkan model yang tepat untuk mencari pixel lain dalam citra, sehingga pada akhirnya kinerja deteksi kulit manusia akan meningkat. Pada kedua penelitian sebelumnya, untuk menghilangkan non-smooth region hanya dengan cara menggunakan deteksi tepi sobel dan kemudian memperbesar pixel tepi/edge yang ditemukan tersebut dengan operasi dilasi. Untuk meningkatkan kinerja dari penelitian deteksi kulit manusia yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini akan berfokus pada permasalahan pemisahan non-smooth region dari smooth region ini. Untuk menghapus sisa non-smooth region yang lain seperti rambut dan nonsmooth region yang terbentuk karena kontur wajah hingga akhirnya hanya akan menyisakan smooth region, maka diusulkan melakukan deteksi awal kulit manusia pada ROI wajah dengan menggunakan sampel region kotak kecil yang berukuran 4%

5 dari luas ROI wajah yang terdeteksi yang berada pada pusat koordinat ROI wajah yang terdeteksi Teknik ini diperkenalkan pada penelitian yang dibuat oleh Bilal [17], namun pada penelitian tersebut ukuran sampel kotak yang digunakan adalah 10x10 pixel dan model klasifikasi yang ditemukan langsung digunakan untuk mencari pixel lain dalam citra yang diduga sebagai kulit manusia. Menurut Bilal [17], penggunaan pixel pada pusat ROI wajah karena asumsi bahwa pada area sekitar koordinat pusat ROI wajah, adalah area yang paling sedikit mengandung non-smooth region. Normal probability density function (normal PDF) digunakan untuk mencari pixel kulit lain dalam ROI wajah dengan menghitung probabilitas dari tiap pixel dalam ROI wajah terhadap sampel kotak kecil yang berukuran 4% dari ROI wajah tersebut. Pixel ROI wajah dengan probabilitas lebih tinggi dari threshold yang ditentukan akan dianggap sebagai smooth region dan pixel ROI wajah dengan probabilitas di bawah threshold akan dihapus karena dianggap sebagai non-smooth region. Untuk meyakinkan bahwa non-smooth region pada ROI wajah telah dibersihkan, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan blur dan dithering menjadi 3 warna, kemudian menghapus warna yang memiliki jumlah pixel paling sedikit. Hasil dari dither tersebut kemudian dilakukan filling untuk mengisi hole yang terdapat pada ROI wajah untuk mendapatkan area smooth region yang lebih baik. Setelah non-smooth region dapat dihilangkan dari ROI wajah, dan hanya menyisakan smooth region, maka normal probability density function (normal PDF) kembali digunakan untuk mencari pixel kulit lain dalam citra testing dengan mencari probabilitas dari tiap pixel dalam citra testing terhadap ROI wajah yang telah dihilangkan non-smooth region-nya. Pixel pada citra dengan probabilitas lebih tinggi dari threshold yang ditentukan akan dianggap sebagai kulit dan pixel dengan probabilitas di bawah threshold akan dianggap sebagai bukan kulit. Normal PDF dipilih sebagai teknik untuk mencari probabilitas suatu pixel dalam citra terhadap pixel yang ada dalam sampel karena dianggap relatif lebih sederhana

6 daripada penggunaan fusion antara Gaussian model dan 2D-smoothing histogram, sehingga diharapkan metode yang diusulkan ini akan memerlukan waktu pemrosesan akan lebih singkat daripada metode yang diusulkan pada penelitian sebelumnya. Jika dalam sebuah citra dengan jenis multiple subject terdapat beberapa ROI wajah yang terdeteksi, maka setiap ROI wajah yang terdeteksi akan digunakan untuk mencari pixel kulit lain dalam citra tersebut. Namun berbeda dengan metode sebelumnya di mana hasil akhir deteksi kulit manusia adalah penggabungan langsung dari citra-citra yang dihasilkan setiap ROI wajah yang terdeteksi tersebut, maka pada metode yang diusulkan pada penelitian ini akan dilakukan voting (pemungutan suara) terlebih dahulu dari citra yang dihasilkan setiap ROI wajah tersebut. Peraturan voting yang digunakan adalah jika lebih banyak dari 1/3 jumlah ROI wajah terdeteksi yang menyatakan bahwa sebuah pixel adalah kulit, maka pixel tersebut akan dianggap/diklasifikasikan sebagai kulit. Teknik ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja metode saat dihadapkan dengan citra testing yang berisi multiple subject. 1.2 Pernyataan Masalah Penggunaan metode fusion antara Gaussian model dan 2D-smoothing histogram yang diusulkan Tan [10] secara umum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi metode deteksi kulit manusia pada pendekatan pixel-based, karena metode ini mampu menghasilkan model klasifikasi yang bersifat dinamis. Model akan berubah dan beradaptasi sesuai dengan kondisi dataset testing sehingga diharapkan tahan terhadap berbagai macam variasi warna kulit manusia. Namun metode ini masih memiliki kelemahan yaitu sangat tergantung pada keberhasilan algoritma pendeteksian mata yang diusulkan oleh Fasel [8]. Ditemukannya posisi koordinat kedua mata dalam citra sangat penting pada metode ini karena posisi mata dipergunakan untuk menghitung posisi koordinat ROI wajah, sehingga jika kedua mata tidak berhasil dideteksi maka langkah berikutnya tidak dapat dikerjakan. Pada saat dihadapkan dengan citra yang berisi subjek wajah manusia dalam posisi yang relatif miring atau juga dalam posisi agak menyamping maka algoritma deteksi mata yang diusulkan oleh Fasel [8] ini akan gagal.

7 Metode fusion antara Gaussian model dan 2D-smoothing histogram ini juga memiliki kinerja yang kurang baik karena memiliki kelemahan saat pemisahan smooth region dengan non-smooth region pada ROI wajah yang terdeteksi, karena hanya menggunakan operasi sederhana yaitu deteksi tepi sobel dan dilasi. Penyebab lain yang bisa diidentifikasi dari kurang baiknya kinerja metode ini adalah ketika beberapa ROI wajah terdeteksi dalam citra multiple object, maka setiap ROI wajah digunakan untuk mencari pixel lain dalam citra yang diduga sebagai kulit manusia, dan hasilnya langsung digabungkan dengan hasil dari ROI wajah yang lain. Permasalahan lain pada metode fusion antara Gaussian model dan 2D-smoothing histogram yang diusulkan Tan [10] adalah waktu pemrosesan yang relatif lama. 1.3 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini: a. Kegagalan deteksi posisi ROI wajah pada penelitian sebelumnya cukup tinggi karena sangat tergantung pada keberhasilan algoritma pendeteksian posisi kedua mata. b. Kinerja yang kurang baik karena kelemahan pada tahap pemisahan smooth region dari non-smooth region pada ROI wajah yang terdeteksi dan kelemahan pada saat dihadapkan pada citra multiple object. Pada citra multiple object hasil akhir didapatkan dengan cara langsung menggabungkan beberapa citra yang dihasilkan ROI wajah yang terdeteksi. c. Waktu pemrosesan yang masih relatif lama. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Meningkatkan keberhasilan deteksi posisi ROI wajah dan menghilangkan ketergantungan terhadap keberhasilan deteksi mata pada saat mencari ROI wajah dengan menggunakan object detection framework Viola-Jones.

8 b. Meningkatkan kinerja deteksi kulit manusia dengan cara memperbaiki algoritma saat memisahkan smooth region dari non-smooth region pada ROI wajah yang terdeteksi, dan menggunakan voting (pemungutan suara) untuk mendapatkan hasil akhir pada citra multiple subject. c. Mempersingkat waktu pemrosesan dengan menggunakan normal PDF yang relatif lebih sederhana. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian yang berkaitan deteksi kulit manusia dengan mengusulkan suatu metode untuk mengatasi kelemahan pada metode yang telah diusulkan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan ide dasar yang sama yaitu dengan memanfaatkan informasi kulit pada region wajah untuk menemukan pixel kulit manusia yang lain dalam citra. Kegagalan menentukan posisi koordinat ROI wajah karena gagal menemukan posisi kedua mata diatasi dengan penggunaan object detection framework Viola-Jones. Kinerja deteksi kulit manusia juga ditingkatkan dengan memperbaiki teknik penghapusan non-smooth region pada ROI wajah yang terdeteksi dengan cara memanfaatkan sampel region kotak kecil yang berukuran 4% dari luas ROI wajah pada pusat koordinat ROI wajah tersebut. Proses voting (pemungutan suara) juga dilakukan jika terdeteksi lebih dari satu ROI wajah pada citra multiple subject. Penggunaan normal PDF yang cukup sederhana juga menjadikan waktu pemrosesan menjadi lebih singkat. 2. Manfaat bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam proses deteksi kulit manusia yang memiliki kinerja lebih baik, namun dengan waktu pemrosesan yang lebih singkat pada berbagai macam aplikasi yang memanfaatkannya.

9 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Dari tahapan-tahapan penelitian deteksi kulit manusia, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu: 1. Posisi penelitian ini di dalam taksonomi deteksi kulit manusia termasuk metode yang menggunakan pendekatan pixel-based sehingga penelitian ini tidak mencakup pembahasan, evaluasi, dan perbandingan dengan metode yang menggunakan pendekatan region-based. 2. Penelitian ini hanya sampai kepada level deteksi kulit manusia, dan tidak membahas pemanfaatannya untuk aplikasi yang menggunakan deteksi kulit manusia. 3. Penelitian ini lebih berfokus pada permasalahan pemisahan non-smooth region dari smooth region untuk meningkatkan kinerja metode deteksi kulit manusia. 4. Penelitian ini membatasi aplikasi pada citra statis dan tidak mempertimbangkan aplikasinya untuk deteksi kulit manusia pada video.