BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses berkesinambungan mulai dari konsepsi hingga dewasa. Pertumbuhan adalah ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel dan juga karena bertambah besarnya sel. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002). Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, ada istilah periode penting atau golden period. Periode penting pada anak adalah usia 0-5 tahun. Periode ini digunakan untuk mendeteksi dini dan meminimalisir kelainan tumbuh kembang anak guna mencegah terjadinya kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat permanen (Nutrisiani, 2009). Periode ini mempengaruhi pertumbuhan dasar dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada periode penting, perkembangan personal social (kepribadian dan tingkah laku), fine motor adaptive (perkembangan motorik halus), language (bahasa), dan gross motor (perkembangan motorik kasar) berjalan sangat cepat dan periode ini merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 2005). 1
2 Pada tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, terdapat serangkaian keterampilan dan kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai anak agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Salah satunya adalah perkembangan motorik (Wong, D, L, 2009). Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendalian jasmani yang terkoordinasi antara pusat syaraf, urat syaraf, dan otot (Widyastuti dan Widyani, 2007). Kemampuan motorik dibagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan aktivitas motor gerakan keterampilan yang melibatkan otot-otot besar. Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan otot-otot kecil, seperti menggambar, meronce manik-manik, menulis, dan makan. Kemampuan motorik halus berkembang setelah kemampuan motorik kasar berkembang (Ariesta, 2009). Awalan dari kemampuan motorik adalah koordinasi tubuh, duduk, merangkak, berdiri, dan diakhiri dengan berjalan (Widyastuti dan Widyani, 2007). Pola asuh orangtua sangat membantu proses tumbuh kembang anak dalam mencapai dan melewati pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai tingkatan usianya (Wulansari, 2009). Pola asuh orangtua dibagi menjadi tiga, yaitu pola asuh otoriter, autoritatif, dan permisif. Pada pola asuh otoriter, orangtua berusaha membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku serta sikap anak berdasarkan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghorrnati otoritas, kerja tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Pola asuh autoritatif orangtua berusaha
3 mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu, mengharapkan anak untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri, saling menghargai antara anak dan orangtua, memperkuat standar-standar perilaku. Pada jenis pola asuh yang permisif, orangtua berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menujukkan kekuasaan (Widyarini, 2009). Angka kejadian keterlambatan perkembangan anak di Indonesia sampai saat ini belum ada data pasti, karena penelitian tentang hal ini belum banyak dilaporkan (Fadlyana, E., et al, 2003). Berdasarkan data IDAI diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterambatan umum belum diketahui pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak balita mengalami keterlambatan perkembangan umum (Global Development Delay) (IDAI, 2013). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada tahun 1987 di Pulau Jawa didapati 13% anak balita memiliki potensi mengalami keterlambatan perkembangan (DepKes RI, 1990). Tahun 1998 dilakukan penelitian di Bandung, didapatkan
4 28,5% anak balita mengalami keterlambatan perkembangan (Eddy, F., et al, 2003). Menurut Pusponegoro (2006), setiap 2 dari 1000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik, karena perlu kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi untuk proses penyembuhannya. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2005) di wilayah kerja puskesmas Wirobrajan menunjukkan bahwa 33,34% anak balita mengalami keterlambatan perkembangan, meliputi gangguan perkembangan motorik halus 10%, bahasa 16,67% dan motorik kasar 6,67%. Hasil uji DDST (Denver Development Screening Test) balita usia 6-24 bulan di Klinik Tumbuh Kembang RSUP dr.sardjito dari Januari-Juli 2005 menunjukkan bahwa terdapat 74,55% diantaranya mengalami keterlambatan perkembangan personal sosial 5,35%, keterlambatan motorik halus 9,11%, keterlambatan bahasa 26,73%, dan 43,85% mengalami keterlambatan motorik kasar. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik dan penting untuk dilakukannya penelitian terkait pola asuh orangtua dan perkembangan motorik anak. 1.2. Masalah Penelitian Masih adanya angka keterlambatan perkembangan motorik anak di Indonesia.
5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui eksplorasi pola asuh orangtua dan perkembangan motorik anak pra-sekolah 1.3.2. Tujuan Khusus i. Mengetahui pola asuh orangtua ii. Mengetahui perkembangan motorik anak pra-sekolah iii. Menganalisis pola asuh orangtua dan perkembangan motorik anak pra-sekolah. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat bagi pengembangan ilmu Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya perkembangan anak. 1.4.2. Manfaat bagi masyarakat Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya orangtua untuk lebih waspada dan memperhatikan perkembangan anak mereka. 1.4.3. Manfaat bagi tenaga kesehatan Penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan anak khususnya konseling dan peran dalam memonitor perkembangan anak.
6 1.4.4. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat sebagai data pendukung pada penelitian berikutnya. 1.5. Keaslian Penelitian No. Dibawah ini adalah beberapa penelitian yang berkaitan dengan judul peneliti terkait Pola Asuh Orangtua dan Perkembangan Motorik Anak: Peneliti, Tahun 1. Turnip Judul Penelitian Hubungan Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita di Posyandu Nusadadi I Desa Bojong Kawunganten Cilacap Tabel 1. Keaslian Penelitian Desain Subjek Penelitia Hasil n Cross- Semua balita Terdapat (2011) Antara Pola sectional usia 1-5 hubungan Asuh Orangtua (metode tahun di antara pola pengamb ilan data kuesione r) Dusun asuh Nusadadi orangtua Desa Bojong dengan perkembang Kawunganten an motorik kasar pada Cilacap, balita di jumlah Dusun sampel 58 Nusadadi Desa Bojong Kawungant
7 2. Rani Oktavia Sari (2011) Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun di TK Dharma Wanita Suruhan Lor Bandung Tulungagung kuesione r) Total 32 sampel, anak usia 4-6 tahun di TK Dharma Wanita Suruhan Lor Bandung Tulungagung Crosssectional (Metode pengamb ilan data 3. Muryanti, Windiarti Dwi Purwaning rum, Dewi Tirtawati (2013) Peran Pola Asuh Orangtua Dalam Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun Cross- Sectional (metode pengamb ilan data kuesione r) Total sampel 20, Anak usia 4-5 tahun di TK Bhayangkari 55 Surakarta en Cilacap Terhadap Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembang an Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun di TK Dharma Wanita Suruhan Lor Bandung Tulungagun g Pola Asuh Orangtua Tidak Ada Hubungan Dengan Perkembang an Bahasa
8 Anak Usia 4-5 tahun di TK Bhayangkar i 55 Surakarta Perbedaan ketiga penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah pada variabel, waktu, dan tempat penelitian. Penulis akan menyempurnakan penelitian I dan penelitian II dengan menganalisis kedua perkembangan motorik anak, yaitu motorik halus dan kasar. Desain penelitian terdahulu adalah kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan kualitatif yaitu dengan cara in depth interview. Pada penelitian III yaitu penelitian terdahulu membahas terkait peran pola asuh orangtua terhadap kemampuan bahasa anak usia 4-5tahun.