RINGKASAN PERMOHONAN Perkara 7 /PHPU.D-XII/2014 Tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2013/2014 I. PARA PIHAK A. Pemohon H. Desri Ayunda, SE. MBA dan Prof. Dr. Ir. H. James Hellyward, M.S (Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padang). Kuasa Hukum Pemohon Virza Benzani, S.H.,M.H dkk berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 3/SKK/Lit/VB&R/03.2014 tanggal 12 Maret 2014. B. Termohon Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang. II. OBJEK PERMOHONAN - Keputusan KPU Kota Padang Nomor 36/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2014 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang Tahun 2013 Putaran Kedua di Tingkat Kota Padang, beserta Model DB1.KWK-KPU dan Lampiran Model DB1.KWK-KPU; - Keputusan KPU Kota Padang Nomor 37/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2014 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang Terpilih Dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang Tahun 2013 Putaran Kedua tanggal 11 Maret 2014. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI - Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang 1
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 29 ayat (1) huruf d Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. - Bahwa dalam Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menetapkan Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan - Bahwa berdasarkan hal itu Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Pemohon adalah adalah Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padang tahun 2013 Putaran Kedua dengan Nomor urut 3. Berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Padang Nomor 102/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2013 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang Yang Berhak Mengikuti Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang Tahun 2013 Putaran Kedua tanggal 4 November 2014. V. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN Berdasarkan Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun 2008 yang menentukan, Permohonan pembatalan penetapan hasil perhitungan suara Pemilukada diajukan ke Mahkamah paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan,. Pemohon mendaftarkan permohonan ke Mahkamah Konstitusi pada hari Jumat tanggal 14 Maret 2014, sementara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kota Padang berdasarkan Keputusan KPU Kota Padang Nomor. 36/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2014 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota 2
Kota Padang Tahun 2013 Putaran Kedua di Tingkat Kota Padang, beserta Model DB1.KWK-KPU dan Lampiran Model DB1.KWK-KPU, dan Keputusan KPU Kota Padang Nomor. 37/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2014 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang Terpilih Dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang Tahun 2013 Putaran Kedua, ditetapkan pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2014. Bahwa dengan demikian batas waktu 3 (tiga) hari kerja setelah penetapan rekapitulasi hasil penghitungan suara oleh Termohon dalam perkara a quo adalah hari Rabu, 12 Maret 2014, hari Kamis, 13 Maret 2014, dan hari Jumat, 14 Maret 2014. Dengan begitu, permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan sehingga menurut Pemohon telah memenuhi ketentuan Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun 2008. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Pada pokoknya permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil Pemilukada Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang tahun 2013 Putaran Kedua oleh KPU Kota Padang yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon sebagai Walikota dan Wakil Walikota Padang; 2. Menurut Pemohon, Keberatan itu dipicu karena adanya pelanggaran dalam pelaksanaan Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua yang dilakukan oleh Termohon dan Pihak Terkait, yakni; - Pihak Terkait melakukan menggunakan fasilitas negara dan kapasitas jabatan selaku Wakil Walikota (incumbent) sebelum masa kampanye; - Termohon melakukan penggantian anggota PPK dan PPs serta KPPS di lokasi-lokasi tertentu ketika pada saat Pasangan Calon (incumbent) masih menjabat sebagai Wakil Walikota, dengan tujuan agar ada keberpihakan penyelenggaraan Pemilukada pada Pasangan Calon (incumbent); - Termohon membiarkan kampanye hitam yang dilakukan Pasangan Calon (incumbent), Pengerahan massa dari luar Kota Padang untuk menggunakan hak pilihnya di TPS tertentu dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) tanpa menyertakan Kartu Keluarga (KK) 3
sebagaimana yang diisyaratkan dalam Surat Edaran KPU Kota Padang; - Termohon membiarkan KPPS dan atau bersama-sama Pasangan Calon (incumbent) melakukan penghilangan hak pilih masyarakat di daerah tertentu dan adanya perubahan lokasi TPS di luar wilayah tempat tinggal pemilih, sehingga pemilih tidak menggunakan hak pilihnya; 3. Bahwa adanya pelanggaran dalam rekapitulasi hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh Termohon, yakni: - Penetapan rekapitulasi hasil perhitungan suara Pasangan Nomor 10 tidak sah, karena dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; - Adanya pengurangan pemilih yang di lakukan oleh Termohon pada Putaran kedua, yaitu berjumlah 438 pemilih; - Dalam proses penghitungan hasil pemungutan suara, KPPS tidak memberikan lampiran C1KWK-KPU berupa sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi Pemohon; - Rekapitulasi suara yang ditetapkan Termohon adalah salah karena tidak didasari azas kejujuran dan independensi, mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. 4. Menurut Pemohon, adanya pelanggaran terhadap proses pelaksanaan Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua secara terstruktur, sistematis dan Masif yang dilakukan oleh Termohon dan Pihak Terkait., yakni berupa: - Pemohon menemukan fakta hukum dalam proses pelaksanaan Pemilukada Kota Padang, dimana Pasangan Calon (incumbent) telah jauh hari mempersiapkan pencalonannya sebagai Kepala Daerah dengan melibatkan jajaran pemerintahan dibawahnya, baik Lurah, Sekretaris Lurah, Camat dan Sekretaris Camat serta SKPD lainnya; - Termohon mengganti PPS dan KPPS dengan orang-orang baru yang bisa bekerjasama dengan Pasangan Calon (incumbent) ; 4
- KPPS memberikan kelonggaran kepada pengguna KTP untuk memilih dengan cara, tidak mengecek alamat yang tertera dalam KTP dengan alamat tempat TPS dan tanpa disertai dengan Kartu Keluarga; - Adanya surat panggilan pemilih yang tidak diberikan oleh Termohon. VII. PETITUM 1. Menerima dan Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan tidak sah dan batal Surat Keputusan KPU Kota Padang Nomor 36/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2014 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2013 Putaran Kedua di Tingkat Kota Padang tanggal 11 Maret 2014 beserta Model DB1.KWK-KPU dan Lampiran Model DB1.KWK-KPU; 3. Menyatakan tidak sah dan batal Surat Keputusan KPU Kota Padang Nomor 37/Kpts/KPU-Kota-003.435095/2014 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang Terpilih Dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2013 Putaran kedua tanggal 11 Maret 2014, sepanjang perolehan suara pasangan calon di kecamatan Kuranji dan Kecamatan Padang Utara; 4. Memerintahkan kepada Termohon melaksanakan pemungutan suara ulang di seluruh TPS pada wilayah di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Padang Utara, dengan terlebih dahulu mengganti seluruh Penyelenggara PPK, PPS dan KPPS Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Padang Utara; Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 5