Prarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Larutan Kapasitas Ton/Tahun. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prancangan Pabrik Styrene dari Ethylbenzen Kapasitas ton/tahun A. LATAR BELAKANG

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

Prarancangan Pabrik Dodekilbenzena dari Dodeken dan Benzena Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

4 Hasil dan Pembahasan

Prarancangan Pabrik Tritolyl Phosphate dari Cresol dan POCl3 Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

4 Hasil dan Pembahasan

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

Prarancangan Pabrik Akrilonitril dari Asetilen dan Asam Sianida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PEMBUATAN POLIMETIL METAKRILAT (PMMA)

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Pabrik Benzyl Alkohol dari Benzyl klorida dan Natrium karbonat Kapasitas 5000 ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

3. Metodologi Penelitian

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Bentuk : cair.

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

3 Metodologi penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

4 Hasil dan pembahasan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan adiponitril sebagai bahan baku di dalam

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

BAB I PENDAHULUAN. kimia yang tidak berwarna dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

II. DESKRIPSI PROSES

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

4. Hasil dan Pembahasan

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

BAB II. DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik fisik dan non-fisik. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

industri farmasi dan makanan terutama untuk ekstrasi dan pemurnian pada

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

3. Metodologi Penelitian

Dwi Wahyuni Penelili Bidang Material Dirgantara ABSTRACT

Oleh : Zainiyah Salam ( ) Anggi Candra Mufidah ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan I- 1

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

PRARANCANGAN PABRIK MONONITROTOLUEN DARI TOLUEN DAN ASAM CAMPURAN DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON / TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pembangunan sektor industri di Indonesia sedang mengalami peningkatan, salah satunya pada sub sektor industri kimia. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat bahwa ketergantungan Indonesia akan bahan kimia impor masih sangat besar. Besarnya impor bahan kimia ini menyebabkan pengeluaran negara akan semakin membesar. Polistiren, (C 8 H 8 ) n, merupakan senyawa polimer aromatik yang memiliki aplikasi yang relatif luas dan menjadi komoditi penting dalam sektor industri lain, seperti industri kimia, farmasi, pangan, dan lain-lain. Bahan kimia ini banyak digunakan sebagai isolator, pembungkus makanan, casing CD dan DVD. Kebutuhan polistiren di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, hal ini kurang didukung dengan persediaan polistiren di dalam negeri. Sampai tahun 2011, pabrik-pabrik polistiren di Indonesia hanya mampu memproduksi polistiren sebesar 127.000 ton/tahun, sedangkan kebutuhan polistiren di Indonesia mencapai 241.000 ton pada tahun 2011 (Verlag, 2011). Kekurangan polistiren ini ditutupi dengan mengimpor dari beberapa negara, seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Tiongkok. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa nilai impor polistiren pada tahun 2011 sebesar 57.901 ton. Jika dihitung berdasarkan data-data di atas, Indonesia masih mengalami kekurangan polistiren sebesar 56.099 ton pada tahun 2011. Untuk memenuhi kebutuhan polistiren dalam negeri dan mewujudkan Indonesia yang mandiri, maka perlu didirikan sebuah pabrik polistiren. Pendirian pabrik ini juga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Dengan mempertimbangkan bahwa kebutuhan polistiren akan semakin meningkat, maka pabrik polistiren yang akan didirikan berkapasitas 60.000 ton/tahun. 1

B. Tinjauan Pustaka Polistiren merupakan senyawa polimer aromatik yang dibuat dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistiren biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi. Gambar I.1. Rumus Molekul Polistiren Proses pembuatan polistiren dari monomer stiren dilakukan dengan reaksi polimerisasi. Polimerisasi monomer stiren merupakan reaksi polimerisasi adisi (chain-reaction polymerization). Reaksi polimerisasi adisi terdiri dari 3 (tiga) tahapan (Brandrup, 1975), yaitu : 1. Initiation (pemicuan) Tahap ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul monomer pada salah satu radikal bebas. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah R + (C 6 H 5 -CH=CH 2 ) (C 7 H 6 -CH 2 -R ) dengan R adalah inisiator. 2. Propagation (perambatan) Tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang terbentuk dalam tahap inisiasi. (C 6 H 5 -CH=CH 2 ) + (C 7 H 6 -CH 2 -R ) -(C 7 H 6 -CH 2 ) n - (C 7 H 6 -CH 2 -R ) Bila proses dilanjutkan akan terbentuk molekul polimer yang besar, di mana ikatan rangkap C=C dalam monomer stiren akan berubah menjadi ikatan tunggal C-C. n(c 6 H 5 -CH=CH 2 ) (C 8 H 8 ) n 3. Termination (terminasi) Tahap ini terjadi reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari insiator (R), yaitu (C 7 H 6 -CH 2 -R ) 2

atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya, yaitu -(C 7 H 6 -CH 2 ) n - (C 7 H 6 -CH 2 -R ) sehingga akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi. (R - CH 3 -(C 7 H 6 -CH 2 ) n -) + (R - CH 3 -(C 7 H 6 -CH 2 ) n -) -( R - CH 3 -(C 7 H 6 -CH 2 ) n - C 7 H 6 -CH 2 -R ) Berdasarkan sifat dan kegunaannya, polistiren dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu : 1. General Purpose Polystyrene (GPPS) General purpose polystyrene (GPPS) bersifat keras, biasanya tidak berwarna dan tahan terhadap cuaca. Polistiren ini biasanya digunakan sebagai insulation, pembungkus material, casing CD, dan clear jewel boxes. 2. High Impact Polystyrene (HIPS) High impact polystyrene (HIPS) bersifat mudah dibentuk. Polistiren ini biasanya digunakan sebagai pembungkus thermoformed food dan non food, bahan pembuatan piring dan gelas. 3. Expanded Polystyrene (EPS) Expanded polystyrene (EPS) bersifat kaku dan biasanya digunakan sebagai fish box, insulation panels, dan pembungkus barang-barang elektronik Proses polimerisasi stiren dapat dilakukan dengan beberapa cara (Boundy and Boyers, 1952), yaitu : 1. Bulk Polymerization Bulk polymerization atau biasa disebut polimerisasi massa merupakan proses polimerisasi yang paling sederhana. Konsep polimerisasi ini adalah penggunaan monomer murni tanpa adanya pelarut. Polistiren yang dihasilkan larut dalam monomer stiren. Hal ini mengakibatkan tingkat kekentalan larutan menjadi meningkat seiring dengan bertambahnya konversi reaksi. 3

Keunggulan dari bulk polymerization adalah : - Prosesnya mudah dilakukan. - Konversi stiren monomer bisa mencapai 85% atau lebih (Koski, dkk., 1983) - Polimer yang terbentuk memiliki massa molekul yang lebih tinggi dibandingkan solution polymerization. Kelemahan dari bulk polymerization adalah : - Tingkat kekentalan larutan yang tinggi menyebabkan proses pengadukan menjadi sulit. Hal ini berdampak pada kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat (pengaduk). - Pengambilan panasnya menjadi tidak baik dan tidak efisien. Hal ini dikarenakan polimer yang terbentuk kental (cenderung padat). 2. Solution Polymerization Solution polymerization merupakan proses polimerisasi di mana monomer dilarutkan dengan pelarut yang cocok sebelum terjadi polimerisasi. Tujuan ditambahkan pelarut adalah untuk mengurangi tingkat kekentalan dan melepaskan panas. Dalam pembuatan polistiren, pelarut yang cocok dan banyak digunakan adalah etil benzen. Keunggulan dari solution polymerization adalah : - Prosesnya mudah dilakukan. - Hasil polimerisasi tidak kental, sehingga perpindahan panasnya baik. Kelemahan dari solution polymerization adalah : - Ada kemungkinan terjadinya chain transfer ke pelarut yang menyebabkan pembentukan polimer dengan massa molekul yang lebih rendah. - Hasil keluar reaktor berupa campuran polimer dengan pelarutnya, sehingga perlu dilakukan proses pemisahan lebih lanjut. - Berat molekul polimer yang dihasilkan masih di bawah bulk polymerization. 4

3. Suspension Polymerization Suspension polymerization merupakan proses polimerisasi di mana monomer yang mengandung inisiator yang terlarut disebarkan sebagai tetesan dalam suspention agent (biasanya air). Hal ini dilakukan dengan pengadukan yang cepat selama reaksi. Proses polimerisasi terjadi dalam tetesan-tetesan tersebut. Setiap tetesan mengalami polimerisasi massa secara efektif. Tetesan-tetesan tersebut dijaga tetap berpisah dalam cairan dengan cara menambahkan sedikit zat pemantap seperti polivinil alkohol dan metal selulosa. Keunggulan dari suspension polymerization adalah : - Proses pengambilan panas reaksi mudah. - Polimer yang terbentuk berupa butiran-butiran kecil yang berukuran 0,1 1 mm, sehingga proses pemisahan polimer menjadi lebih mudah. - Kontrol suhu baik. Kelemahan dari suspension polymerization adalah : - Dimungkinkan adanya kontaminan yang terbawa oleh air dan suspension agent. 4. Emulsion Polymerization Emulsion polymerization hampir sama dengan suspension polymerization. Pada emulsion polymerization, terdapat penambahan emulsion agent (surfaktan/sabun). Butiran/gelembung monomer dalam cairan berukuran mikron. Emulsion agent (sabun) tersebut akan membentuk agrerat molekul sabun yang disebut misel. Misel ini melarutkan monomer dengan cara mengambil monomer ke bagian dalam misel. Inisiator yang larut dalam cairan mendifusi ke dalam misel yang dipenuhi molekul-molekul monomer. Inisiator ini akan memicu terjadinya polimerisasi di dalam misel. Hasil polimerisasi yang terbentuk berupa emulsi dengan ukuran butir 1 mikron. 5

Keunggulan dari emulsion polymerization adalah : - Prosesnya berjalan cepat. - Polimer yang terbentuk memiliki berat molekul yang tinggi. - Kontrol suhu baik. Kelemahan dari emulsion polymerization adalah : - Pemisahan polimer tidak sederhana. - Dimungkinkan adanya kontaminan yang terbawa oleh air dan emulsion agent. Dalam prarancangan pabrik polistiren dari monomer stiren kali ini, proses polimerisasi yang dipilih adalah solution polymerization. Pemilihan proses ini didasarkan pada proses yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, penggunaan pelarut etil benzen membuat hasil polimerisasi tidak kental, sehingga perpindahan panas yang terjadi baik. 6