BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. barang-barang untuk memenuhi kebutuhan pokok harian, pasar juga memiliki

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. peran pasar yang menopang kehidupan para pengusaha kecil. menengah. Dengan terus memperhatikan kinerja pedagang dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Tujuan Penataan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I Pendahuluan I-1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas kehidupan. Perkembangan yang terjadi di perkotaan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau. barang dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk

BAB III TINJAUAN LOKASI

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

UKDW PENDAHULUAN BAB 1 1 UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan itu sendiri ditentukan oleh permintaan barang dan jasa. Kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, dan tempat kegiatannya dapat di jumpai dalam bentuk fisik yang disebut pasar. Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan yang menjadi embrio pembentuk struktur ruang kota yang penting. Menurut pengembangan dari teori tempat pusat, pasar merupakan pembentuk struktur ruang kota yang mempengaruhi nilai lahan. Dari struktur kota yang terbentuk kemudian diikuti dengan sistem transportasi yang ada. Pasar merupakan tempat pelayanan kegiatan ekonomi di suatu daerah, oleh karena itu letak pasar berada pada tempat yang sangat strategis. Pasar sebagai tempat bertemunya pedagang dan pembeli di mana barangbarang kebutuhan bisa diperoleh. Semakin pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk kota Timika menyebabkan kapasitas pasar Swadaya tidak dapat lagi memenuhi skala pelayanannya, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pedagang yang berdagang di pasar Swadaya Timika. Semakin berkembangnya kegiatan di dalam pasar membuat daya tampungnya tidak memadai lagi, oleh karena itu perlu adanya peningkatan kapasitas dari pasar tersebut. Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi telah 1

2 menyebabkan terbangunnya kawasan-kawasan kumuh di sekitarnya, di mana banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan-lahan yang tidak layak bangun yang peruntukannya untuk sarana publik menjadi kawasan terbangun. Terbatasnya lahan pasar telah menyebabkan tumpah ruahnya para pedagang ke jalan-jalan di sekitar pasar, hal ini telah menimbulkan banyak permasalahan, selain kemacetan juga menjadi semberautnya dan kumuhnya daerah di sekitar pasar. Untuk menampung semua pedagang maka dibutuhkan ruang yang lebih luas lagi. Untuk memperluas kapasitas daya tampung pasar Swadaya dapat dilakukan dengan memperluas pasar, tetapi posisi pasar Swadaya yang berada di tengah kota sangat tidak memungkinkan untuk diperluas selain itu lokasi pasar Swadaya tidak sesuai dengan peruntukkannya, maka sebagai pilihan untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Kabupaten Mimika memindahkan kegiatan ekonomi yang ada lokasi pasar Swadaya ke lokasi pasar Sentral. Menurut Pepres No 112 tahun 2007 tentang penataan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan Toko modern disebutkan lokasi pendirian Pasar Tradisional wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya. Penentuan lokasi pasar tradional ini juga diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 yang menyebutkan penentuan lokasi pasar tradisional selain mengacu pada RTRW Kabupaten/Kota juga harus dekat dengan pemukiman penduduk atau pusat kegiatan ekonomi masyarakat; dan memiliki sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan ibukota

3 kabupaten/kota dan ibukota kecamatan dengan lokasi pasar baru yang akan dibangun. Adanya relokasi pasar ini telah mempengaruhi perubahan fisik yang ada di sekitarnya, di mana saat ini lokasi pasar Sentral yang jarak kurang lebih 4 km dari lokasi pasar Swadaya, yang di tempatkan ke arah barat kota Timika telah menyebabkan pertumbuhan kota kearah barat yakni menuju daerah pasar Sentral. Meningkatnya pertumbuhan wilayah di sekitar pasar Sentral tidak terlepas dari kebijakan pemerintah daerah yang membangun pasar terintegrasi dengan terminal yang melayani angkutan dalam dan luar kota di areal pasar Sentral. Dengan adanya terminal ini telah meningkatnya aktivitas di sekitar wilayah pasar yang secara langsung mengubah sistem pergerakan masyarakat untuk memusatkan segala kegiatannya di daerah pasar. Seiring dengan berkembangnya pasar Sentral telah meningkatkan segala aktivitas ekonomi yan terjadi sekitar Pasar, peningkatan aktivitas masyarakat ini mempengaruhi perubahan fisik di lokasi sekitarnya, di mana banyak perubahan yang terjadi salah satunya perubahan guna lahan. Pertumbuhan penggunaan ruang di daerah sekitar pasar ini tentunya akan menjadi suatu masalah di kemudian hari bila tidak ditata dengan baik oleh pemerintah daerah, meningkatnya pemanfaatan ruang di daerah sekitar telah menyebabkan banyaknya alih fungsi lahan di sekitar pasar, di mana banyak kawasan-kawasan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan terbangun karena tingginya permintaan masyarakat akan lahan yang memusatkan aktivitasnya di sekitar pasar, selain itu meningkatnya harga jual tanah telah menjadi faktor yang menyebabkan para petani/transmigran yang mempunyai

4 lahan pertanian untuk menjual tanahnya untuk dapat di pergunakan untuk kegiatan lain yang lebih baik dan menguntungkan. Proses perubahan penggunaan lahan yang terjadi di sekitar pasar Sentral Timika sebagai salah satu bentuk perubahan fisik, awalnya merupakan penggunaan lahan tidak terbangun yaitu hutan, lahan pertanian dan lahan kosong, kemudian terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi kawasan terbangun yakni menjadi kawasan perekonomian dan pemukiman. Hal ini dapat dilihat banyaknya kawasan terbangun yang bertambah sejak dipindahkannya pasar Sentral. Kawasan terbangun ini dari fungsi bangunan terdiri dari pertokoan, warung, sarana pendidikan, sarana kesehatan, rumah ibadah dan pemukiman. Kawasan terbangun ini dapat dengan mudah di identifikasi karena lokasi pasar Sentral berada pada kawasan yang dulunya minim kawasan terbangunnya. Adanya pasar ini telah meningkatkan perubahan terhadap fisik yang dapat dilihat dari perubahan kawasan terbangun, jalan dan infrstruktur lainnya yang ada di sekitar pasar, maka untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan pasar terhadap area sekitarnya Analisis penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Relokasi Pasar Sentral Kota Timika Terhadap Perubahan Fisik Kawasan Sekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Relokasi lokasi pasar Sentral Timika ke lokasi baru telah mempengaruhi perubahan fisik di sekitar pasar Sentral, di mana relokasi pasar ke lokasi yang baru tidak didukung oleh peraturan rencana tata ruang wilayah dan peraturan rencana detail tata ruang/peraturan zonasi. Sebagai akibatnya penataan ruang di sekitar pasar Sentral tidak dapat dilakukan dengan baik. Perpindahan pasar ini telah

5 meningkatnya kegiatan ekonomi hal ini menyebabkan meningkatnya lahan terbangun di sekitar pasar. Meningkatnya kawasan terbangun sebagai pengaruh dari adanya pasar Sentral ini akan berdampak negatif bila tidak dapat terkontrol, di mana tata ruang di sekitar pasar menjadi tidak baik yang suatu saat akan mendatangkan kerugian yang lebih besar bagi masyarakat sekitarnya. Peran pemerintah sebagai regulator pembangunan di kota Timika diharapkan dapat menata pemanfaatan guna lahan dengan baik agar terjadi tata kota yang lebih baik yang mengacu pada sustainable city. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang mendasari penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pengaruh pasar Sentral terhadap perubahan kawasan sekitarnya setelah pasar berpindah. 2. Seperti apa pola perkembangan kawasan yang terjadi di sekitar kawasan sekitar pasar Sentral Timika. 3. Faktor-faktor apa yang mendorong pola perubahan kawasan sekitar pasar Sentral. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukan sebelumnya, maka tujuan dari tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengidentifikasi tingkat dan pola perubahan fisik sekitar pasar Sentral Timika sebagai akibat adanya relokasi pasar.

6 1.4 Lingkup dan Batasan Penelitian ini hanya meneliti pengaruh pasar Sentral setelah dipindahkan ke lokasi yang baru, yang mana yang menjadi pokus penelitian adalah daerah sekitar pasar baru sesudah pindahnya pasar Sentral dan tidak memperbandingkannya dengan lokasi pasar yang lama. Ruang lingkup wilayah penelitian ini tidak dibatasi oleh batasan administrasi, hal ini karena pasar Sentral berlokasi di tiga kelurahan yang sangat luas yakni kelurahan pasar Sentral, Kamoro Jaya dan Kelurahan Inauga dan mengingat belum adanya batas-batas Rukun Tetangga (RT) jelas di Kota Timika maka peneliti membatasi penelitian di sepanjang jalan Hasanuddin, di mana lokasi jalan ini berada pada tiga kelurahan. Jalan Hasanuddin ini menjadi patokan cakupan lokasi penelitian yakni bahwa luas penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah satu kilometer kearah utara jalan Hasanuddin dan satu kilometer kearah selatan. Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi ini, karena setelah dilakukan observasi dan wawancara kepada aparat pemerintah dan warga setempat, cakupan wilayah ini juga dirasakan peneliti merupakan daerah yang paling cocok karena merasa bahwa masyarakat di sekitar daerah inilah yang paling terpengaruh terhadap relokasi pasar Sentral, selain itu pembatasan lokasi penelitian ini juga dikarenakan terbatasnya dana dan waktu dari peneliti. Batasan materi dalam penelitian ini adalah kondisi fisik di sekitar pasar Sentral Timika sebelum dan setelah pemindahan lokasi pasar, serta pengaruh relokasi terhadap guna lahan, guna bangunan, sistem pergerakan, penyediaan sarana dan prasarana pendukung di wilayah sekitar pasar.

7 Gambar 1.1 Peta Penelitian Sumber : Bapedda Kab. Mimika (diolah)

8 1.5 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan untuk mengambarkan perkembangan perubahan kawasan sekitar pasar Sentral sebagai akibat relokasi pasar. 2. Memberi masukan kepada pemerintah daerah Kabupaten Mimika untuk perencanaan kegiatan pembangunan yang lebih komprehensif dimasa yang akan datang. 1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan terkait pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pada penelitian ini yang membedakan adalah lokus penelitian.

9 No Peneliti Tahun Judul Penelitian Fokus Lokus Pendekatan 1 Hasbi 2000 Kajian Pertumbuhan Permukiman Sekitar Pasar Baru di Kota Barabai Kalsel 1. Faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman di sekitar pasar baru di Kota Barabai Sekitar Pasar baru Kota Barabai Kualitatif Deskriptif 2. Adakah keterkaitan motivasi penduduk membangun rumah dengan perkembangan pemanfaatan ruang di sekitar pasar baru Kota Barabai 2 Samgautama Karnajaya 2002 Pengaruh Pemindahan Lokasi Pasar Terhadap Morfologi Kota Studi Kasus : Kota Cepu Kabupaten Blora 1. Mengkaji pengaruh perubahan lokasi pasar terhadap morfologi Kota Cepu 2. Mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan tersebut Pasar Cepu Kualitatif fenomenologis 3 Elsavivia Rusdi 2010 Relokasi Pasar Niten dan Pasar Piyungan di Kabupaten Bantul 1. Seperti apa perbedaan dan persamaan keberhasilan relokasi dan pembangunan dengan konsep baru Pasar Niten dan Pasar Piyungan Pasar Niten dan Pasar Piyungan Deduktif kualitatif 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan dan persamaan keberhasilan relokasi dan pembangunan konsep baru pasar Niten dan Pasar Piyungan

10 4 Amar Sopi 2011 Dampak Relokasi Pasar terhadap Keruangan di sekitarnya Kasus: Pasar muntok Kabupaten Bangka Barat 1. Mengidentifikasi dampak-dampak yang muncul akibat relokasi pasar baru Muntok terhadap keruangan di sekitarnya 2. faktor-faktor ikutan apa saja yang mempengaruhi terjadinya dampak terhadap keruangan di sekitar pasar baru Muntok Pasar baru Muntok Deduktif kualitatif 1.7 Kerangka Pemikiran Alur Pemikiran ini didasarkan pada masalah relokasi lokasi pasar Sentral yang terletak di pusat kota Timika dipindahkan di pinggiran kota yang kawasan terbangunnya masih minim. Kajian awal adalah mengidentifikasi keadaan fisik di area sekitar pasar Sentral sebelum pasar dipindahkan. Pindahnya pasar Sentral ke lokasi yang baru menjadi faktor pemicu tumbuhnya kawasan terbangun di sekitarnya. Relokasi lokasi pasar ini dapat digunakan menjadi rekomendasi untuk merencakan perubahan pembentuk fisik kota sehingga perkembangan fisik kota dapat diarahkan dan direncanakan sesuai dengan penyediaan sarana dan prasarana kota. Selengkapnya kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

11 Perkembangan kota Timika Perkembangan jasa/ perdagangan dipusat kota Kebutuhan ruang meningkat Terjadi Kemacetan Terjadi Ketidakteraturan Terjadi Kekumuhan Relokasi pasar Perubahan kawasan sekitar Fisik Non Fisik Guna Lahan Guna Bangunan Fisik Bangunan Sistem Pergerakan Jalan Lingkungan Harga Lahan Tingkat Kenyamanan Pendapatan Gambar 1.2 Kebijakan penggunaan lahan Kerangka Pemikiran Sumber : Analisis penulis, 2015