BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, manakala kegiatan pariwisata selalu membutuhkan makanan, kebiasaan manusia yang selalu tak bisa berhenti berkonsumsi. Jargon eating and tourism always go hand in hand diantaranya dibuktikan dari keberadaan berbagai fasilitas pendukung wisata seperti restoran, kafe, atau warung kaki lima. Tapi ketika kegiatan makan dibalut dalam suatu bentuk wisata, lahirlah diskursus mengenai hal tersebut. Bentuk wisata yang berhubungan kental dengan semangat makanan ini lebih dikenal sebagai wisata kuliner. Kata kuliner berasal dari bahasa Latin, yaitu culinariussesuatu yang berhubungan dengan masak-memasak serta culina atau dapur. Lebih lanjut, istilah kuliner bersumber dari cuisine atau produk yang berhubungan dengan masak-memasak dan gastronomy atau pola konsumsi, sehingga kuliner dapat diserap sebagai a given practice of consumption, atau praktek konsumsi yang berbasis pada makanan/hidangan (http://www.p2par.itb.ac.id/wpcontent/uploads/2009/01/maret2007.pdf). Wisata kuliner tersebut perlu dikelola secara professional dengan adaanya usaha restoran atau rumah makan. Adapun jenis-jenis restoran menurut Soekresno (2000:16), yaitu: 1. Restoran formal, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan pelayanan eksklusif. Contoh : Main Dinning Room. 2. Restoran informal, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan dan percepatan frekuensi yang silih berganti. Contoh: café, kantin. 1
2 3. Special restoran, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan penyajian yang khas dari suatu negara tertentu. Contoh: Restoran Jepang, Restoran Chinnesse. Salah satu kota tujuan wisata dalam bidang kuliner yang ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun turis asing adalah Kota Bandung. Daya tarik yang dimiliki Kota Bandung manjadi magnet positif bagi para wisatawan. Khusus akhir pekan, jalanan kota bandung menjadi lebih padat dibandingkan hari-hari biasa, karena bertambahnya jumlah kendaraan yang terutama datang dari Kota Jakarta. Hal ini yang membuat bisnis kuliner di Kota Bandung semakin berkembang, tak terkecuali untuk oleh-olehnya sebagai buah tangan bagi kerabat maupun keluarga. (http://www.banyumurti.net/2013/08/7-oleh-oleh-kuliner-khasbandung.html). Perkembangan restoran dan rumah makan di kota Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Perkembangan Restoran dan Rumah Makan Berijin di Kota Bandung Periode 2008-2013 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah 415 431 439 512 629 629 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung 2013 (Bandung.go.id) Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa persaingan usaha dalam bidang kuliner sudah semakin ketat dikarenakan semakin berkembangnya jumlah restoran yang tersebar di kota Bandung. Penduduk Kota Bandung itu sendiri di tahun 2013 telah mencapai 8.670.501 jiwa (http://www.jabarprov.go.id/index.php/submenu/75). Hal ini terus berkembang setiap tahunnya. Bisa dibayangkan dengan jumlah penduduk yang besar dan tambahan penduduk musiman setiap tahunnya menjadikan Kota Bandung menjadi pasar potensial bagi industri makanan dan minuman. Banyaknya konsumen potensial tersebut mengimplikasikan kebutuhan akan makanan dan minuman juga semakin tinggi. Peluang ini nampaknya benarbenar di manfaatkan oleh investor untuk melakukan investasi di bidang jasa
3 makanan dan minuman ini. Disamping itu, kondisi ini menyebabkan pengusaha makanan dan minuman dituntut untuk tanggap sekaligus proaktif dalam membaca peluang serta keinginan masyarakat sebagai konsumen atau pengguna jasanya. Bukan sebuah keanehan lagi, bahwa bisnis usaha makanan dan minuman baik yang bermodal besar maupun kecil saat ini bertambah banyak. Hal ini tidak terlepas dari pola konsumsi makan atau minum konsumen yang menginginkan tersedianya hidangan yang beraneka ragam dan sesuai dengan cita rasa mereka. Sementara itu, suasana yang ditawarkan oleh masing-masing tempat makan dapat memuaskan kebutuhan spiritual akan keindahan dan kenyamanan. Tempat-tempat seperti ini akan dicari dan akan selalu didatangi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut. Sehingga masing-masing tempat akan menonjolkan sisi terbaik mereka, baik dari sisi makanan dan minuman yang disajikan, dari sisi tempat dan suasana yang ditawarkan ataupun penggabungan dari semua sisi itu (Anwar; 2007:2). Dengan kota Bandung sebagai predikat kota kreatif membuat selera konsumen terhadap bidang kuliner bersifat dinamis yang setiap saat selera konsumen akan terus berubah. Konsumen sebagai pasar yang sangat potensial di Kota Bandung merupakan pasar yang sangat dinamis tetapi di sisi lain juga menimbulkan efek jenuh dalam waktu yang relatif singkat. Terutama dalam hal makanan pedas yang belakangan sedang ramai diminati oleh konsumen serta didukung dengan merebaknya kedai-kedai yang menyediakan makanan pedas. Senada dengan hal ini, Mie Merapi dibuka untuk menawarkan kreasi pada makanan yaitu Mie Ramen Khas Indonesia yang di kemas sebagai menu andalan yang sesuai dengan nama kedai tersebut yaitu Mie Merapi. Kedai ini pertama kali didirikan tahun 2012, Lokasi yang dipilih yaitu di Yomart Jl. Taman Sari Bandung tepat sebelah UNISBA kemudian pada tahun 2013 pindah tempat ke Jalan Pahlawan no 24, Bandung. Dari kedua lokasi tersebut sudah jelas bahwa segmentasi terbesar yang di targetkan kedai Mie Merapi adalah para pelajar, mahasiswa, dan para pegawai kantor sekitar yang rata-rata berusia berkisar antara 16-35 tahun. Kedai ini berkonsep cita rasa Indonesia, bernuansa merah dan putih agar sesuai dengan bendera negara Indonesia dan rasa pedas yang ditawarkan
4 kedai ini menambah rasa panas di ketika menyantap mie merapi. Mie merapi ramen, menjadi pilihan menu kedai yang satu ini. Berbagai varian pun ditawarkan untuk memanjakan lidah penikmat mie ramen. Salah satunya Mie Juara Se-dunia menu dahsyat yang dapat mengenyangkan perut. Dalam mie tersebut terdapat toping yang Ada Bakso, ada telur, ada sayur, ada sosis, ada chicken katsu, sampai ceker ayam. Dengan pilihan kuah yaitu kuah merapi yang khas dengan rasa pedasnya, kuah kare yang rada asin-asin dan kuah kampong yang rasanya lebih ke gurih. Dan tingkat kepedasan antara level pedas 1 10 (http://www.ceritaperut.com/storypost/view/1024). Dari perpindahan tempat berjualan Kedai Mie Merapi yang pada awalnya berjualan di daerah taman sari lalu pindah ke jalan pahlawan sebenarnya sang pemilik sudah memikirkan strategi lokasi yang tepat untuk Kedai Mie Merapi agar lebih berkembang. Sebenarnya lokasi merupakan hal yang sangat penting bagi para pelaku usaha khususnya kuliner. Karena dengan lokasi yang strategis, mudah di jangkau, banyak dilalui angkutan umum akan memudahkan para calon konsumen untuk menentukan tempat makan. Karena dengan lokasi yang strategis pula akan membuat suatu perusahaan menjadi mudah di ingat oleh konsumen. Jika sudah memiliki lokasi yang strategis maka tentunya akan berhubungan dengan meningkatnya keunggulan bersaing di antara para pelaku usaha lain yang pada akhirnya akan meningkatkan minat beli dan penjualan terhadap konsumen yang tentunya akan menjadi keuntungan bagi pelaku usaha Strategi lokasi Kedai Mie Merapi sendiri sebenarnya terletak tidak terlalu berjauhan dengan sekolah dan kampus yang tentunya akan dengan mudah menarik konsumen usia sekolah dan mahasiswa, ditambah lagi lokasi yang strategis tentunya memudahkan konsumen untuk datang dan makan. Di samping itu, Kedai Mie Merapi memiliki lahan parkir yang cukup luas di area depan sehingga lebih memudahkan konsumen untuk parkir. Dari segi angkutan umum pun Kedai Mie Merapi memiliki jalur angkutan umum yang banyak dilalui oleh banyak rute angkutan umum sehingga dapat dengan mudah konsumen untuk datang ke kedai Mie Merapi. Dengan semua keunggulan yang dimiliki dari mulai lokasi dan berdampak terhadap keunggulan bersaing yang pada akhirnya
5 menguntungkan perusahaan. Namun pada kenyataannya, dari hasil wawancara dengan Agit Bambang selaku pemilik Mie Merapi, penjualan Kedai Mie Merapi malah bisa dibilang biasa saja dan cenderung menurun apabila di bandingkan dengan produk pesaing yang menjual produk sejenis tetapi tempatnya malah sedikit ke dalam. Hal ini setidaknya mengindikasikan penurunan minat dari konsumen. Padahal jika dilihat baik dari segi lokasi, lahan parkir, akses kendaraan, dan rute angkutan umum Kedai Mie Merapi memiliki segalanya yang dibutuhkan untuk membuka suatu kuliner. Minat beli konsumen itu sendiri merupakan sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler dan Keller 2012:181). Mempertahankan minat bukanlah tugas yang mudah. Perhatian konsumen harus lebih ditingkatkan sehingga timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci di dalam diri konsumen. Untuk itu mereka harus dirangsang agar mau membaca dan mengikuti bentuk-bentuk promosi yang disampaikan. Selain itu, dalam tahapan ini yang perlu ditekankan adalah bagaimana konsumen bisa mengetahui bahwa produk atau jasa yang dijual bisa membantu mereka (Lazaris:2010). Sementara itu, lokasi sendiri merupakan ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang kegiatan ekonomi hal ini selalu dikaitkanpula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi maupun sosial (Sirojuzilam, 2006:22). Dalam menyikapi lokasi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan, Kedai Mie Merapi memiliki lokasi yang sangat strategis yaitu berada di tengah kota dan dekat dengan sekolah dan kampus, tetapi pada kenyataannya konsumen yang datang dan makan di Mie Merapi itu tidak terlalu banyak paahal
6 bila dilihat dari teori di atas Mie Merapi sudah berada di lokasi yang tetap untuk kuliner d kota Bandung. Keunggulan bersaing yang ada di Mie Merapi adalah walaupun Mie Merapi merupakan makanan sejenis Ramen yang sedang ramai saat ini dikalangan masyarakat Bandung, tetapi tetap Mie Merapi menggunakan rempah dan rasa yang khas dari Indonesia yang menjadikan ciri khas Mie Merapi. Selain itu varian menunya pun dapat membuat penasaran konsumen untuk mencobanya karena menggunakan kata-kata yang sangat unik seperti menu andalan mie iga merapi, mie juara se-bandung, mie juara se-indonesia, mie juara se-asia, dan mie juara sedunia, ditambah lagi dengan pilihan level pedas yang diskalakan dengan kata dari mulai normal, waspada, siaga, awas, meletus dan 3 jenis kuah yaitu kuah merapi, kuah kare, kuah kampung yang dapat dinikmati oleh konsumen menjadikan keunggulan bersaing yang dapat di unggulkan oleh Mie Merapi. Dibawah ini terdapat hasil data kuisioner pra survey tentang fenomena yang terjadi di Kedai Mie Merapi dengan 21 responden merupakan para konumen yang sedang makan di Kedai Mie Merapi: Tabel 1.1 Hasil kuesioner Penelitian Awal No Pertanyaan Ya Tidak Persentase 1 Lahan parkir 15 6 24% 2 Suasana Tempat Nyaman 8 13 38% 3 Penasaran 14 7 67% 4 Menikmati 17 4 81% 5 Masakannya enak 19 2 90% 6 Berkesan 11 10 52% 7 Berkeinginan Membeli 16 5 76% 8 Sikap Pegawai Ramah 9 12 95% Sumber : Hasil olahan kuesioner Pra Survey, April 2014. Dari hasil olahan data di atas dapat diketahui bahwa keunggulan bersaing kedai Mie Merapi baik sehingga menimbulkan penasaran pada konsumen untuk mencoba, pengunjung yang telah mencoba pun menikmati dan menyukai rasa dari masakan di Kedai Mie Merapi ini. Selain itu, lokasi yang strategis pun membuat kesan positif kepada para konsumen yang datang ke Kedai Mie Merapi, namun
7 kenyamanan menjadi kendala bagi Kedai Mie Merapi dan mempegaruhi kepada keunggulan bersaing dan minat konsumen untuk membeli kembali setelah mencoba. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Dengan latar belakang penelitian tersebut di atas, selanjutnya dapat diidentifikasi masalah penelitian bahwa dalam letak lokasi yang dimiliki, dan keunggulan strategi yang didapatkan serta minat beli konsumen yang dilakukan Kedai Mie Merapi memberikan masalah tersendiri bagi konsumen potensial. Strategi lokasi yang baik dan tepat sasaran ternyata tidak mempengaruhi keunggulan bersaing terhadap Konsumen dan pada akhirnya menentukan perilaku minat beli terhadap Kedai Mie Merapi. Dari hasil olahan pra survey yang dilakukan banyak konsumen yang menjawab menyatakan bahwa keunggulan bersaing Kedai mie Merapi ini cenderung baik sehingga menimbulkan penasaran pada konsumen untuk mencoba, pengunjung yang telah mencoba pun menikmati dan menyukai rasa dari masakan di Kedai Mie Merapi ini. Selain itu, lahan parkir yang memadai membuat kesan positif kepada para konsumen yang datang ke Kedai Mie Merapi. Namun kenyamanan dan harga yang ditawarkan Kedai Mie Merapi tidak termasuk ke dalam segmentasi pasar yang ada sekarang dilihat dari konsep yang dilakukan Kedai Mie Merapi yang mencakup kalangan menengah ke atas sedangkan segmen lokasi berada pada segmen menengah ke bawah yang menjadi kendala bagi Mie Merapi dan mempegaruhi Minat beli konsumen untuk membeli Mie Merapi merupakan pilihan tempat makan yang menjadi pilihan konsumen untuk makan olahan mie ramen khas jepang dengan tetap mempertahankan cirri khas cita rasa Indonesia yang sesuai dengan tagline rasa mendunia, asli Indonesia tagline tersebut sangat pas bagi mereka pecinta kuliner olahan mie yang tetap dengan ciri khas rasa Indonesia. Karena itulah, permasalahan ini hanya akan dilihat dari lokasi serta keunggulan bersaing dan minat beli konsumen pada kedai Mie Merapi.
8 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana lokasi kedai Mie Merapi. 2. Bagaimana keunggulan bersaing dari Kedai Mie Merapi 3. Bagaimana minat beli Kedai Mie Merapi 4. Seberapa besar pengaruh lokasi terhadap keunggulan bersaing Kedai Mie Merapi 5. Seberapa besar pengaruh keunggulan bersaing terhadap minat konsumen Kedai Mie Merapi 6. Seberapa besar pengaruh lokasi terhadap minat konsumen Kedai Mie Merapi 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan S1 Jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Bisnis dan Manajemen di Universitas Widyatama. Dengan diperolehnya informasi dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan hasil kajian mengenai lokasi yang dilakukan oleh Mei Merapi 2. Untuk mendapatkan hasil kajian mengenai keunggulan bersaing pada Mie Merapi 3. Untuk mendapatkan hasil kajian mengenai minat pembelian konsumen pada Mie Merapi 4. Untuk mendapatkan hasil analisis mengenai seberapa besar pengaruh lokasi terhadap keunggulan bersaing Kedai Mie Merapi 5. Untuk mendapatkan hasil analisis mengenai seberapa besar pengaruh keunggulan bersaing terhadap minat konsumen Kedai Mie Merapi 6. Untuk mendapatkan hasil analisis mengenai seberapa besar pengaruh lokasi terhadap minat konsumen Kedai Mie Merapi
9 1.4 Kegunaan Penelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Implikasi Akademis Dapat dijadikan bahan perbandingan dan pengembangan yang lebih mendalam untuk mengkaji bidang ilmu Manajemen Pemasaran khususnya mengenai hubungan antara lokasi dengan keunggulan bersaing dan implikasinya terhadap minat beli. 2. Implikasi Manajerial Penelitian ini diharapkan dapat menambah gagasan pemikiran dan bahan masukan dalam pengambilan keputusan di Kedai Mie Merapi khususnya dalam pengembangan dari lokasi dan keunggulan bersaing untuk meningkatkan minat dari konsumen potensial.