Kata kunci : Aceh Selatan, Coptotermes curvignathus, Daya Jelajah, Myristica fragans, Populasi.

dokumen-dokumen yang mirip
Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 a) Tumbuhan tuba yang tumbuh di perladangan masyarakat; b) Batang tumbuhan tuba.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

Anang Kadarsah ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

Darussalam Banda Aceh Kata kunci : C. curvignathus, M. brunneum, tanaman pala, Biotermitisida.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

III. BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE

E U C A L Y P T U S A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

Volume 2, Nomor 1, Februari 217 UKURAN POPULASI KOLONI DAN DAYA JELAJAH RAYAP Coptotermes curvignathus Holmgren DI PERTANAMAN PALA DI KECAMATAN MEUKEK KABUPATEN ACEH SELATAN (THE POPULATION SIZE OF COLONY AND CRUISING TERMITE Coptotermes curvignathus Holmgren OF PLANTING NUTMEG IN MEUKEK, SOUTH ACEH) Fachrizal Yusmar 1, Alfian Rusdy 2, Muhammad Sayuthi 2* 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala 2 Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Abstrak. Pala (M. fragans) merupakan salah satu komoditas rempah unggulan yang bernilai tinggi, sebagaimana Indonesia menjadi salah satu produsen terbesar di dunia (7 75 %). Saat ini dalam membudidayakan tanaman pala, petani mengalami kendala yang salah satunya disebabkan oleh serangan rayap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran populasi koloni dan daya jelajah rayap C. curvignathus pada tanaman pala (M. fragans) di kecamatan Meukek dengan menggunakan teknik triple mark recapture. Rayap C. curvignathus dikoleksi dari pertanaman pala (M. fragans) yang ditentukan dalam enam blok (I, II, III, IV, V, VI). Koleksi rayap diwarnai dengan neutral red,25% dan nile blue A,5% di laboratorium. Hasil pengamatan menunjukan bahwa Total ukuran populasi koloni sebesar 347719.6 individu dari 23 koloni yang tersebar dalam luas areal 7325 m². Rata-rata daya jelajah maksimum Rayap C. curvignathus sejauh 35 m yang diduga pengaruh dari beberapa faktor lingkungan terutama makanan (mengandung selulosa) yang tersedia sangat terbatas. Kata kunci : Aceh Selatan, Coptotermes curvignathus, Daya Jelajah, Myristica fragans, Populasi. Abstract. Nutmeg (M. Fragans) is one of commodity of superior spices which has high value, as Indonesia became one of the largest manufacturers in the world (7-75%). Currently in cultivate a nutmeg crop, farmers faced some obstacles and termite attack is one of causes. The purpose of this research is to know the population size of colony and cruising termites C.Curvignathus on nutmeg crop (M. Fragans) in Meukek, South Aceh by using triple mark recapture technique. Termites C. Curvignathus collected from nutmeg crop (M. Fragans) which determined in six block (I, II, III, IV, V, and VI), the termites collection colored with neutral red.25% and nile blue A.5% in laboratory. The result of observation shows that total of population size of colony is 347.719,6 individual from 23 colonies scattered in the area of 7.325 m 2. The average of cruising termites C.Curnignathus as far as 35 m that suspected influence of some environmental factors especially a food (containing cellulose) very limited available. Key words: Coptotermes curvignathus, Cruising Termites, Myristica fragans, Population, South Aceh. PENDAHULUAN Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Kepulauan Maluku. Nama pala sebagai tanaman rempah sudah dikenal sejak abad 16. Dalam perdagangan internasional, pala Indonesia dikenal dengan nama Banda nutmeg. Myristica fragrans disebut juga sebagai pala asli dan berasal dari Pulau Banda (Wahyuni et al. 28). Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat dan Papua. Hingga saat ini dalam membudidayakan tanaman pala yang dilakukan oleh petani setempat telah mengalami serangan hama. Menurut Susanto (23), jenis-jenis hama yang menyerang tanaman pala adalah penggerek batang (Batocera sp.), rayap, dan kumbang Areoceum foriculatus. Khusus pada rayap, hama ini menyerang tanaman pala secara berkoloni yang dimulai dari akar hingga batang atas tanaman yang mengakibatkan sistem absorbsi unsur hara yang dilakukan oleh tanaman melalui akar menjadi terhambat sehingga menyebabkan tanaman akan mengalami kematian (Sayuthi, 212). Kondisi serangan hama ini semakin lama akan semakin meningkat dan perlu dilakukan pengendalian dengan segera. Mengingat perilaku rayap yang memiliki penyerangan secara berkoloni dalam merusak tanaman. Corresponding author: say_m21@unsyiah.ac.id 11 JIM Pertanian Unsyiah AGT, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Volume 2, Nomor 1, Februari 217 Menurut Nandika et al., (23), agar pengendalian rayap lebih efektif dan efisien, maka perlu diketahui ukuran populasi koloni dan daya jelajahnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Sayuthi, 21) bahwa spesies rayap Macrotermes gilvus Hagen memiliki daya jelajah lebih jauh dan sangat dipengaruhi oleh makanan yang tersedia. Mengingat bahwa rayap dapat menjadi ancaman yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi, maka perlu dipelajari ukuran populasi koloni dan daya jelajah dari rayap tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran populasi koloni dan daya jelajah rayap C. curvignathus pada tanaman pala (M. fragans) di Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Hama Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Unsyiah dan di perkebunan pala milik masyarakat di Desa Ie Buboh Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2 sampai Januari 216. MATERI DAN METODE Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji, pipa Polivinylchoride (PVC) yang 5 inci, meteran pita, lem, cangkul, parang, botol, tabung filum, Kardus fiber dan buku panduan identifikasi hama. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu pinus (umpan), kardus bekas (umpan), bahan plastik (water strainer), alkohol 7%, kertas saring, pewarna neutral red,25% dan nile blue A,5%. Percobaan ditentukan dalam enam blok (I, II, III, IV, V, VI) yang masing- masing terdiri dari 1 stasiun perbloknya. Stasiun pengamatan yang dipasang terdiri dari 1 potong kayu pinus (1 cm 2 cm 1 cm) yang dimasukkan ke dalam pipa PVC Ф 5 inci. Kemudian pipa PVC dimasukkan dalam lubang galian cm yang ditutup dengan bahan plastik berwarna gelap, agar tidak tembus cahaya dan kemungkinan gangguan dari luar. Jarak antar stasiun pengamatan diacak dalam setiap blok. Rayap dikoleksi dari stasiun pengamatan di Desa Ie Buboh Kecamatan Meukek kabupaten Aceh Selatan yang dimasukkan ke dalam tabung filum yang telah berisi alkohol 7% dan di bawa ke laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala untuk dilakukan identifikasi. Percobaan ini menggunakan metode triple mark recapture technique (Marini & Ferrari, 1998). Adapun tahapan kerja dari metode ini sebagai berikut: Tahap pertama, kayu umpan yang terserang rayap dikumpulkan dan dipisahkan rayapnya dari tanah serta dihitung jumlahnya. Pewarnaannya menggunakan kertas tissue (Whatman No 1) yang telah direndam dalam bahan pewarna neutral red,25% dan nile blue A,5% (Harahap et al., 25). Kertas tissue diumpankan terhadap rayap selama 3 hari, sehingga diperoleh rayap warna biru dan merah. Rayap yang telah berwarna tersebut dihitung kembali jumlahnya dan kembali dilepaskan ke stasiun pengamatan tempat rayap ditangkap. Satu minggu setelah pelepasan rayap bertanda. Kayu umpan dari setiap stasiun pengamatan kembali dikumpulkan. Rayap yang tertangkap baik yang berwarna maupun tidak berwarna dihitung kembali. Tahap Kedua, rayap yang tertangkap pada tahap pertama, diwarnai kembali seperti prosedur pada tahap pertama dan kembali dilepas ke stasiun pengamatan tempat semula ditangkap. Seminggu setelah pelepasan diamati kembali. Interval waktu tahap pertama dengan tahap berikutnya (kedua dan ketiga) selama 1 hari. Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 12 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Volume 2, Nomor 1, Februari 217 Tahap Ketiga, penandaan, pelepasan dan penangkapan rayap untuk tahap tiga diulangi seperti prosedur pada tahap pertama dan kedua. Pendugaan ukuran populasi koloni rayap digunakan metode Begon (Marini &Ferrari, 1998) yaitu: Dimana: N = Ukuran populasi. n i = Jumlah keseluruhan rayap yang tertangkap pada penangkapan ke-i. m i = Jumlah rayap bertanda yang tertangkap pada penangkapan ke-i. M i = Jumlah total rayap bertanda sampai penangkapan ke-i Seluruh stasiun pengamatan yang terdapat pada masing-masing blok diberi nomor 1 sampai 1. Stasiun pengamatan tersebut kemudian diundi sehingga akan terpilih dua stasiun pengamatan sebagai tempat pelepasan awal. Rayap yang terdapat pada stasiun pengamatan terpilih yaitu blok I (5 dan 1), blok II (4 dan 6), blok III (4 dan 7), blok IV (2 dan 7), blok V (7 dan 8), blok VI (2 dan 3) yang dikoleksi secara terpisah dan diwarnai melalui pengumpanan menggunakan kertas saring Whatman no 1 yang telah dicelupkan dalam nile blue A.5% dan neutral red.25%. Rayap yang telah berwarna merah dan biru dilepas kembali ke stasiun pengamatan tempat semula rayap dikoleksi. Pengamatan terhadap daya jelajah rayap C. curvignathus dilakukan pada setiap titik stasiun pengamatan pada setiap blok. Sedangkan untuk mengetahui daya jelajah maksimum diamati dari stasiun pengamatan terdekat hingga stasiun pengamatan terjauh. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Rayap Pengamatan yang telah dilakukan pada masing-masing blok I, II, III, IV, V dan VI di Desa Ie Buboh Kecamatan Meukek menunjukan bahwa rayap yang ditemukan adalah spesies rayap C. curvignathus Holmgren (Tabel 1). Tabel 1. Spesies rayap dari stasiun pengamatan di Desa Ie Buboh Kec. Meukek Blok Jumlah Spesies Rayap I 3 C. curvignathus II 4 C. curvignathus III 6 C. curvignathus IV 3 C. curvignathus V 3 C. curvignathus VI 4 C. curvignathus Rayap yang digunakan untuk bahan identifikasi adalah dari kasta prajurit dan kasta pekerja (Gambar 1). a Gambar 1. Rayap C. curvignathus (a) Kasta Prajurit dan (b) Kasta Pekerja b Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 13 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Volume 2, Nomor 1, Februari 217 Rayap C. curvignathus Holmgren merupakan salah satu jenis rayap tanah dari famili Rhinotermitidae. Ciri-ciri dari rayap ini yaitu kepala yang berwarna kuning, dengan bentuk kepala bulat dan panjangnya sedikit lebih besar dari lebarnya. Antena terdiri dari segmen, dimana segmen kedua dan keempat berukuran sama panjang. Mandibel (rahang) berbentuk arit dann melengkung di ujungnya. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panajng kepala tanpa mandibel 1,56-1,68 mm. Lebar kepala 1,4-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,-1,3 mm dan panjangya,56 mm serta panjang badan 5,5-6 mm (Nandika et al., 23). Bagian abdomen terdapat rambut seperti duri yang menutupinya. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan. Bagian tengah dari mandibel kasta prajurit terdapat cairan putih seperti susu yang akan dikeluarkan pada saat koloni rayap ini diganggu. (Nandika et al., 23). Ukuran Populasi Koloni Rayap Coptotermes curvignathus Hasil pengamatan terhadap ukuran populasi koloni rayap C. curvignathus di perkebunan pala milik rakyat di desa Ie Buboh Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan dikelompokan ke dalam tiga golongan yaitu populasi koloni ukuran besar (> 2.), populasi koloni ukuran sedang (1.-2.) dan populasi koloni ukuran kecil (< 1.) (Nandika et al, 23). Blok pengamatan yang tergolong ke dalam populasi koloni ukuran besar adalah blok I, II, III dan VI, sedangkan yang tergolong ke dalam populasi koloni ukuran kecil adalah blok IV dan V (Tabel 2). Tabel 2. Populasi koloni rayap C. curvignathus di Desa Ie Buboh Kec. Meukek No Blok Jumlah Koloni Ukuran Populasi (individu) Luas Areal (m²) 1 3 75.24,9 86 2 4 89.922,5 1.7 3 6 37.26,51 1.23 4 3 8.422,9 945 5 3 7.591,3 1.37 6 4 129.319,2 1.85 Jumlah 23 347.719,6 7.325 Ukuran populasi koloni tiap blok berbeda. Pada blok I, populasi koloni besar didapati pada koloni A dan koloni C, sedangkan koloni B tergolong koloni sedang (Gambar 3). Lalu pada blok II, populasi koloni besar didapati pada koloni B dan D, sedangkan koloni sedang terdapat pada koloni A dan C (Gambar 4). Pada blok III, semua koloni yang dihitung tergolong ke dalam 2 populasi koloni yaitu populasi koloni sedang pada koloni C, sedangkan koloni A, B, D, E dan F tergolong ke dalam populasi koloni kecil (Gambar 5). Pada blok IV, hanya didapati populasi koloni kecil dari 3 koloni yang ditemukan (Gambar 6). Pada blok V juga hanya didapati populasi koloni kecil (Gambar 7). Dan pada blok VI, ditemukan 2 populasi koloni besar yaitu koloni A, B dan D,sedangkan koloni C tergolong ke dalam populasi koloni sedang (Gambar 8). Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 14 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Ukuran Populasi Koloni Ukuran Populasi Koloni Ukuran Populasi Koloni Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Februari 217 35 3 25 2 1 5 311,6 26434,49 18758,54 A B C Gambar 2. Ukuran populasi setiap rayap C. curvignathus pada blok I 4 35 33447,28 3 25547,44 25 19483,6 2 11444,27 1 5 A B C D Gambar 3. Ukuran populasi setiap rayap C. curvignathus pada blok II 18 16244,62 16 14 12 1 8 7523,4 7523,4 6 4 194,6 2784,51 2 1245,24 A B C D E F Gambar 4. Ukuran populasi setiap rayap C. curvignathus pada blok III Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Ukuran Populasi Koloni Ukuran Populasi Koloni Ukuran Populasi Koloni Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Februari 217 4 3365,56 35 2918,88 3 25 2137,65 2 1 5 A B C Gambar 5. Ukuran populasi setiap rayap C. curvignathus pada blok IV 3 25 2 1 5 2137,65 2655,88 2797,77 A B C Gambar 6. Ukuran populasi setiap rayap C. curvignathus pada blok V 8 68936,1 7 6 5 4 3 26611,72 2594,53 2 13176,67 1 A B C D Gambar 7. Ukuran populasi setiap rayap C. curvignathus pada blok VI Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 16 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Jarak Jelajah (m) Jarak Jelajah (m) Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Februari 217 Perbedaan ukuran populasi koloni rayap C. curvignathus setiap blok diduga tergantung pada umur ratu (umur koloni), semakin tua umur ratu maka kapasitas untuk meletakkan telur akan lebih tinggi demikian juga sebaliknya semakin muda umur ratu, kemampuan untuk meletakkan telur semakin rendah ( Sayuthi, 212). Menurut Davies & Richard (1996), ukuran populasi dari suatu koloni rayap tanah juga ditentukan oleh kemampuan bertelur (fecundity) dan tingkat kesuburan (fertility) kasta reproduktif (ratu). Faulet et al. (26) menambahkan bahwa ukuran populasi sebuah koloni rayap dengan jumlah individu kurang dari 2.223 individu (5% kasta pekerja dan 1% kasta prajurit) termasuk dalam koloni ukuran kecil, sedangkan lebih besar dari ukuran tersebut dikelompokkan ke dalam koloni ukuran besar. Menurut Lee et al. (27), apabila lingkungan tidak mendukung maka ukuran populasi koloni rayap tidak akan meningkat bahkan semakin rendah. Berbagai faktor lingkungan seperti tanah, tipe vegetasi, iklim, dan ketersediaan air, sangat mempengaruhi ukuran populasi koloni rayap. Daya Jelajah Rayap Daya jelajah yang dilakukan rayap C. curvignathus dalam memperoleh sumber makanannya sangat dipenngaruhi oleh kondisi lingkungan yang optimal seperti kandungan bahan organik. Rata-rata jarak linier daya jelajah rayap C. curvignathus pada blok I sejauh 13,5 m dari luas areal 86 m² (Gambar 9), blok II sejauh 12,3 m dari luas areal 1.7 m² (Gambar 1), blok III sejauh,6 m dari luas areal 1.23 m² (Gambar 11). Rayap C. curvignathus Pada blok IV melakukan daya jelajah sejauh 23 m dari luas areal 945 m² (Gambar 12), blok V sejauh 25,6 m dari luas areal 1.37 m² (Gambar 13) dan blok VI sejauh 35 m dari luas areal 1.85 m² (Gambar 14). Rayap C. curvignathus melakukan daya jelajah maksimum pada blok VI diduga pengaruh dari beberapa faktor lingkungan terutama ketersedian makanan (bahan yang mengandung selulosa) sangat terbatas. 16 14 14 13 12 12.5 12.5 11 1 3 8 9 Gambar 8. Daya jelajah rayap C. curvignathus pada blok I 1 13 11 12 13.5 5 2 5 7 1 Gambar 9. Daya jelajah rayap C. curvignathus pada blok II Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 17 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Jarak Jelajah (m) Jarak Jelajah (m) Jarak Jelajah (m) Jarak Jelajah (m) Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 2, Nomor 1, Februari 217 25 2.5 12 2 1 5 2 3 9 1 Gambar 1. Daya jelajah rayap C. curvignathus pada blok III 2 16 13 14.5 1 5 1 4 6 9 Gambar 11. Daya jelajah rayap C.curvignathus pada blok IV 3 25 28 26.5 25 21 2 1 5 1 4 5 1 Gambar 12. Daya jelajah rayap C. curvignathus pada blok V 4 3 3.5 35 37.5 37 2 1 7 8 9 1 Gambar 13. Daya jelajah rayap C. curvignathus pada blok VI Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 18 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Volume 2, Nomor 1, Februari 217 Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada blok blok yang menjadi acuan pengamatan daya jelajah rayap C. curvignathus, ditemukan bahwa daya jelajah paling dekat yang dilakukan rayap jenis ini terdapat pada blok II. Hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, salah satunya ketersedian makanan yang banyak selulosa. Menurut Tambunan & Nandika (1987), Selulosa merupakan makanan utama rayap, oleh karena itu kayu dan jaringan tanaman merupakan sasaran serangan rayap. Karena ukuran populasi yang besar disertai daya jelajah yang luas maka rayap mampu menjangkau dan merusak bahan-bahan yang menjadi kepetingan manusia seperti kertas, karton, kain, dan plastik. Pada blok II tanaman pala tumbuh baik (daun dan cabangnya banyak) dan kanopi tanaman yang luas karena tanah yang subur, sehingga menyebabkan cahaya matahari tidak menyinari permukaan tanah secara langsung, ditambah lagi dengan banyak serasah yang berasal dari daun dan ranting tanaman yang sudah mati yang dapat menjadi mulsa sehingga berpengaruh terhadap kandungan bahan organik tanah. Keadaan tersebut sangat disukai oleh rayap, Karena menurut Susanta (27), Rayap hidup ditempat yang temperaturnya hangat serta karakteristik tanahnya subur. Kisaran temperatur yang disukai rayap adalah 21,1-26,6 o C dengan kelembaban optimal 95-98% Sedangkan daya jelajah maksimum yang dilakukan oleh rayap C. curvignathus ditemukan pada blok VI, hal tersebut terjadi karena ketersediaan bahan organik yang sedikit, faktor ini dipengaruhi oleh tanaman pala di blok ini masih muda dan belum menghasilkan cabang yang banyak sehingga penyinaran matahari langsung ke permukaan tanah tanpa ada yang menghalangi, ditambah lagi kerapatan tajuk tanaman lebih rendah. Penelitian dari Subekti (24), pada keragaman genetik rayap tanah genus Coptotermes ( Isoptera : Rhinotermitidae) di pulau jawa menjelaskan bahwa rayap Coptotermes memiliki kemampuan daya serang dan daya jelajah paling tinggi dibandingkan dengan jenis rayap lainnya. Kemampuan daya serang itu didukung oleh daya cerna selulosa yang tinggi sehubungan dengan tingginya populasi flagelatanya dengan rata-rata 4.682 ekor flagelata/ rayap. Hal tersebut menjadikan rayap C. curvignathus Holmgren sebagai rayap yang menimbulkan kerugian ekonomis yang besar (Nandika & Adijuwana, 1995). Faktor lainnya adalah penyiangan gulma yang dilakukan di sekitar perakaran tanaman pala sehingga meningkatkan suhu permukaan tanah dan membuat kelembaban tanah di blok ini menjadi rendah. Kondisi ini membuat rayap C. curvignathus melakukan daya jelajah lebih jauh hingga menemukan kondisi yang optimal. Hasil ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sayuthi (212), bahwa daya jelajah rayap sangat ditentukan oleh kualitas habitat, semakin baik kualitas habitat maka semakin dekat daya jelajah rayap, begitu juga jika kualitas habitat rendah maka daya jelajah rayap akan semakin jauh. KESIMPULAN DAN SARAN Rayap yang menyerang pertanaman pala di Desa Ie Buboh kecamatan Meukek adalah spesies C. curvignathus, dengan total ukuran populasi koloni sebesar 347.719,6 individu dari 23 koloni dengan luas areal 7.325 m². Rata rata daya jelajah maksimum rayap C. curvignathus di pertanaman rakyat di Desa Ie Buboh Kecamatan Meukek adalah 35 m. Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 19 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2

Volume 2, Nomor 1, Februari 217 DAFTAR PUSTAKA Faulet, B.M., Niamke, S., Gonnety, J.T & Kouame, L.P. 26. Purification and biochemical properties of a new thermostable xalanase from symbiotic fungus Termitomyces sp. African Journal of Biotechnology 5(3): 273-282. Harahap, I.S., Benson, E.P., Zungoli, P.A., Adler, P.H & Hill, H.S. 25. Inter and intra colony agonistic behaviour of native subterranean termites, Reticulitermes flavipes and Reticulitermes virginicuhs (Isoptera : Rhinotermitidae). Sociobiology 46: 35-316. Lee, C.Y, Vongkaluang & Lenz, M. 27. Challenges to subterranean termite tunnel branches for efficient food search and resource transportation. Bio Systems 9: 82-87. Marini, M & Roberto, F. 1998. A population survey of the Italian subterranean termite Reticulitermes lucifugus Rossi in Bacnacavallo (Rovenna, Italy) using the Triple Mark Recapture Technique (TMRT). Zoological Science : 963-969. Nandika, D., Rismayadi, Y & Diba, F. 23. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya. Harun JP Ed. Muhamadiyah University Press, Surakarta. Nandika, D & H, Adijuwana. 1995. Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynochephalus Light serta Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan Macrotermes gilvus Hagen. Jurnal Penelitian Hasil Hutan ;7:35-4. Richard, O.W & Davies, R.G. 1996. IMM S General Textbook of Entomology. Tenth Edition. Vol II. Chapman and Hall. Australia Sayuthi, M. 212. Rayap Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera : Termitidae) sebagai Hama Penting pada Tanaman Jarak Pagar (J. curcas) di Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP) Pakuwon Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi 4: 56-6. Sayuthi, M. 212. Kajian Cendawan Entomopatogen Metarhizium brunneum Petch sebagai Agen Hayati Terhadap Rayap Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae) Pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Subekti, N. 24. Keragaman genetik rayap tanah genus Coptotermes ( Isoptera : Rhinotermitidae) di pulau jawa (Tesis). Program Pascasarjana. Institut Peranian Bogor. Susanta, G. 27. Kiat Praktis Mencegah dan Membasmi Rayap. Jakarta: Penebar Swadaya. Susanto, H. 23. Budidaya Pala, Komoditas Ekspor. Kanisius, Yogyakarta. Tambunan, B & Nandika, D. 1987. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor Wahyuni, S., Hadad, M., Suparman & Mardiana. 28. Keragaman produksi plasma nutfah pala (Myristica fragrans) di KP Cicurug. Bul Plasma Nutfah 14(2):68-75. Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan 2 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 217: 11-2