1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. Kehamilan terjadi karena adanya proses pembuahan yaitu bertemunya sel telur wanita dengan sel spermatozoa pria. Proses pembuahan ini akan menghasilkan embrio yang akan tumbuh dan berkembang menjadi janin di dalam rahim ibu. Proses kehamilan yang normal terjadi selama 40 minggu setelah pembuahan (Marimbi, 2010). Kehamilan memberi tanggung jawab pada ibu dimana ibu dituntut harus siap secara fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi pada wanita hamil antara lain membesarnya perut, bertambahnya berat badan, membesarnya payudara, terjadi hiperpigmentasi pada muka, payudara, perut dan vulva (Mochtar, 2011). Disamping perubahan fisik, terjadi perubahan psikologi yang berbeda-beda setiap trimester kehamilan. Banyak ibu yang merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan dan kesedihan terjadi pada trimester pertama. Terdapat dua fase perubahan psikologis pada trimester kedua yaitu prequickening dimana ibu mulai menerima kehamilannya dan fase postquickening dimana ibu akan fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan kelahiran bayinya. Pada trimester ketiga, ibu mulai khawatir dengan proses kelahiran yang akan terjadi dan kondisi bayi yang akan dilahirkannya (Nirwana, 2011). Kebanyakan ibu hamil lebih siap menghadapi perubahan fisik, tetapi tidak siap secara psikologis. Perubahan psikologis pada ibu hamil sangat sulit ditebak 1
2 dan tidak selalu sama terjadi pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan. Dengan hadirnya janin didalam rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi ibu. Apabila pengaruh emosi tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, hal tersebut dapat memicu terjadinya kecemasan yang berlebihan pada ibu hamil (Susanti, 2007). Sebuah studi depresi dan kecemasan yang dilakukan WHO mengemukakan bahwa terdapat sekitar delapan sampai sepuluh persen dari total wanita hamil di dunia mengalami kecemasan selama kehamilan (WHO, 2008). Survei yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2008 menemukan bahwa terdapat 28,7% dari 373.000.000 orang ibu hamil mengalami kecemasan selama kehamilannya (Kompas, 2011). Kecemasan merupakan reaksi yang berlebihan dari susunan saraf autonomik (Kaplan & Sadock, 2000). Kecemasan selama kehamilan tidak hanya dialami oleh ibu primigravida, tetapi juga ibu multigravida (Lily, 2007). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Agnita Utami (2009) tentang tingkat kecemasan primigravida dan multigravida dalam menghadapi kehamilan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Dari 30 ibu primigravida didapatkan sebagian besar ibu mengalami kecemasan sedang (43,3%) dan berat (46,7%). Sedangkan dari 30 ibu multigravida didapatkan sebagian besar ibu mengalami kecemasan ringan (23,3%) dan sedang (72,3%). Kecemasan muncul dalam wujud khawatir, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, mudah terkejut, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Selain itu, kecemasan juga dapat menimbulkan keluhan-keluhan somatik seperti rasa
3 sakit pada otot, tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan dan lain-lainnya (Hawari, 2004). Bila ibu hamil mengalami kecemasan, kemungkinan bayi yang dilahirkan bisa prematur, berat badan kurang, meningkatkan resiko ketidakseimbangan emosional ibu setelah melahirkan serta keterlambatan perkembangan motorik dan mental janin (Nurtantri, 2008). Kecemasan yang berlebihan dapat memberikan dampak pada perilaku ibu seperti mencoba menghilangkan kecemasan dengan merokok atau dengan mengkonsumsi obat penenang, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin (Sujiono& Nurani, 2008). Suasana psikologis ibu yang tidak mendukung akan mempersulit proses persalinan. Kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab nantinya akan berujung pada stres. Kondisi stres inilah yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan lahir. Emosi yang tidak stabil juga membuat ibu merasakan sakit yang semakin hebat (Bakshi, 2008). Kecemasan tidak hanya dapat dikurangi dengan menggunakan terapi farmakologis, tetapi juga dapat diatasi dengan terapi non farmakologis. Terdapat beberapa alternatif yang digunakan untuk mengatasi kecemasan seperti pijat refleksi, yoga, siatzu, meditasi dan aromaterapi (Price, 2000). Aromaterapi adalah salah satu teknik pengobatan atau perawatan menggunakan bau-bauan yang menggunakan minyak esensial (Balkam, 2001). Salah satu jenis aromaterapi yang memiliki efek relaksasi dan aman diberikan untuk ibu hamil adalah minyak esensial lavender (Jaelani, 2009).
4 Minyak esensial lavender merupakan minyak yang didapatkan dari bunga lavender yang sudah mengalami proses penyulingan. Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri dari beberapa kandungan utama antara lain linalyl asetat dan linalool. Linalool memberikan hasil yang signifikan dalam memberikan efek anti cemas (relaksasi). Minyak lavender dengan kandungan linalool-nya adalah salah satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi (dihirup), kompres, berendam ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit (Prima, 2011). Aromaterapi yang diberikan dengan cara inhalasi akan diterima oleh saraf penghidu dan diteruskan ke sistem limbik otak. Pada sistem limbik, molekul bau akan dihantarkan ke hipothalamus sehingga dihasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF ini yang akan merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilkan endorphin yang dapat mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Buckle, 2003). Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek menenangkan. Hal ini didukung oleh penelitian dari Ayu Surya Dewi (2008) tentang pengaruh aromaterapi inhalasi lavender terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUD Wangaya Denpasar. Dari 30 responden didapatkan hasil sebelum diberikan aromaterapi sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan (22 orang) dan kecemasan sedang (8 orang). Setelah diberikan aromaterapi, sebagian besar responden tidak mengalami cemas (16 orang), cemas ringan (9 orang) dan cemas sedang (4 orang).
5 Studi pendahuluan di Puskesmas III dan IV Denpasar Selatan mendapatkan hasil bahwa dari 10 ibu hamil yang diwawancarai sebagian besar mengalami kecemasan sedang (60%) dan ringan (30%). Gejala yang paling banyak dikeluhkan ibu hamil yaitu tubuh terasa panas, jantung berdebar-debar, khawatir dengan situasi kehamilannya saat ini dan takut akan kematian. Adanya kecemasan selama kehamilan memberikan tanggung jawab kepada perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan, sehingga kecemasan yang dialami oleh ibu hamil dapat berkurang. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan aromaterapi lavender. Dengan memberikan terapi ini, sekaligus memperkenalkan penggunaan aromaterapi sebagai terapi komplementer dalam menurunkan kecemasan. Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan ibu hamil. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas didapatkan rumusan masalah; Adakah pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di Puskesmas III dan IV Denpasar Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.
6 1.3.2 Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi karakteristik subyek penelitian (2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu hamil sebelum diberikan aromaterapi lavender. (3) Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu hamil setelah diberikan aromaterapi lavender (4) Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada ibu hamil sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis (1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pustaka terutama dalam bidang keperawatan maternitas, sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya. (2) Diharapkan penelitian ini dapat memperjelas penggunaan aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan khususnya bagi ibu hamil dalam menghadapi kehamilannya. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini menjadi intervensi yang bisa diaplikasikan untuk perawatan ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan yaitu dengan menggunakan aromaterapi lavender untuk mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu hamil.