44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengambilan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2013 40 Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2014 40 Perusahaan manufaktur sebagai sampel tahun 2015 40 Jumlah observasi tahun 2013-2015 120 Sumber : Hasil pengolahan data Dari Tabel 4.1, diketahui bahwa jumlah sampel per tahun sebanyak 40 perusahaan. Jumlah observasi selama tahun 2013-2015 sebanyak 120 perusahaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dipublikasikan di website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Hipotesis dalam
45 penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi data panel dengan menggunakan bantuan software Eviews 9. B. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan pengujian statistik secara umum yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian : Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Variabel DER EPS PER RETURN Mean 1.27 291.10 37.32-0.08 Minimum 0.08-139.00-964.63-0.78 Maximum 7.44 3345.00 2969.70 0.51 Standar Deviasi 1.32 658.51 289.13 0.27 Observations 120 120 120 120 Sumber: Hasil Pengolahan Data Keterangan Notasi : DER PER EPS RETURN = debt to equity ratio = price to earning ratio = earning per share = return saham
46 Jumlah sampel sebanyak 40 perusahaan per tahun sehingga jumlah observasi secara keseluruhan sebanyak 120 perusahaan. Hasil statistik deskriptif menunjukan bahwa variabel debt to equity ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar 0,08 dengan nilai maksimum 7,44. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 1,27 dengan standar deviasi sebesar 1,32. Perusahaan yang memiliki debt to equity ratio (DER) tertinggi yaitu Jembo Cable Company pada tahun 2013. Sedangkan perusahaan yang memiliki debt to equity ratio (DER) terendah yaitu Intanwijaya Internasional pada tahun 2014. Variabel earning pershare (EPS) memiliki nilai minimum sebesar -139 dengan nilai maksimum 3345. Nilai rata-rata earning pershare sebesar 291,10 dengan standar deviasi sebesar 658,51. Perusahaan yang memiliki earning pershare (EPS) tertinggi yaitu Gudang Garam pada tahun 2015. Sedangkan perusahaan yang memiliki earning pershare (EPS) terendah yaitu Inti Keramik Alam Asri Industri pada tahun 2013. Variabel price to earning ratio (PER) memiliki nilai minimum sebesar -964,63 dengan nilai maksimum 2969,70. Nilai rata-rata price to earning ratio sebesar 37,32 dengan standar deviasi sebesar 289,13. Perusahaan yang memiliki price to earning ratio (PER) tertinggi yaitu Mayora Indah pada tahun 2015. Sedangkan perusahaan yang memiliki price to earning ratio (PER) terendah yaitu Alumindo Light Metal Industry pada tahun 2014. Variabel return saham memiliki nilai minimum sebesar -0,78 dengan nilai maksimum 0,51. Nilai rata-rata return saham sebesar -0,08 dengan standar deviasi sebesar 0,27. Perusahaan yang memiliki return saham
47 tertinggi yaitu Jembo Cable Company pada tahun 2013. Sedangkan perusahaan yang memiliki return saham terendah yaitu Indospring pada tahun 2015. C. Statistik Inferensia (Analisis Regresi Data Panel) 1. Pemilihan model dengan Uji Chow Analisis Regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Eviews 9. Ekananda (2016) dalam bukunya yang berjudul Analisis Ekonometrika Data Panel menyebutkan bahwa dalam pengolahan data panel terdapat tiga model yakni common effect model (CEM), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM). Untuk memilih model mana yang tepat antara common effect model dan fixed effect model digunakan Uji Chow. a. Uji Chow Uji Chow digunakan untuk memilih tenik regresi data panel yang lebih baik diantara fixed effect model (FEM) dan common effect model (CEM). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 : CEM lebih baik daripada FEM H1 : FEM lebih baik daripada CEM Apabila H0 ditolak, maka yang terpilih adalah FEM. Berdasarkan Tabel 4.3, p-value untuk Uji Chow adalah 0,0596, karena lebih dari 0,05 maka H0 diterima. Oleh karena itu, dengan tingkat signifikansi (α) 5% disimpulkan bahwa CEM lebih baik dari pada FEM.
48 Tabel 4.3 Hasil Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1.519315 (39,77) 0.0596 Cross-section Chi-square 68.485217 39 0.0024 Sumber : Hasil pengolahan data 2. Uji Asumsi Klasik Setelah model regresi data panel CEM telah terpilih, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik. a. Uji Normalitas Pengujian normalitas untuk mengetahui apakah residual dari model yang terbentuk berdistribusi normal. Pengujian asumsi normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Hipotesis yang digunakan adalah H0 : residual berdistribusi normal. H1 : residual tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
50 adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji Glejser untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya (Gujarati, 2006). Sebagai pengertian dasar, residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi dan absolut adalah nilai mutlaknya. Hipotesis untuk uji glejser sebagai berikut: H0 : residual bersifat homoskedastis H1 : residual bersifat heteroskedastis Hasil uji heteroskedastisitas persamaan regresi disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser F-statistic 0.613689 Prob. F(3,116) 0.6075 Obs*R-squared 1.874796 Prob. Chi-Square(3) 0.5988 Scaled explained SS 1.693188 Prob. Chi-Square(3) 0.6384 Sumber : Hasil pengolahan data Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa model yang terbentuk memenuhi asumsi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari p-value yaitu 0,6075 yang lebih besar dari alpha 0,05.
51 c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode t-1. Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan batas lebih rendah (lower bond atau d1). Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin Watson R-squared 0.178761 Mean dependent var -0.076207 Adjusted R-squared 0.157522 S.D. dependent var 0.271989 S.E. of regression 0.249649 Akaike info criterion 0.095246 Sum squared resid 7.229672 Schwarz criterion 0.188162 Log likelihood -1.714736 Hannan-Quinn criter. 0.132979 F-statistic 8.416664 Durbin-Watson stat 2.017263 Prob(F-statistic) 0.000042 Sumber : Hasil pengolahan data Berdasarkan Tabel 4.5, diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,017263. Selanjutnya, nilai tersebut dibandingkan dengan table Durbin Watson, yaitu dengan k=3 (excludes intercept), jumlah observasi=120 dan tingkat signifikansi 5 persen diperoleh dl= 1,6513 dan du=1,7536. Dengan demikian nilai d (Durbin Watson) statistic berada diantara du dan 4-dU, sehingga dengan tingkat
52 signifikansi 5 persen, dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi. Gambar 4.2 Gambaran mengenai Statistik Durbin Watson Statistik Dw Sumber : Hasil olahan Penulis d. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berhubungan dengan situasi dimana ada hubungan linier yang kuat diantara variabel independen (Gujarati, 2006). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat correlation matrix. Multikolinearitas dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika korelasi antar variabel bebas terlalu tinggi (di atas 0.8 atau 0.9) menunjukkan data terjangkit multikolinier (Field, 2000). Data dikatakan teridentifikasi multikolinearitas apabila koefisien korelasi antar variabel
53 independen lebih dari atau sama dengan 0.8 (Gujarati,2006). Hasil multikolonieriatas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas DER EPS PER DER 1.000000-0.193141-0.016979 EPS -0.193141 1.000000 0.191658 PER -0.016979 0.191658 1.000000 Sumber : Hasil pengolahan data Tabel 4.6 menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki korelasi diatas 0,8, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3. Uji Kesesuaian Model a. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Jadi nilai adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan dependen. Hasil perhitungan koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.7.
54 Tabel 4.7 Hasil Uji Determinasi R-squared 0.178761 Mean dependent var -0.076207 Adjusted R-squared 0.157522 S.D. dependent var 0.271989 S.E. of regression 0.249649 Akaike info criterion 0.095246 Sum squared resid 7.229672 Schwarz criterion 0.188162 Log likelihood -1.714736 Hannan-Quinn criter. 0.132979 F-statistic 8.416664 Durbin-Watson stat 2.017263 Prob(F-statistic) 0.000042 Sumber : Hasil pengolahan data Tabel 4.7 menunjukan bahwa persamaan regresi data panel memiliki adjusted R2 sebesar 0,157522 yang artinya adalah sebesar 15,75 % variasi variabel dependen yaitu return saham dipengaruhi oleh debt to equity ratio, earning per share, dan price to earning ratio. Sedangkan 84,25 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Malintan, 2012 yang melakukan menelitian tentang pengaruh CR, DER, PER, dan ROA terhadap return saham. Hasilnya CR, DER, PER, dan ROA memberikan pengaruh terhadap return saham sebesar 15,8% sedangkan 84,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
55 Namun, penelitian ini memberikan hasil yang lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Hartati, 2010 yang melakukan penelitian tentang pengaruh ROA, DER, EPS, PER terhadap return saham. Hasilnya adjusted R2 sebesar 0.041 atau 4.1%. Hal ini menunjukan 4.1% perubahan return saham dipengaruhi oleh return on assets, debt to equity ratio, earning per share, price to earning ratio dan ukuran perusahaan. Sedangkan 95.9% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan atau secara bersama-sama signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabelvariabel independen secara keseluruhan atau secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan (Gujarati, 2006): H0 : β1= β2 = β3 = 0 H1: Minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol. Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: 1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel (pvalue lebih dari alfa atau 0,05), yang artinya variabel penjelas
56 secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 2. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel (pvalue kurang dari alfa atau 0,05), yang artinya variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji F R-squared 0.178761 Mean dependent var -0.076207 Adjusted R-squared 0.157522 S.D. dependent var 0.271989 S.E. of regression 0.249649 Akaike info criterion 0.095246 Sum squared resid 7.229672 Schwarz criterion 0.188162 Log likelihood -1.714736 Hannan-Quinn criter. 0.132979 F-statistic 8.416664 Durbin-Watson stat 2.017263 Prob(F-statistic) 0.000042 Sumber : Hasil pengolahan data Pada probability F-statistik yang bernilai sebesar 0,000042 dan kurang dari 0,05 yang berarti bahwa secara simultan minimal terdapat satu variabel independen yang digunakan dalam model berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu return saham.
57 c. Uji Signifikan parsial (T-test) T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual terhadap dependen. Hipotesis yang digunakan: H0 : βi = 0 H1: βi 0 Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya variabel independen secara individual memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak, artinya variabel independen secara individual tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji T dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Uji T Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. DER 0.042856 0.017672 2.425103 0.0168 EPS 0.000106 3.61E-05 2.929035 0.0041 PER 0.000243 8.07E-05 3.018347 0.0031 C -0.170634 0.034952-4.881991 0.0000 Sumber : Hasil pengolahan data
58 Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: RETURN = -0,1706* + 0,0428DER + 0,0001EPS* + 0,0002PER *) signifikan pada alfa 5 % Dari persamaan regresi diatas dapat diartikan: 1) Constant = -0,1706, artinya bila debt to equity ratio (DER), earning pershare (EPS), dan price to earning ratio (PER) adalah 0, maka rata-rata return saham adalah -0,1706. 2) Variabel debt to equity ratio (DER) memiliki nilai t sebesar 2,4251 dan nilai sig. atau p-value sebesar 0,0168 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan bahwa variabel debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 3) Variabel earning pershare (EPS) memiliki nilai t sebesar 2,9290 dan nilai sig. atau p-value sebesar 0,0041 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan bahwa variabel earning per share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 4) Variabel price earning ratio (PER) memiliki nilai t sebesar 3,0183 dan nilai sig. atau p-value sebesar 0,0031 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan bahwa variabel price to earning ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
59 D. Pembahasan 1. Pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap return saham Berdasarkan dari hasil pengujian statistik dalam penelitian ini dengan nilai sig. atau p-value sebesar 0,0168 < α (0,05). Hal ini berarti bahwa variabel DER berpengaruh signifikan terhadap return saham. Nilai koefisien sebesar 0,0429 menandakan bahwa pengaruh DER terhadap return saham adalah positif, ketika DER naik sebesar satu, maka return saham akan naik sebesar 0,0429. Oleh sebagian investor DER dipandang sebagai besarnya tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditor yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Sehingga semakin besar nilai DER akan memperbesar tanggungan perusahaan. DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena dengan tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan mengurangi keuntungan. Dengan tingkat utang yang tinggi dan dibebankan kepada pemegang saham, tentu akan meningkatkan risiko investasi kepada para pemegang saham. Namun, hasil penelitian ini menunjukan bahwa DER berpengaruh positif terhadap return saham. Hal tersebut menandakan bahwa semakin tinggi DER maka semakin tinggi return saham. Kejadian ini dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama, perusahaan dengan hutang yang tinggi namun dengan aset yang besar tetap dapat memberikan tingkat pengembalian saham yang tinggi karena kepercayaan dari inverstor
60 terhadap perusahaan tersebut. Kedua, suatu perusahaan yang sudah berdiri sejak lama akan mudah untuk mendapatkan kepercayaan investasi dari investor, sehingga memungkinkan untuk memiliki return yang besar. Ketiga, tingkat penjualan yang terus meningkat dan tingkat efisiensi perusahaan yang dapat menekan beban operasional dapat menarik investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, meskipun perusahaan tersebut memiliki porsi hutang yang besar. Penjelasan-penjelasan di atas mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Hasil ini sejalan dengan hasil penlitian yang dilakukan oleh Hartati (2010) yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh terhadap return saham. 2. Pengaruh earning pershare (EPS) terhadap return saham Berdasarkan dari hasil pengujian statistik dalam penelitian ini dengan nilai sig. atau p-value sebesar 0,0041 < α (0,05). Hal ini berarti bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham. Nilai koefisien sebesar 0,0001 menandakan bahwa pengaruh EPS terhadap return saham adalah positif, ketika EPS naik sebesar satu, maka return saham akan naik sebesar 0,0001. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Artatik (2007) dan Wachid (2007) yang menyatakan bahwa earning pershare berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan EPS
61 yang tinggi akan mencerminkan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. EPS suatu perusahaan yang besar membuat investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan. Permintaan akan saham yang meningkat mengakibatkan peningkatan harga saham dan akhirnya return sahampun meningkat. Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2010) yang menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap return saham. 3. Pengaruh price to earning ratio (PER) terhadap return saham Berdasarkan dari hasil pengujian statistik dalam penelitian ini dengan nilai sig. atau p-value sebesar 0,0031 < α (0,05). Hal ini berarti bahwa variabel price to earning ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Nilai koefisien sebesar 0,0002 menandakan bahwa pengaruh PER terhadap return saham adalah positif, ketika PER naik sebesar satu, maka return saham akan naik sebesar 0,0002. Sulaiman dan Hadi dalam Malintan (2012) menjelaskan bahwa PER digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki PER yang rendah biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah.
62 Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan mengakibatkan return saham naik. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris dari penelitian Pornamawati (2008) yang menunjukkan bahwa PER berpengaruh positif terhadap return saham.