BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

Penerapan Metode Drill pada Materi Statistika Kelas VII SMP Negeri 10 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2015/2016

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Komet Banjarbaru yang

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 13/1 RENGAS CONDONG KABUPATEN BATANGHARI SKRIPSI

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB V PEMBAHASAN. bentuk kesulitan belajar menulis karangan deskripsi, faktor apa yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELAKSANAAN REMEDIAL PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA TEKNIS DI KELAS RENDAH SD NEGERI LAMREUNG KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kayu Batu Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan. 2013/2014 yang berjumlah 14 siswa. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN PADA POKOK BAHASAN TEKNIK PENGINTEGRALAN

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I. Pendahuluan. berhitung, disamping itu diberikan pengetahuan-pengetahuan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berikut: Terdapat Hubungan Positif dan Signifikan Kebiasaan Belajar

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

DAFTAR TERJEMAH. No Bab / Halaman Terjemah

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan menganalisa temuan

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

PENGARUH MEDIA KARTU DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK PENGENTASAN MASALAH SISWA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V A SD NEGERI SAMPALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

ARTIKEL ILMIAH KABUPATEN BATANGHARI. Oleh: NURHAYATI NIM : A1D109167

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V PEMBAHASAN. Al Huda Bandung Tulungagung Tahun Ajaran siswa di MTs Al Huda Bandung yang ditunjukkan dari t hitung > dari t tabel

BAB II KAJIAN TEORI. mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

ABSTRAK. sungguh-sungguh dari pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah telah

BAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas.

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan kondusif. Namun, tidak dapat dipungkiri sering terdapat. siswa tidak tuntas dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Oemar Hamalik menjelaskan belajar adalah modifikasi atau

Mawarto ABSTRAK Kata kunci PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

Key Words: Hasil Belajar Matematika, Metode Play Answer

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

ARTIKEL ILMIAH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN. 76/1 SUNGAI BULUH SKRIPSI OLEH ERLINA BR MANURUNG A1D109119

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving, motivasi belajar

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

Penggunaan Media Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Ringan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Mempraktikkan Materi yang Diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang kesulitan-kesulitan. kesulitan konsep dan keterampilan (Skill). Yaitu memahami masalah,

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

95 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, maka kemudian mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing masing temuan penelitian dibahas dengan mengacu pada teori atau pendapat para ahli agar dapat menjadikan setiap temuan tersebut layak untuk dibahas. 1. Faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar peserta didik mata pelajaran Matematika pada materi pembagian Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar Matematika peserta didik kelas III pada materi pembagian di MI Darussalam Wonodadi yaitu faktor dari diri peserta didik itu sendiri yakni kurangnya ketertarikan peserta didik dalam belajar, peserta didik yang kurang berminat belajar Matematika, peserta didik yang motivasi belajar rendah, peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani bahwa faktor tersebut merupakan faktor intern yaitu Faktor psikologis yang dapat menyebabkan anak kesulitan belajar yaitu bakat terhadap pelajaran yang rendah, minat belajar yang rendah, motivasi belajar yang rendah, kondisi mental kesehatan yang kurang baik, serta tipe khusus peserta didik dalam belajar. 1 1 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan (teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran), (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal.265

96 Faktor dari lingkungan juga mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar. Faktor dari lingkungan diantaranya kelas yang kurang bersih, perabotan yang kurang tertata dengan rapi, jendela yang terlalu besar sehingga peserta didik sering melihat keluar dan konsentrasi menjadi terganggu. Teman dalam kelas atau teman bermain juga mempengeruhi timbulnya kesulitan belajar yaitu banyak peserta didik yang kurang berminat dan tidak mau belajar sehingga kesulitan belajar muncul dan peserta didik hanya sedikit yang mempunyai kemauan untuk berusaha memahami materi dan belajar. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani. Faktor tersebut merupakan faktor ekstern yakni faktor nonsosial berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruangan atau gedung yang kurang nyaman dan faktor sosial yang dapat menyebabkan munculnya pemasalahan belajar pada peserta didik seperti faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat. 2 Faktor lain yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu dari guru diantaranya metode yang digunakan oleh guru hanya ceramah sehingga peserta didik mudah bosan, guru yang kurang bisa tersenyum dengan peserta didik dan nada bicara yang sering tinggi sehingga terkesan marah pada peserta didik. 2 Ibid., hal. 266

97 Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani yaitu Pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dan pola hubungan guru dengan peserta didik yang kurang baik, seperti suka marah, tidak pernah senyum, dan sebaginya. 3 2. Bentuk kesulitan belajar peserta didik mata pelajaran Matematika pada materi pembagian Beberapa jenis kesulitan yang dialami peserta didik kelas III dalam mempelajari Matematika pada materi perkalian yaitu kurang memahami langkah - langkah penyelesaian pembagian atau tidak memahami konsep dalam penyelesaian soal pembagian hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Paridjo dalam artikel penelitiannya yaitu ketidakmampuan peserta didik dalam penguasaan konsep secara benar yakni cara peserta didik mengerjakan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Serta ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan. 4 Peserta didik kelas III dalam menghitung penyelesaian pembagian kurang teliti bahkan banyak yang tidak bisa atau bahkan lupa dalam menghitung pengurangan dalam penyelesaian soal pembagian. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Paridjo dalam artikel penelitiannya yaitu ketidak cermatan dalam melakukan operasi hitung yakni peserta didik melakukan kesalahan dalam operasi hitung dan tidak melakukan operasi hitung yang seharusnya dilakukan dalam operasi tersebut. 5 3 Ibid., 4 Pridjo, Sebuah Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika, (Semarang : Artikel Penelitian Kesulitan Belajar, Universitas Terbuka, 2008), hal. 7-9 5 Ibid.,

98 Selain itu, peserta didik kelas III dalam menyelesaikan soal pembagian hanya dapat menyelesaikan pembagian dengan tiga bilangan, tidak menghafal perkalian secara keseluruhan, dan kesulitan membagi bilangan yang hasilnya lebih dari satu angka serta. Dalam observasi, peneliti melihat bahwa peserta didik kelas III ada anak yang hiperaktif dan lamban dalam belajar. Sehingga anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Nini Subini dalam sub bab jenis jenis kesulitan yang dialami oleh peserta didik, yaitu slow learner (lamban belajar) adalah anak yang lamban dalam proses belajar sehingga butuh waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual sama. Serta hiperaktif yaitu anak akan sukar mengontrol aktivitas motoriknya. Ia juga akan selalu bergerak dan suka berpindah tugas tanpa menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepadanya. 6 Beberapa jenis kesulitan belajar diatas, terjadi pada peserta didik kelas III MI Darusaalam Wonodadi Blitar dalam belajar Matematika materi pembagian. Jenis jenis kesulitan belajar tersebut terlihat pada saat guru memberikan penjelasan, mengerjakan soal dan berdasarkan observasi dari peruses pembelajaran serta tingkah lau peserta didik di kelas. 3. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika pada materi pembagian hal.42-47 6 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak, (Jakarta : PT. Buku Kita, 2011),

99 Dalam mengatasi kesulitan belajar Matematika kelas III, ada beberapa upaya yang dilakuka oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar tersebu, yaitu sebagai berikut : a. Pendekatan individu Perbedaan karakteristik anak dan cara belajar anak merupakan suatu hal yang harus dimengerti guru untuk mengatasi kesulita belajar yaitu denga melakukan pendekatan secara individu ketika peserta didik mengalami suatu kesulitan. Dalam pembelajaran Matematika kela III di MI Darussalam Wonodadi, guru melakukan pendekatan secara individu kepada peserta didik yang mengalami kesulita belajar pada saat mnegerjakan soal. Menurut Djamarah dan Zain pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap peserta didik dikelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan. 7 b. Melakukan bimbingan secara individu pada saat mengerjakan soal 7 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 51.

100 Ketika pesrta didik mengalami kesulitan belajar, suatu bimbingan sangat diperlukan oleh peserta didik. Pada saat peserta didik mengerjakan soal guru berkeliling melihat satu persatu pekerjaan peserta didik dan melakukan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan dalam bukunya yang berjudul Landasan Bimbingan & Konseling berpendapat bahwa, bimbingan belajar merupakan bagian dari bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Dalam hal ini, para pembimbing membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu peserta didik agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/ pendidikan. 8 Bimbingan membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan. Layanan ini memungkinkan peserta didik mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan 8 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 6

101 dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 9 c. Kebiasaan belajar Dalam mengatasi kesulitan belajar Matematika pada materi pembagian, guru kelas III membiasakan untuk menghafal perkalian bersama sama secara bertahap sebelum pembelajaran Matematika dimulai. Menurut Aunurrahman dalam bun\kunya Belajar dan Pembelajaran mengemukakan bahwa kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya. 10 Kebiasaan menghafal perkalian yang dilakukan oleh guru Matematika kelas III di MI Darussalam Wonodadi dimaksudkan agar peserta didik lebih menghafal perkalian dan akan memudahkan peserta didik untuk menyelesaikan soal pembagian karena perkalian merupakan kunci utamauntuk dapat menyelesaikan soal pembagian. d. Memotivasi peserta didik Dalam proses pembelajaran Matematika, guru kelas III selalu memotivasi dan menekankan kepada peserta didik untuk selalu berusaha dan menghafalkan perkalian. - 80 9 Hallen A., Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 79 10 Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2010), 185

102 Menurut Ducan dalam Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu menurut Hoy dan Miskel motivasi merupakan suatu kekuatan kekuatan yang kompleks, dorongan dorongan, kebutuhan kebutuhan, pernyataan pernyataan ketegangan atau mekanisme mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan tujuan personal. 11 Motivasi dan penekanan untuk menghafalkan perkalian yang dilakukan oleh guru Matematika peserta didik kelas III dimaksudkan agar peserta didik lebih terdorong untuk giat belajar dan menghafalkan perkalian. e. Melakukan evaluasi Di akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi secara bersama sama dengan membahas secara bersama sama soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Tardif dalam Muhibbin Syah mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian untuk menggambarkan 72 11 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hal.

103 pestasi yang dicapai seorang peserta didik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 12 Evaluasi diakhir pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru Matematika kelas III dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi dan kemudian melakukan penjelasan materi kembali kepada peserta didik. Menurut Nini Subini dalam bukunya yang berjudul Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak ada beberapa tahap tahap untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak, diantaranya sebagai beikut : 13 1. Pengumpulan data Setelah mengetahui tanda tanda bahwa seorang anak mengalami kesulitan belajar, langkah pertama yang harus di tempuh adalah mencari penyebabnya. Untuk mencari apa yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada anak diperlukan informasi dengan cara mengumpulkan data anak yang berkesulitan belajar. Cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data anak yang berkesulitan belajar, yaitu sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara merupakan salah satu cara memperoleh data dengan melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakuka langsung dengan anak yang mengalami kesulitan belajar atau 12 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 197 13 Subini, Mengatasi Kesulitan..., hal. 129-137

104 dengan orang lain yang dianggap mengetahui tentang anak tersebut. b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan menggunakan alat indra terhadap kegiatan kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi lakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menjadi kekuatan dan kelemahannya. c. Dokumentasi Dokumentasi juga dapat dijadikan salah satu cara mengumpulkan data terhadap anak berkesulitan belajar. Misalnya, dokumentasi pekerjaan anak, tugas rumah, hasil ulangan, bahkan nilai rapor yang ada dikelas sebelumnya. d. Angket Angket merupakan alat pengumpulan data yang berupa pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar. e. Pemeriksaan fisik dan kesehatan Pemeriksaan fisik berhubungan dengan pengumpulan data yang ada kaitannya dengan kondisi da perkembangan fisik, apakah kondisi fisiknya dapat memberikan pengaruh saat kegiatan belajar atau tidak. Sedangkan, pemeriksaan kesehatan berhubungan dengan masalah penyakit yang mungkin pernah dialami.

105 f. Teknik tes Tes merupakan deretan pertanyaan yang harus dijawab atau perintah perintah yang harus dijalankan. Berdasarkan jawaban dari pertanyaan maupun perintah yang dilakukan, penyidik membandingkan hasilnya dengan standar tes yang lain. Tes juga berguna untuk memperoleh gambaran apa yang menjadi kekuatan dan kelemahannya dalam belajar. Dalam menangani kesulita belajar, tes yang dilakukan berupa tes hasil belajar dan tes psikologi. Tes hasil belajar adalah tes yag dilakukan guru untuk mengetahui sjauh mana penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan saat kegiatan belajar mengajar. Penyelenggaraan tes hasil belajar ini harus dilaukan secara berencana dan memenuhi persyaratan yang berlaku. Dari hasil tes belajar diperoleh gambaran kemampuan anak dalam menguasai bahan pelajaran. selain itu, hasil tes belajar anak dapat digunakan untuk memberi gambaran mengenai masalah atau kesulitan belajar yang dialami anak. Sedangkan tes psikologi merupakan bentuk pengumpulan data yang bersifat potensial. Maksudnya, data tentang kemampuan yang belum tampak dan dimliki oleh anak yang berkesulitan belajar. Tes psikologi merupakan tes yang sudah distandarisasi. Maksudnya sudah ditetapkan kesahihan dan kendalanya. Tes

106 psikologi sudah diakui secara umum sehingga orang yang memberikan tes tinggal menggunakannya sesuai aturan dan petunjuk yang ada. 2. Pengolahan data Setelah mendapatkan sekumpulan data tentang masalah pada anak berkesulitan belajar langkah selanjutnya yaitu mengolah data yang telah diperoleh. Hal yang harus ditempuh dala pengolahan data, yaitu sebagai berikut : 1. Identifikasi kasus 2. Membandingkan antar kasus 3. Membandingkan dengan hasil tes lain 4. Menarik kesimpulan 5. Diagnosis kesulitan belajar Sebagai orang tua dan lebih lebih guru harus mampu memperhatikan kemampuan anak dalam belajar secara individual karena tidak setiap anak sama dalam menerima materi yang telah diberikan. Dengan kata lan, ada anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Orang tua dan guru harus bisa memahami da mengenali anak yang mengalami kesulitan dalam belajar (diagnose kesulitan belajar). Diagnose merupakan kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan meneliti gejala gejalanya. Oleh karena itu, diagnose merupakan proses pemeriksaan terhadap hal hal yang dianggap tidak

107 beres atau bermasalah. Diagnosis terhadap kesulitan belajar pada anak dapat berupa hal hal sebagai berikut : 1. Apakah anak termasuk dalam jenis kesulitan belajar sedang, ringan atau berat. 2. Termasuk dalam jenis kesulitan belajar apa yang dialami oleh anak. 3. Apa yang menjadi faktor penyebab kesulitan be;ajar pada anak. 6. Prognosis Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis dijadikan sebaai dasar pijakan dalam kegiatan prognosis saat prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penerapan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya agar keluar dari kesulitan belajar. 7. Treatment Treatment berarti perlakuan yang harus dilakukan oleh guru ataupun konselor untuk memberikan bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai denga program yang telah disusun pada tahap sebelumnya (prognosis). Bentuk treatment yang dapat diberikan yaitu, sebagai berikut : 1. Melalui bimbingan individual 2. Melalui bimbingan kelompok 3. Melalui remidial teaching untuk mata pelajaran tertentu 4. Melalui bimbingan orang tua dirumah

108 5. Melalui bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah masalah psikologis 6. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum 7. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yag baik sesuai karakteristik setiap matapelajaran 8. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui treatment yang telah diberika berhasil dengan baik atau tidak. Apakah setelah dilaukan tindakan ada kemajuan, yaitu anak didik dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali. Kemungkina berhasil atau gagal treatment yag telah diberikan kepada anak dapat diketahui dari kebenaran jawaban anak terhadap item item soal yang diberikan dalam jumlah dan materi tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi. Dari hasil temuan yang di peroleh, bahwa beberapa usaha yang dilakukan oleh guru Matematika kelas III tidak sesuai dengan apa yang di ungkapkan oleh Nini Subini. Namun ada dua usaha yang dilaukan oleh guru Matematika kelas III yang sesuai dengan apa yag diungkapkan oleh Nini Subini yaitu treatment yakni melakukan bimbingan secara individu dan melakukan evaluasi. Namun evaluasi yang dilakukan oleh guru Matematika kelas III pada saat diakhir pembelajaran membahs secara bersama sama soal da apabila

109 peserta didik belum memahami materi maka akan dijelaskan kembali serta memberi penguatan.