BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 347/KMK.01/2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2017, No Republik Indonesia Nomor 5038); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang. Ombudsman Republik Indonesia menerangkan bahwa Reformasi

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENELITIAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR PELAYANAN PUBLIK

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN PENILAIAN KEPATUHAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN

Pelayanan Prima di Perguruan Tinggi

2012, No BAB I PENDAHULUAN

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA. A. Landasan Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, dan dilingkungan

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Lex Administratum, Vol. III/No.2/April/2015

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

TATA KELOLA LAYANAN PUBLIK DESA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Laporan Hasil Penelitian KEPATUHAN KEMENTERIAN DALAM PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR '13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. yang lebih sesuai dengan karakteristik wilayah serta pengembangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGADAAN BARANG DAN JASA

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

OMBUDSMAN RI & PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

Standar Pelayanan Publik Balai Karantina Pertanian Kelas I Pertanian

PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

Bab BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2012, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP)

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

User [Pick the date]

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam suatu pemerintahan diperlukan adanya suatu pengawasan dan pembinaaan terhadap pelayanan publik agar dapat tercipta suatu pelayanan publik yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat dan penegakan hukum yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan negara dan pemerintahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan efisien guna meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan keadilan dan kepastian hukum bagi seluruh warga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Berlakunya ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah diharapkan dapat memberikan dampak yang luas terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang dikehendaki undang-undang tersebut memungkinkan pada terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi 1 Nomensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta,2014, hlm. 163.

2 yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah dalam melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan publik. 2 Sesuai dengan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada Pasal 12 ayat (1) ditetapkan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kota adalah pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat dan sosial. Berdasarkan undang-undang tersebut, bidang kesehatan menempati urutan kedua (setelah bidang pendidikan) dari bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota. Ini berarti bahwa dalam rangka otonomi daerah, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota memiliki tanggung jawab yang besar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayahnya, dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas 2 Juniarso Ridwan dan Ahmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Nuansa, Bandung, 2012, hlm.100.

3 umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik. 3 Pelayanan publik merupakan sebuah kewajiban bagi pemerintah, namun sebaliknya menjadi hak bagi masyarakat. Untuk memperoleh dan menyelenggarakan pelayanan publik yang baik, maka setidak-tidaknya pelayanan publik tersebut harus memiliki standar minimal pelayanan yang harus disyaratkan agar memenuhi harapan masyarakat. 4 Standar pelayanan merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Maklumat pelayanan merupakan pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan. Dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik saat ini sering ditemui berbagai penyimpangan-penyimpangan, antara lain : a. Penyelenggara Negara tidak melayani tetapi minta dilayani. Pada beberapa jenis layanan publik masih ditemukan adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kondisi ini umumnya terjadi karena adanya beberapa situasi yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Di satu sisi kondisi aparat dengan tingkat penghasilan yang relatif rendah terperangkap 3 digilib.unila.ac.id/317/10/bab%20i.pdf, diakses tanggal 5 September 2014. 4 Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hlm. 25.

4 dalam mental dan perilaku korup. Di sisi yang lain, masyarakat pengguna layanan juga belum memiliki spirit untuk mendahulukan yang lebih berhak, dan belum sepenuhnya mau melaksanakan semua kewajibannya secara benar. Sebagaian masyarakat bahkan menempuh jalan pintas untuk memperoleh berbagai fasilitas pelayanan yang menguntungkan diri sendiri, meski akibatnya akan berdampak buruk terhadap kinerja pelayanan publik secara keseluruhan. Untuk itu, upaya pemberantas KKN tanpa pandang bulu yang tengah digalakkan pemerintah diharapkan akan mendorong komitmen berbagai pihak untuk secara bersama-sama menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. 5 b. Rakyat menjadi objek, menjadi korban, menjadi abdi Penyelenggara Negara. Dalam proses pelayanan publik, posisi masyarakat sangat rentan menjadi korban pungutan liar karena daya tawar yang rendah. Masyarakat dipaksa menyerahkan sejumlah uang tambahan karena ketiadaan lembaga pengawasan yang efektif untuk memaksa birokrat yang kerap melakukan pungutan liar. Masyarakat juga tidak mendapatkan lembaga pengaduan yang bonafid karena rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap citra para birokrat. 6 c. Tidak ada tolok ukur jelas mengenai pemberian pelayanan. Dalam pemberian layanan tertentu terjadi penyalahgunaan wewenang (a buse of power). Kondisi ini dipicu oleh adanya ketidakjelasan persyaratan layanan dan belum tersedianya SOP tertulis yang memuat janji layanan, waktu 5 http://www.reform.kemenkeu.go.id/mainmenu.php?module=persepsi, diakses tanggal 5 September 2014. 6 http://birokrasi.kompasiana.com/2014/04/29/soal-pungli-ganjar-marah-masyarakat-tidakmelapor-dan-dimana-ombudsman-ri-jateng-652274.html, diakses tanggal 5 September 2014.

5 layanan, dan biaya yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Bahkan, kalaupun di beberapa instansi sudah menyusun SOP, informasi tersebut belum dikomunikasikan secara efektif kepada masyarakat pengguna. Dalam beberapa kasus, hal ini juga diperburuk oleh kurangnya spirit pelayanan prima oleh aparat penyedia layanan. Spirit bahwa birokrasi berkewajiban melayani masyarakat dan tidak untuk dilayani belum melekat pada budaya kerja aparatur. 7 Dalam hal ini pelayanan publik dalam bidang kesehatan seringkali dihadapkan pada keluhan keluhan masyarakat. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah masalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ketidakpuasan pasien yang paling sering ditemukan adalah masalah kinerja pegawai rumah sakit pemerintah yang meliputi, keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter yang sulit ditemui, dokter dan perawat yang kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses administrasi, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan rumah sakit. 8 Untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia, maka pada tanggal 18 Juli 2009 Indonesia mensahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 7 http://www.reform.kemenkeu.go.id/mainmenu.php?module=persepsi, diakses tanggal 5 September 2014, diakses tanggal 5 September 2014. 8 digilib.unila.ac.id/317/10/bab%20i.pdf, diakses tanggal 5 September 2014.

6 Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pengawas internal pelayanan dan pengawas eksternal. Pengawasan internal penyelenggaraan publik dilakukan melalui pengawasan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan melalui : a. Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, b. Pengawasan oleh Ombudsman sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan, c. Pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. 9 Sesuai dengan Pasal 351 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik kepada Pemerintah Daerah, Ombudsman dan/atau DPRD. Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. 10 Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh 9 Pasal 35 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 10 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.

7 Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. 11 Parameter Ombudsman memberi penilaian mengacu pada kepatuhan daerah melaksanakan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Parameternya meliputi standar pelayanan, maklumat pelayanan, sistem informasi pelayanan publik, sumber daya manusia, unit pengaduan, sarana bagi pengguna layanan berkebutuhan khusus, visi misi dan motto, sertifikat ISO 9000:2008, atribut dan sistem pelayanan terpadu. 12 Berdasarkan variabel dan indikator itu, diperoleh nilai maksimal 1.000 dan dibagi dalam 3 zonasi kepatuhan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Bobot zona merah atau kepatuhan rendah (0-500), zona kuning atau kepatuhan sedang (501-800), zona hijau atau kepatuhan tinggi (801-1.000). Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Lampung yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik di Provinsi Lampung melakukan penilaian terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Provinsi Lampung yang berhubungan dengan pelayanan publik. Sejauh ini kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahan, khususnya pemerintahan daerah, sebagaimana dirasakan oleh 11 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia & Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 12 http://www.padangekspres.co.id/?news=berita&id=48989 diakses tanggal 05 juli 2014.

8 masyarakat, belum menunjukkan kualitas pelayanan prima. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2013 lalu, sekitar 65 persen SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung masuk dalam zona merah. Artinya SKPD tersebut belum memenuhi standar pelayanan publik yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 13 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah salah satu SKPD yang menjalankan pelayanan publik dalam bidang pemeliharaan kesehatan di Provinsi Lampung dan menjadi salah satu objek penilaian pelayanan publik oleh Ombudsman berdasarkan standar pelayanan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang Peran Ombudsman Dalam Penilaian Pelayanan Publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung (Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah peran Ombudsman dalam penilaian pelayanan publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung? 13 Tribun Lampung, 23 April 2014, hlm. 15.

9 b. Apakah yang menjadi faktor penghambat yang dihadapi Ombudsman dalam penilaian pelayanan publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung? 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat pembagian kelompok-kelompok pelayanan publik yang ada, maka yang menjadi objek penelitian terkait peran Ombudsman dalam penilaian pelayanan publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui peran Ombudsman dalam penilaian pelayanan publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung. b. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam penilaian pelayanan publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung.

10 1.5. Kegunaan Penelitian Kegunaan pada penelitian ini yaitu: a. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Administrasi Negara dan menjadi bahan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui peran Ombudsman dalam penilaian pelayanan publik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi bagi para pihak yang berminat mendalami Ilmu Hukum Administrasi Negara dan memperluas wawasan serta bentuk sumbangan yang dapat diberikan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat umum dan berguna bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar dapat meningkatkan kualitas pelayanannya.