BAB I PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diklasifikasi berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana

BAB II URAIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan perhatian yang lebih nyata agar lebih efisien, produktif, dan prestasi. kerjanya dapat ditingkatkan (Amaliyah, 2007).

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengguna seluler di Indonesia menyentuh angka 180 juta yang dilayani 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hasibuan (2007) Byars dan Rue Sutrisno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan lingkungan seperti lingkungan politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2000 adalah awal dimulainya abad 21 yang dipandang sebagai abad

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu koordinasi yang baik antara fungsi-fungsi yang ada di dalam

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang asuransi. Selama tahun 2007, total pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen bukan hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat kerja saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dinamika lingkungan kerja penuh dengan berbagai tantangan,

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dialami pada waktu tertentu oleh tiap individu tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan

STRES. Adalah respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki. Salah satu sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja sering kali melakukan pekerjaan di luar keinginan individu pekerja itu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. demikian perhatian serius terhadap pengelolaan SDM adalah salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama dalam sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini meningkat dengan pesat, terutama pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Nuansa pembangunan di masa mendatang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai aset yang berharga. Tak jarang, perusahaan hanya mengganggap bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpenting disamping unsur lain, seperti modal, bahan baku, dan mesin. Tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TARAF STRES KERJA PADA KARYAWAN TELLER POOLING BANK PT. BANK X DAERAH BEKASI WINDA RIYANTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selaras dengan perubahan lingkungan bisnis. Manajemen. Sumber Daya Manusia merupakan bidang yang strategis dari organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

Definisi Stres Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Konsep. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kebon Jeruk. Yhana Kusuma Respati 3EB

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menetapkan kemudahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Tujuan dari suatu organisasi juga bisa menjadi pendorong dan komitmen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini.

Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam. dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk memberikan jasajasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit. Kredit yang disalurkan oleh suatu bank didapatkan dari nasabah yang melakukan penyimpanan uang dan kualitas kredit akan menentukan kelangsungan hidup dalam suatu bank. Semakin banyak nasabah yang melakukan kredit disuatu bank, maka akan semakin baik pula perputaran uang yang terjadi pada bank tersebut. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, Bank yang terdapat di Indonesia berjumlah 138 buah (www.kompas.com). Banyaknya jumlah bank yang terdapat di Indonesia, menjadikan persaingan yang sangat ketat antara satu bank dengan bank yang lainnya sehingga dari persaingan tersebut setiap bank harus memperhatikan dalam mengelola fungsi-fungsi manajemennya baik dalam organisasi maupun bagiamana mengelola sumber daya manusia. Sumber daya manusia (SDM) harus diperhatikan oleh setiap bank untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja sehingga memungkinkan organisasi perusahaan akan tetap eksis dan mampu berkompetisi dengan bank lainnya. Untuk tetap mampu eksis dan memenangkan kompetisi, maka suatu bank harus mempunyai SDM yang berkualitas dan mempunyai keunggulan. Bank X adalah salah satu bank milik pemerintah terbesar di Indonesia. Bank X memiliki suatu visi yaitu menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Nasabah menjadi kunci penting dalam pertumbuhan bisnis jasa keuangan seperti bank. Bank X di Kota Bandung memiliki kantor wilayah yang bertempat di Jalan 1

2 Asia Afrika, Bandung. Kantor Wilayah Bank X membawahi 8 kantor cabang yang terdapat di Bandung, yaitu memiliki tiga tingkatan, yaitu Kantor Cabang Asia Afrika, Dewi Sartika, Naripan, Dago, Martadinata, Soekarno Hatta, Setiabudhi, dan AH Nasution. Di setiap kantor cabang tersebut, terdapat beberapa kedudukan dari tingkatan, yaitu: Pimpinan Cabang, Asissten Manager Officer (AMO), Supervisor,, Customer Service, Teller, dan Account Officer (AO). Account Officer (AO) adalah orang yang bertugas mencari nasabah yang membutuhkan kredit dan layak sesuai kriteria peraturan bank yaitu nasabah yang memiliki legalitas usaha seperti SIUP (surat izin usaha perdagangan) dan TDP (tanda daftar perusahaan), menilai, mengevaluasi, mengusulkan besarnya kredit yang diberikan. Sebelumnya AO akan membuat perencanaan, usaha apa saja yang layak dibiayai di wilayahnya, dan berapa kira-kira dana yang diperlukan untuk menyalurkan kredit tersebut. Kemudian AO akan melakukan kunjungan ke usaha nasabah, melakukan wawancara, menggali sebetulnya apa yang diperlukan oleh nasabah tersebut. Setiap Kantor Cabang tersebut memiliki pegawai yang memiliki jabatan sebagai Account Officer (AO). Pegawai AO tersebut memiliki target untuk mencari nasabah yang akan menggunakan kredit dari Bank X sebesar 7 miliar dalam setahun. Target yang diberikan oleh Bank X digunakan pula sebagai penilaian dari kinerja para pegawai AO tersebut. Jika pegawai AO dapat mencapai target pertahun akan mendapatkan penilaian yang baik, mendapatkan penambahan pada bonus, diberikan kenaikan gaji secara berkala, dan dipertimbangkan untuk kenaikan jabatan. Namun jika target tidak tercapai, maka pegawai AO yang bersangkutan akan mendapatkan penilaian yang kurang baik dan berpengaruh pada saat pembagian bonus (Sumber: Kanwil Bandung). Kesulitan dalam memenuhi target tersebut, menurut Supervisor dari Bank X antara lain tidak tercapainya target dari karyawan AO sendiri diakibatkan karena sulitnya karyawan

3 dalam mencari nasabah yang membutuhkan kredit dari Bank tersebut sehingga berpengaruh pada produktivitas AO yang menurun. AO pun tidak cepat tanggap dalam melakukan penagihan-penagihan pada nasabah yang melakukan keterlambatan pembayaran kredit setiap bulannya sehingga dari hal tersebut sangat berpengaruh kepada penilaian kinerja pada setiap pegawai dari kantor cabang dimana pegawai AO tersebut bekerja. Pegawai AO dituntut oleh pimpinan cabang untuk bisa mencapai angka pencapaian jumlah pinjaman disetiap bulannya karena hal tersebut dapat berpengaruh pada penilaian yang dilakukan oleh kantor pusat. Tuntutan dari pimpinan cabang yang terus menurus setiap harinya dapat membuat pegawai AO rentan mengalami stres kerja. Stres kerja merupakan respon adaptif atas kejadian eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisiologis, psikologis, dan/atau perilaku pada anggota organisasi (Luthans, 2006) Masalah fisiologis yang dialami oleh pegawai AO berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang pegawai AO, diperoleh hasil bahwa empat dari sepuluh orang (40%) pegawai AO mengatakan bahwa beberapa akhir ini mereka merasakan adanya peningkatan laju detak jantung karena mereka merasa khawatir tidak bisa mencapai target hingga akhir tahun ini. Pegawai AO yang sering merasa sakit kepala atau pusing pada saat bekerja atau setelah bekerja sebanyak tujuh dari sepuluh orang (70%). Pegawai AO yang sering mengalami sakit punggung saat bekerja sebanyak lima dari sepuluh orang (50%). Kemudian pegawai AO yang sering merasakan nyeri lambung ( maag ) sebanyak enam dari sepuluh (75%). Masalah psikologis yang dialami oleh pegawai AO berdasarkan hasil survey yaitu saat ini mereka menjadi mudah marah-marah baik dikantor ataupun di rumah sebanyak tujuh dari sepuluh orang (70%) dan pegawai AO yang menyatakan bahwa mereka sering merasa tegang dalam bekerja sebanyak tiga dari sepuluh orang (30%), sedangkan pegawai AO menyatakan bahwa mereka sering merasa bosan dalam bekerja sebanyak empat dari sepuluh

4 orang (40%) dan empat dari sepuluh orang (40%) pegawai AO mengatakan bahwa mereka sering merasa gelisah saat kembali dari bekerja. Sedangkan masalah perilaku yang dialami oleh tiga dari sepuluh orang (30%) pegawai AO adalah seringnya mengalami susah tidur (insomnia) yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pegawai AO memiliki target yang harus dicapainya, namun pegawai AO mengatakan target kerja bukan hanya satu-satunya hal yang menimbulkan tekanan dalam diri pegawai AO ketika bekerja. Masih ada hal-hal lain yang dapat membebani pegawai AO, antara lain jarangnya kesempatan yang diberikan oleh pihak Bank X mengenai kenaikan jabatan, kondisi lingkungan sosial masyarakat seperti kenaikan BBM, dan meningkatnya harga pangan juga mempengaruhi pegawai AO. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sebagai imbas dari ketidakpastian ekonomi dan sosial, membuat delapan dari sepuluh orang (80%) pegawai AO merasa tertekan dalam melaksanakan pekerjaannya dan menuntut mereka bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sedangkan dua dari sepuluh orang (20%) pegawai AO tidak merasakan hal tersebut. Namun hal tersebut dapat berubah-ubah berdasarkan harga kebutuhan pokok dipasaran yang berfluktuasi. Selain itu, terdapat enam dari sepuluh orang (60%) pegawai AO yang bekerja di Bank X memiliki rekan kerja yang kurang bisa membaur dengan para pegawai lain dimana dalam kantor memiliki beberapa kubu dari setiap pegawainya, sehingga menjadikan pegawai AO yang jarang berada di dalam kantor kurang merasa nyaman dengan keadaan tersebut. Sedangkan tiga dari sepuluh orang (30%) pegawai AO mengatakan bahwa atasan dari AO tersebut selalu menuntut laporan mengenai hasil pencapaian jumlah pinjaman per/bulan meskipun target yang diberikan kepada AO sebenarnya merupakan target per/tahun yang menjadikan AO merasa tertekan sehingga menimbulkan stres karena tidak mudah untuk mencari nasabah disetiap bulannya. Dengan adanya tekanan-tekanan tersebut membuat AO merasa cemas apakah dirinya mampu untuk mencapai target yang diberikan atau tidak.

5 Pegawai AO pun merasakan adanya ketegangan apabila harus bertemu dengan pimpinan cabang untuk melaporkan hasil pencarian nasabah yang akan menggunakan kredit disetiap bulannya. Sedangkan satu dari sepuluh orang (10%) pegawai AO tidak merasakan kedua hal tersebut. Terdapat dua dari sepuluh orang (20%) pegawai AO lainnya mengatakan bahwa hambatan yang dihadapinya berasal dari internal yaitu berasal dari keluarga seperti konflik dengan orang tua, pasangan, atau rekan kerja. Dengan adanya masalah yang dimiliki, menjadikan AO tersebut tidak fokus dalam bekerja dan juga mencari nasabah. Sehingga hal tersebut dapat berpengaruh pada produktivitas kerja dari AO sendiri. Sedangkan delapan dari sepuluh (80%) pegawai AO tidak merasakan hal tersebut sebagai hambatan. Penjabaran diatas telah menggambarkan produktivitas kerja dari pegawai AO dalam mencapai target dapat menjadi tekanan yang signifikan dalam kehidupan para pegawai AO. Dengan adanya target yang harus dicapai dalam menawarkan produk kredit, pegawai AO harus berusaha keras untuk dapat memenuhi target tersebut untuk mendapatkan bonus penghasilan dari tempatnya bekerja yaitu Bank X. Dengan kata lain, tuntutan terbesar bagi para pegawai AO ini muncul dari bidang organisasional, yaitu tempat dimana ia bergabung sebagai karyawan. Tanpa adanya usaha yang keras dari pegawai AO untuk memenuhi tuntutan target yang diberikan Bank X. Keberadaan target ini juga membawa berbagai tuntutan baru bagi pegawai AO yaitu bahwa mereka harus mencari sebanyak mungkin calon nasabah yang tepat, dapat memfasilitasi kebutuhan nasabah dengan baik, dan berusaha untuk mengucurkan dana dari Bank pada para nasabah dengan tempo yang cepat. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat adanya berbagai fakta dari pegawai AO di Bank X Bandung, dalam menanggapi stresor-stresor yang ada dan respon-respon yang ditampilkan ke lingkungan. Oleh karena itu, peneliti mengangkat rancangan penelitian dengan

judul: Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Pegawai AO (Account Officer) Bank X Kota Bandung. 6 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui derajat stres kerja yang dimiliki oleh pegawai AO (Account Officer) Bank X di Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud diadakan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai derajat stres kerja yang dihayati oleh pegawai AO (Account Officer) Bank X di Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran lebih lanjut mengenai perbedaan derajat stres kerja yang dihayati oleh pegawai AO (Account Officer) di kantor cabang Bank X Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang psikologi, khusunya bidang Psikologi Industri dan Organisasi yang berkaitan dengan informasi tentang stres kerja dan memberikan informasi tentang derajat stres kerja. 2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan derajat stres.

7 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pihak perusahaan mengenai derajat stres kerja yang dirasakan oleh pegawai AO (Account Officer), sehingga mereka dapat mendapatkan penangan lebih lanjut. 2. Memberi informasi kepada para pegawai AO (Account Officer) Bank X di Kota Bandung mengenai derajat stres sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan pengembangan diri. 1.5 Kerangka Pikir Pegawai Account Officer (AO) adalah orang yang bertugas mencari nasabah yang layak sesuai kriteria peraturan Bank, menilai, mengevaluasi, mengusulkan besarnya kredit yang diberikan. Untuk mendapatkan seorang AO yang berkualitas, diperlukan pendidikan yang memadai dan jam terbang, agar bisa mengenali usaha yang layak dibiayai. Sebelumnya AO akan membuat perencanaan, usaha apa saja yang layak dibiayai di wilayahnya, dan berapa kira-kira dana yang diperlukan untuk menyalurkan kredit tersebut. Kemudian AO akan melakukan kunjungan ke usaha nasabah, melakukan wawancara, menggali sebetulnya apa yang diperlukan oleh nasabah tersebut. Besarnya tuntutan dan tugas yang dimiliki oleh pegawai AO menimbulkan resiko yang cukup besar bagi mereka untuk mengalami stres kerja. Stres kerja merupakan respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisiologis, psikologis, dan/atau perilaku. (Luthans. 2006) Stres kerja dapat bersumber dari berbagai penyebab. Luthans (2006) mengkategorikan stresor stres kerja ke dalam empat bagian. Stresor ekstraorganisasional, dimana situasi kehidupan yang dialami karyawan diluar organisasi dapat menimbulkan stres kerja seperti situasi keluarga yang sedang bermasalah, tidak memiliki jadwal liburan dengan keluarga, dan kematian pasangan.

8 Stresor Organisasional, dimana lingkungan, kebijakan, strategi administrative, struktur, desain organisasi, dan kondisi kerja sebagai karyawan dapat menimbulkan stres kerja, misalnya ketakutan akan kehilangan pekerjaan, kehilangan teman kerja, dan memiliki konflik dengan teman kerja. Stresor kelompok, dimana kurangnya kohesivitas kelompok dan dukungan sosial dapat menimbulkan stres kerja. Seorang karyawan yang dilarang untuk melakukan suatu hal bersama-sema dengan kelompoknya karena pekerjaan, akan mengakibatkan karyawan tersebut merasa kurang memiliki kohesivitas kelompok yang akhirnya dapat menimbulkan stres kerja. Sama halnya apabila karyawan merasa kurang memiliki dukungan dari orang lain ketika memiliki suatu permasalahan, hal ini akan menimbulkan stres kerja. Stresor individual, dimana karyawan yang tidak mampu mencapau tujuan yang telah ditetapkan, atau memiliki konflik peran ketika bekerja dapat menjadi stresor yang menimbulkan stres kerja. Pada stresor individual, Luthans (2006) menyebutkan di dalam bukunya bahwa terdapat perbedaan tipe kepribadian yaitu tipe A dan tipe B. Secara singkat, seseorang dengan Kepribadian Tipe A merupakan seseorang yang membawa pekerjaan ke rumah, tidak mampu bersantai, menetapkan standar tinggi pada dirinya sendiri dan cenderung mengalami frustrasi akibat pekerjaan. Seblaiknya, seseorang dengan Kepribadian Tipe B dapat bersantai tanpa merasa bersalah, tidak memiliki target yang membebani dirinya dan tidak pernah tergesa-gesa. Pegawai AO dengan kepribadian tipe A akan lebih berpotensi mengalami tingkat stres kerja yang tinggi dibandingkan pegawai AO dengan kepribadian tipe B. Pada pegawai AO Bank X Kota Bandung, stres kerja yang mereka alami dapat terlihat dari masalah fisiologis, psikologis, dan perilaku. Pada gejala fisiologis, pengaruh yang tidak selalu tampak, tetapi serius adalah pengaruh masalah fisik seperti penyakit jantung, yang dapat berdampak terhadap organisasi. Adapun beberapa masalah pada gejala fisiologis seperti

9 tekanan darah tinggi, sakit kepala, sakit punggung, pegal-pegal, dan masalah sistem pencernaan. Beberapa manajer madya menyatakan bila mereka mengalami stres, gejala yang sering muncul pada umumnya diare, sakit punggung/pegal-pegal, tapi gejala yang paling sering muncul saat kerja yaitu sakit kepala dan kadang-kadang maag. Untuk gejala psikologis, akibat dari stres dapat mempunyai pengaruh yang hampir tidak tampak, tetapi sangat nyata pada efektifitas kerja pegawai AO. Beberapa masalah pada gejala psikologis antara lain; kecemasan, gelisah, cepat marah, bosan, tegang, kurang konsentrasi dan perubahan mood. Para pegawai AO ini menjelaskan, gejala yang sering mereka alami bila dalam keadaan tertekan biasanya jadi mudah marah, sering bosan, kadang gelisah, moodnya sering berubah, dan bila pegawai AO ini dalam kondisi stres ada beberapa diantara mereka yang menjadi sulit untuk membuat keputusan dengan cepat. Sedangkan gejala perilaku dari stres yang pada umumnya sering muncul pada diri pegawai AO yaitu mulai merokok diruang kerja, bahkan ada yang bolos kerja dan timbulnya gangguan tidur. Masalah fisiologis, psikologis, dan perilaku yang dialami oleh pegawai AO Bank X Kota Bandung dapat memunculkan stres kerja yang berbeda-beda dalam tngkatannya, yaitu stres kerja rendah, stres kerja sedang, dan stres kerja tinggi. Stres kerja ringan merupakan stres kerja yang diakibatkan oleh masalah fisiologis, masalah psikologis, dan masalah perilaku yang moderat. Stres kerja sedang merupakan stres kerja yang ideal dimiliki karena dapat memicu meningkatnya performance kerja (Luthans). Stres kerja tinggi merpakan stres kerja yang diakibatkan oleh masalah fisiologis, masalah psikologis, dan masalah perilaku yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas, maka secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

10 STRESOR: 1. Ekstraorganisasional 2. Organisasional 3. Kelompok 4. Individual PEGAWAI AO BANK X KOTA BANDUNG STRES KERJA GEJALA STRES KERJA: 1. Gejala Fisiologis 2. Gejala Psikologis 3. Gejala Perilaku Tinggi Sedang Rendah Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

11 1.6 Asumsi Penelitian Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah: 1. Tuntutan pekerjaan yang dimiliki oleh pegawai AO Bank X Kota Bandung menimbulkan respon adaptif. 2. Stresor dari stres kerja pada pegawai AO Bank X Kota Bandung terdiri atas faktor ekstraorganisasi, organisasi, kelompok, dan individual. 3. Derajat stres yang dimiliki oleh Pegawai AO Bank X Kota Bandung dapat dilihat dari gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. 4. Pegawai AO Bank X Kota Bandung memiliki derajat stres yang tinggi, sedang dan rendah.