BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

Universitas Negeri Malang

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II LANDASAN TEORI

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

Belajar yang Efektif dan Kreatif

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang"

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR MAHASISWA. Jeanete Ophilia Papilaya, Neleke Huliselan. Abstract. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang

BAB II LANDASAN TEORI. pergantian dari suatu stimulus kepada yang lain (Djiwandono,2002:29). Proses

LAMPIRAN A. Angket Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Belajar atau learning merupakan fokus utama dalam psikologi pendidikan. Suryabrata (1984:12) mengemukakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan sebuah proses untuk melakukan perubahan perilaku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah. Proses perubahan tersebut sifatnya relatif permanen dalam artian bahwa kebaikan yang di peroleh berlangsung lama dan proses perubahan tersebut di lakukan secara adaptif, tidak mengabaikan kondisi lingkungannya, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang (Nasution, 2009: 35). Menurut Slameto (2003: 2) pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selanjutnya Winkel (1989:15) mengemukakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap/ konstan. Dari uraian beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan defenisi belajar yaitu suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih

baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat menetap. Matematika ada dimana-mana, matematika ada di lingkungan seperti di rumah, di ruang kerja dan dikehidupan pada umumnya.banyak orang mempertukarkan matematika dengan berhitung (aritmatika), padahal berhitung hanya merupakan bagian dari matematika. Lebih jelasnya pengertian matematika berdasarkan para ahli, adalah sebagai berikut: a. Johanson dan Myklebust menjelaskan matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. b. Lerner menjelaskan matematika adalah bahasa simbolis yang merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia untuk memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. c. Paling menjelaskan matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, pengetahuan tentang bentuk, ukuran dan menghitung, yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia untuk melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.(abdurrahman Mulyono, 2003: 252) Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu kuantitas atau ilmu tentang ukuran atau diskrit dan berlanjut. Matematika yang dipelajari di sekolah merupakan bagian mata pelajaran yang penting, pendukung mata pelajaran yang lainnya, diberikan untuk dipelajari di sekolah (formal). Matematika sekolah merupakan pelajaran yang telah dipilih dan disesuaikan dengan tahapan perkembangan intelektual siswa, sehingga dewasa ini matematika sekolah bisa selaras serta tidak terpisahkan dengan informasi dan

teknologi yang menyokong kemajuan siswa dengan tidak membelok dari tujuantujuan yang ada dari ilmu matematika itu sendiri. Pembelajaran matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Menurut Soedjadi (2000:37) hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam beberapa hal yaitu: 1) penyajiannya yang disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta didik; 2) menggunakan pola pikir deduktif namun dalam proses pembelajaran dapat digunakan pola pikir induktif; 3) keterbatasan semestanya yang lebih dipersempit dari aspek matematika yang kompleks dan selanjutnya semakin diperluas seiring dengan peningkatan perkembangan perseta didik; 4) tingkat keabstrakannya yang lebih dikurangi dan selanjutnya sifat abstraknya semakin banyak seiring dengan peningkatan perkembangan perseta didik. Oleh karena itu pada pembelajaran matematika di sekolah anak didik memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya. Potensi yang ada pada diri anak pun berkembang dari tingkat rendah ke tingkat tinggi, dari sederhana ke kompleks. Karakteristik pembelajaran matematika tidak dapat begitu saja diterapkan tanpa menyesuaikan dengan perkembangan anak didik. Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Wardhani,2008: 8) Berdasarkan uraian diatas pembelajaran matematika disekolah baik dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakannya disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta didik. Tujuan matematika diajarkan di sekolah yaitu agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. 2. Gaya Belajar a. Pengertian Gaya Belajar Setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu berbeda satu sama lainnya. Baik bentuk fisik, tingkah laku, sifat, maupun berbagai kebiasaan lainnya. Tidak ada satupun manusia yang memiliki bentuk fisik, tingkah laku dan sifat yang sama walaupun kembar sekalipun. Suatu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang diterimanya dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Ini sangat

tergantung pada gaya belajarnya. Seperti yang dijelaskan oleh Hamzah B. Uno (2008: 41), bahwa pepatah mengatakan lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Peribahasa tersebut memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Termasuk apabila mereka bersekolah disekolah yang sama atau bahkan duduk dikelas yang sama. Berdasarkan Sukadi (2003:166) bahwa gaya belajar yaitu kombinasi antara cara seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi atau pengetahuan yang didapat. Sedangkan menurut S. Nasution (2003:94), gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Menurut DePorter & Hernacki (2002:110) gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Menurut Fleming dan Mills (1992:04), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran. Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Selanjutnya, jika seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dia

dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih mudah (Bobby DePorter dan Mike Hernacki, DePorter & Hernacki (2002:110-112), Baugh dan Achsin (1986:97) memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan memperoleh hasil belajar melalui indra pandang dan indra dengar sangat menonjol perbedaannya kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indra pandang (visual), dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar (auditorial), dan 5% lagi dengan indera lainnya (kinestetik). Sementara itu, Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang (visual) berkisar 75%, melalui indera dengar (auditorial) sekitar 13% dan melalui indera lainnya (termasuk dalam kinestetik) sekitar 12%. (Azhar Arsyad, 2008:09) Seluruh definisi gaya belajar di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisidefinisi gaya belajar tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara pandangan pribadi terhadap peristiwa yang dilihat dan di alami. Oleh karena itulah pemahaman, pemikiran, dan pandangan seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda, walaupun kedua anak tersebut tumbuh pada kondisi dan lingkungan yang sama, serta mendapat perlakuan yang sama. b. Macam-macam Gaya Belajar Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki(2002:112) secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. DePorter & Hernacki (2002:112)

a) Gaya Belajar Visual Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki (Sukadi, 2003: 95) berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan mengaktifkan indera penglihatan (mata) (Sukadi, 2003:95). Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk memperolah informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf. (Nini Subini, 2012:118) Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. Sebaliknya merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan. (Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2008:84-85). Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar visual memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera mata. Orang dengan gaya belajar visual

senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. b) Gaya Belajar Auditorial Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar. (Sukadi, 2003:98) Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu, bisa juga mendengarkan melalui nada (nyanyian/lagu).(nini Subini, 2012:119) Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi) atau suara radio/casette ia mudah menangkapnya. Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan yang ia mengalami kesulitan. (Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:85) Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar Auditorial memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera telinga. Untuk mencapai kesuksesan belajar, orang yang menggunakan gaya belajar auditorial bisa belajar dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi.

c) Gaya belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang halus (Sukadi, 2003:100). Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisantulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau penglihatan (Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:85). Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung (Nini Subini, 2012:119) Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh informasi dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu yang mempunyai gaya belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung. 1. Ciri-ciri Gaya Belajar Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik. 1. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Visual: (Sukadi, 2003:96-98).

1) Senang kerapian dan ketrampilan. 2) Jika berbicara cenderung lebih cepat. 3) Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang. 4) Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya. 5) Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi. 6) Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar. 7) Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual. 8) Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa membaca dalam keadaan ribut sekali pun). 9) Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun. 10) Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain. 11) Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau proyek sebelum secara mental merasa pasti. 12) Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat. 13) Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) dari pada berpidato. 14) Lebih menyukai seni dari pada musik. 15) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak pandai memilih kata-kata. 16) Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan. Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Visual yaitu biasanya duduk tegak dan mengikuti penyaji dengan matanya (Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos,2002:364).

2. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Auditorial: (Sukadi, 2003:99-100) 1) Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri. 2) Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya. 3) Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca. 4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu. 5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara dengan mudah. 6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita. 7) Biasanya ia adalah pembicara yang fasih. 8) Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya. 9) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat. 10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. 11) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya. Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Auditorial yaitu sering mengulang dengan lembut kata-kata yang di ucapkan penyaji, atau sering menggunakan kepalanya saat fasilitator menyajikan informasi lisan. Pelajar tipe ini sering memainkan sebuah kaset dalam kepalanya saat ia mencoba mengingat informasi. Jadi, mungkin ia akan memandang ke atas saat ia melakukannya (Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos,2002:364). 3. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik : (Sukadi, 2003:96-98) 1) Berbicara dengan perlahan

2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang 4) Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak 5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat 6) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 7) Banyak menggunakan isyarat tubuh 8) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama 9) Memungkinkan tulisannya jelek 10) Ingin melakukan segala sesuatu 11) Menyukai permainan yang menyibukkan. Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Kinestetik yaitu sering memnunduk saat ia mendengarkan. d. Strategi Untuk Mempermudah Gaya Belajar 1. Strategi untuk mempermudah gaya belajar Visual: Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa visual : 1) Gunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna dari pada papan tulis. Lalu gantunglah grafik berisi informasi penting di sekeliling ruangan pada saat anda menyajikannya, dan rujuklah kembali grafik itu nanti. 2) Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan peta, diagram, dan warna. Berikan waktu untuk membuatnya. 3) Berdiri tenang saat penyajikan segmen informasi, bergeraklah diantara segmen. 4) Bagikan salinan frase-frase kunci atau garis besar pelajaran, sisakan ruang kosong untuk catatan.

5) Beri kode warna untuk bahan pelajaran dan perlengkapan, dorong siswa menyusun pelajaran mereka dengan aneka warna. 6) Gunakan bahan ikon dalam presentasi anda, dengan mencipkan simbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci. 2. Strategi untuk mempermudah gaya belajar auditorial : Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa auditorial adalah : 1) Gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam presentasi. 2) Ajarkan sesuai dengan cara anda menguji : jika anda menyajikan informasi delam urutan atau format tertentu, ujilah informasi itu dengan cara yang sama. 3) Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk. 4) Setelah tiap segmen pengajaran, minta siswa memberitahu teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari. 5) Nyanyikan konsep kunci atau minta siswa mengarang lagu/rap mengenai konsep itu. 6) Kembangkan dan dorong siswa untuk memikirkan jembatan keledai untuk menghafal konsep kunci. 7) Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin.(ibid, 2012:85) 3. Strategi untuk mempermudah gaya belajar kinestetik :

Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan gaya belajar siswa, di antaranya untuk siswa kinestetik adalah : 1) Gunakan alat bantu saat mengejar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci. 2) Ciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya. 3) Jika bekerja dengan siswa perseorangan, berikan bimbingan paralel dengan duduk di sebelah mereka, bukan di depan atau belakang mereka. 4) Cobalah berbicara dengan setiap siswa secara pribadi setiap hari, sekalipun hanya salam kepada para siswa saat mereka masuk atau ibu senang kamu berpartisipasi atau mereka keluar kelas 5) Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajarinya langkah demi langkah. 6) Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar anda kepada siswa, dan dorong mereka untuk melakukan hal yang sama. 7) Izinkan siswa berjalan-jalan di kelas jika situasi memungkinkan. (Bobby DePorter, 2002:86). Menurut Rose dan Nichole setiap orang belajar dengan cara berbedabeda, dan semua cara sama baiknya (Ibid, 2012:165).Setiap cara mempunyai kekuatan sendiri-sendiri, namun dalam kenyataannya kita semua memiliki ketiga gaya belajar itu, hanya saja biasanya satu gaya mendominasi. 3. Prestasi Belajar Menurut Hintzman belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam manusia, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut (Muhibbin Syah, 2002:65). Menurut Witting (1981) dalam bukunya Phychology of

Learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman (Muhibbin Syah, 2002: 66). Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat diartikan bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial). Perubahan itu pada dasarnya didapatkan dari pengalaman hidup seharihari dalam bentuk apa pun yang memungkinkan diartikan sebagai belajar. Menurut Winkel (2004:15) bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. (Hamdani,2010:138). Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada priode tertentu (Hamdani,2010:138). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa ( Zainal Arifin,2009:12). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil pengukuran dan penilaian pengetahuan dari suatu pembelajaran atau pengalaman mencakup perubahan tingkah laku atau kemampuan dalam bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes uraian. B. Kerangka Berpikir Kerangka pikir adalah pelaksanaan sampai dengan penyelesaian, harus merupakan satu kesatuan kerangka pikir menuju kepada satu tujuan yang tunggal yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah.hal itu dikarenakan masih rendahnya nilai ulangan semester ganjil siswa di SMPN 1 Seyegan.

Penelitian ini penulis ingin mengetahui pengaruh tipe gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas adalah tipe gaya belajar dan variabel terikat adalah prestasi belajar matematika. Sebagai berikut diagram kerangka berpikir dari penelitian ini: Gambar 2.1 Kerangka berpikir Keterangan: X = Gaya Belajar X 1 = Gaya belajar visual X 2 = Gaya belajar audotorial X 3 = Gaya belajar kinestetik Y = Prestasi belajar mata pelajaran Matematika C. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan yang berkaitan dengan tipe kepribadian dan prestasi belajar yaitu:

1. Febri Nilasari (2011:35), dalam skripsinya yang berjudul pengaruh kepribadian dan profesiaonalisme guru ekonomi-akutansi terhadap prestasi program ilmu pengetahuan sosial untuk mata pelajaran ekonomi-akuntansi SMA negeri se kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa variabel kepribadian guru memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 32,60% dibandingkan variabel profesionalitas guru yaitu sebesar 22,85%. 2. Nuniek Pradita Sari, dalam jurnal yang berjudul pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa SMA negeri 5 Yogyakarta menunjukkan bahwa F = 1,993 dan p = 0,146 dengan taraf signifikansi (p < 0,05) sehingga tidak ada pengaruh gaya belajar siswa yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika. 3. Widodo Winarso, dalam jurnal yang berjudul pengaruh perbedaan tipe kepribadian terhadap sikap belajar matematika siswa sma islam AL-Azhar 5 Cirebon menunjukan bahwa terdapat perbedaan sikap belajar matematika berdasarkan tipe kepribadian yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari F hitung hasil uji one way anova yang dilakukan lebih kecil dari F tabel yaitu 0.616 dimana F tabel nya adalah 2,7 maka H 0 diterima artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antarasikap belajar berdasarkan tipe kepribadian siswa. D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut S.Nasution bahwa hipotesis adalah penyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa yang kita amati dalam usaha memahaminya.hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono,2009:159).

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Secara Parsial: a. Gaya belajar visual 1) Hipotesis Penelitian H0= Tidak terdapat pengaruh tipe gaya belajar visual terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. H1= Terdapat pengaruh gaya belajar visual terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. 2) Hipotesis Statistik : H 0 : = 0 H 1 : 0 b. Gaya belajar auditorial 1) Hipotesis Penelitian H0= Tidak terdapat pengaruh tipe gaya belajar auditorial terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. H1= Terdapat pengaruh tipe gaya belajar auditorial terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. 2) Hipotesis Statistik : H 0 : = 0 H 1 : 0 c. Gaya belajar kinestetik 1) Hipotesis Penelitian H0= Tidak terdapat pengaruh tipe gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. H1= Terdapat pengaruh tipe gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan.

2) Hipotesis Statistik : H 0 : = 0 H 1 : 0 2. Secara Simultan: Seluruh tipe gaya belajar (X) terhadap presasi belajar matematika (Y) a. Hipotesis Penelitian H0= Tidak terdapat pengaruh tipe gayaa belajar terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. H1= Terdapat pengaruh tipe gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika di SMPN 1 Seyegan. b. Hipotesis Statistik : H 0 : = 0 H 1 : 0 Uji Signifikansi : terima H1 dan tidak Ho jika F hitung > F tabel.