BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

BAB I PENDAHULUAN. universitas dimana mahasiswa sebagai komponen didalamnya sebagai peserta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. perubahan paradigma dalam dunia pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

Riry A dkk Analisis Self Directed Learning Readiness Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Tutorial merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tingkat Self Directed Learning Readiness (SDLR) pada Mahasiswa Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.3 September 2014

Keywords: PBL, constructive, self-directed, collaborative, contextual learning, FM UGM

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB 1 PENDAHULUAN. quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: RAYMOND BERNARDUS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SRI MUHARNI

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Mengatasi masalah tersebut, pakar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGALAMAN MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DALAM METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam pengembangan kemampuan berfikir kreatif, kritis, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses pengembangan kreativitas. berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

Rimonta F. Gunanegara*, Mardiastuti H. Wahid**, Indah S. Widyahening**

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional SK No. 045/U/202. tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan warga asing masuk ke perguruan tinggi Indonesia adalah untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF DIRECTED LEARNING READINESS

HASIL PENELITIAN KELOMPOK TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resti Fauziah, 2013

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR MANDIRI DENGAN PERFORMA MAHASISWA FK UNILA ANGKATAN 2015 DALAM MENGIKUTI TUTORIAL BLOK SPESIAL SENSE.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered learning/scl) membawa dampak terhadap metode, aktivitas dan hasil belajar di fakultas kedokteran (FK). Metode pembelajaran berpusat pada mahasiswa (SCL) kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika dihadapinya. Melalui penerapan SCL mahasiswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri (Boud et al., 1997). Merupakan tantangan bagi guru sebagai pendamping pembelajaran mahasiswa, untuk dapat menerapkan pembelajaran berpusat pada mahasiswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk menunjang kompetensi guru dalam proses pembelajaran berpusat pada mahasiswa, diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Peran guru dalam pembelajar berpusat pada mahasiswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher) menjadi fasilitator. Pengajar menjadi mitra pembelajaran bagi peserta didik berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi mahasiswa (Donnelly et al., 2005). Salah satu metode belajar bersifat SCL adalah problem-based learning (PBL). PBL adalah sebuah strategi pembelajaran baru menitikberatkan pembelajaran pada mahasiswa. Sejak diperkenalkan oleh 1

2 Barrows pada 1969 di Fakultas Kedokteran McMaster, Canada, PBL telah diadopsi oleh banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia. Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL, seperti mendorong pembelajaran mahasiswa lebih aktif dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan dasar, persiapan kemampuan lifelong learning, paparan klinis lebih banyak, peningkatan hubungan antara mahasiswa dan staf pengajar dan peningkatan motivasi mahasiswa (Dolmans et al.,2005; Wood, 2003). Menurut Dolmans et al. (2005) PBL dibangun atas empat prinsip mendasarinya yaitu pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual. Pelaksanaan keempat prinsip pembelajaran tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor mempengaruhi masing-masing prinsip pembelajaran secara otomatis akan mempengaruhi pelaksanaan PBL. Sebagai contoh, Kaufman (2007) menyebutkan bahwa sebagian besar kontrol proses belajar berada pada mahasiswa sendiri, sehingga faktor mahasiswa menjadi sangat berpengaruh pada proses belajar dalam PBL. Caplow et al. (1997) juga menjelaskan bahwa peran tutor sebagai fasilitator dan penggunaan waktu pribadi dalam belajar merupakan hal sangat penting dalam pelaksanaan PBL. Dolmans et al. (2005) menyarankan dilakukannya menjembatani antara teori dan praktek untuk dapat mengembangkan dan memperbaiki pelaksanaan PBL. Meskipun telah banyak dilakukan membahas keefektifan dari PBL sendiri, Dolmans et al. (2005) merekomendasikan PBL selanjutnya harus dapat lebih banyak berkonstribusi untuk memberikan pemahaman lebih baik mengenai keempat teori dasar pembelajaran dalam PBL tersebut. Untuk itu, perlu adanya memperdalam teori dasar pembelajaran tersebut, salah satunya mengenai faktor-faktor mempengaruhi kesiapan untuk melakukan belajar mandiri (self directed learning readiness) pada mahasiswa dalam PBL.

3 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK Unhas) telah menerapkan PBL sejak tahun 2002 dengan hibrid PBL. Mulai tahun 2004, FK Unhas menggunakan kurikulum PBL telah mengubah seluruh kurikulum konvensional menjadi sistem blok. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri atau dikenal dengan self directed learning (SDL). Belajar mandiri dilakukan mahasiswa dalam PBL misalnya mengidentfikasi berbagai masalah akan dipelajari, menentukan sumber belajar, menentukan aktivitas pembelajaran dan evaluasi hasil belajar telah dicapai secara mandiri oleh mahasiswa dengan atau tanpa bantuan tutor. Dari hasil diskusi dan wawancara tidak terstruktur dengan mahasiswa FK Unhas, ditemukan beberapa keluhan ketidaksiapan mahasiswa menghadapi lingkungan belajar bersifat SCL, terutama mahasiswa tahun pertama, di antaranya kurangnya inisiatif dan keinginan untuk belajar mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Knowles (1980) menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama tidak memiliki kesiapan untuk belajar mandiri mengalami kecemasan, frustasi dan kegagalan meraih prestasi diharapkan. Masalah lain adalah kurangnya pemahaman mahasiswa tentang pembelajaran mandiri serta interpretasi keliru mengenai belajar mandiri (self directed learning) sebagai contoh mahasiswa cenderung banyak menggunakan waktu belajar mandiri untuk hal tidak berguna (kemampuan manajemen diri tidak baik), serta tidak mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri. Tutor dan Penasehat Akademik juga mengeluhkan mahasiswa malas dalam setiap kegiatan tutorial dan kegiatan pembelajaran lainnya. Berdasarkan fakta tersebut dan studi literatur telah peneliti lakukan tentang self directed learning, khususnya dalam lingkungan belajar bersifat SCL, peneliti berasumsi bahwa dalam lingkungan belajar menuntut keaktifan dan kemandirian mahasiswa diperlukan pemahaman mengenai SDLR dan faktor mempengaruhinya. SDLR

4 merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk belajar mandiri, terdiri dari komponen sikap, kemampuan dan karakteristik personal (Wiley, 1983, disitasi oleh Fisher, 2001). Yoshioka et al. (2005) mengemukakan bahwa mahasiswa tahun pertama mengalami banyak masalah dalam proses adaptasi belajar dalam lingkungan belajar PBL, terutama untuk mahasiswa berasal dari sekolah menengah atas biasanya tidak menerapkan belajar mandiri. Akan tetapi berdasarkan fakta di Fakultas Kedokteran Unhas tetap ditemukan keluhan pada mahasiswa tahun ketiga mengenai kesiapan untuk belajar mandiri dapat berefek pada penurunan prestasi belajar, sehingga perlu dilihat ada tidaknya faktor mempengaruhi SDLR pada mahasiswa dan melihat perbedaan faktor kuat pada mahasiswa berbeda angkatan. Diketahuinya faktor-faktor mempengaruhi pembelajaran dalam PBL dapat menjadi suatu pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa dan meningkatkan kualitas PBL dalam suatu institusi pendidikan umumnya, dan khususnya di FK Unhas. I.2. Perumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam ini adalah: Bagaimana SDLR pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga di FK Unhas serta faktor-faktor apa mempengaruhinya? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari ini adalah untuk : 1. Mengukur SDLR pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga di FK Unhas.

5 2. Mengidentifikasi faktor-faktor mempengaruhi SDLR pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga di FK Unhas. I.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, ini menambah pengetahuan di bidang ilmu pendidikan kedokteran mengenai faktor berpengaruh pada SDLR mahasiswa pada tingkat berbeda. 2. Secara praktis, ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Mahasiswa, dapat menjadi alat ukur untuk menilai SDLR-nya, dengan mengetahui konsep SDL dengan baik dan mengembangkan kemampuan SDL dalam rangka pencapaian prestasi belajar memuaskan b. Institusi, dari hasil akan diperoleh informasi mengenai gambaran SDLR dan perannya dalam PBL, serta informasi mengenai perbedaan faktor berpengaruh pada SDLR mahasiswa tiap angkatan. Informasi ini berguna untuk menyusun rencana pengembangan SDL mahasiswa FK Unhas. I.5. Keaslian Penelitian Penelitian mengeksplorasi faktor-faktor mempengaruhi SDLR pada mahasiswa masih sangat sedikit. Penelitian tentang SDLR pada umumnya melihat hubungan antara SDLR dengan prestasi belajar, hubungan antara SDLR dengan kemampuan kerja, perbandingan SDLR pada beberapa tingkatan studi, dan tentang pengembangan skala SDLR pada beberapa profesi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor mempengaruhi SDLR pada mahasiswa kedokteran baik pada tahun pertama, kedua maupun ketiga dalam PBL. Beberapa tersebut dan perbedaannya dengan ini antara lain: Penelitian Litzinger et al. (2005) berjudul Self-directed learning readiness among engineering undergraduate students menggunakan

6 skala SDLR dikembangkan oleh Guglielmino, (1977). Penelitian tersebut merupakan studi cross-sectional pada semua mahasiswa Fakultas Teknik Pennsylvania State University. Hasi memperlihatkan bahwa skor SDLR mempunyai korelasi positif signifikan dengan prestasi belajar dan lamanya studi (variasi observasi < 5%). Stewart (2007) melakukan dengan judul Investigating the link between self directed learning readiness and project-based learning outcomes: the case of international masters students in an engineering management course. Subjek Stewart adalah mahasiswa teknik sipil pada Universitas Griffith. Menggunakan metode kuantitatif untuk melihat hubungan antara skor SDLR dengan kemampuan kerja mahasiswa teknik sipil pada project-based learning. Instrumen digunakan adalah skala SDLR dikembangkan oleh Fisher et al. (2001) untuk mengukur SDLR. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara skor SDLR dengan kemampuan kerja mahasiswa pada pembelajaran dengan pendekatan project-based learning. Zulharman et al. (2008) dengan judul peran Self-directed learning readiness pada prestasi belajar mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Metode digunakan adalah mixed method, mengkombinasikan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai fasilitator. Subjek adalah mahasiswa tahun pertama FK Unri, instrumen digunakan adalah adaptasi dari SDLRS dikembangkan oleh Fisher et al. (2001) untuk mengukur tingkat SDLR mahasiswa. Penelitian Zulharman et al. (2008) menggunakan skala SDLR sama dengan akan dilakukan. Hasil menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa memiliki kategori SDLR tinggi sebesar 60%, mahasiswa memiliki kategori SDLR sedang 40% dan mahasiswa memiliki kategori SDLR rendah 0%. Hasil analisis data menunjukkan

7 bahwa ada peranan SDLR pada prestasi belajar dan sumbangan SDLR terhadap peningkatan prestasi belajar adalah sebesar 7,6%. Rachmi et al. (2010) dengan judul faktor-faktor mempengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontesktual dalam problem based learning. Penelitian tersebut merupakan studi eksploratif menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek terdiri dari 65 mahasiswa dan enam orang tutor. Subjek terlebih dahulu diberi penjelasan kemudian diminta untuk menjawab pertanyaan tentang tiga faktor mempengaruhi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam PBL. Hasil memperlihatkan ada 263 butir mempengaruhi dan dikategorikan kedalam tujuh ranah antara lain: faktor mahasiswa (28,41%); dosen (22,35%); fasilitas (19,70%); proses pembelajaran (16,67%); materi pembelajaran (4,92%); jadwal pembelajaran (4,55%); lain-lain (3,40%). Pada akan dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu, pada tahap pertama merupakan studi kuantitatif dengan menggunakan adaptasi dari self-directed learning readiness scale (SDLRS) dikembangkan oleh Fisher, kemudian dilanjutkan dengan studi kualitatif berupa focus group discussion (FGD), subjek dipilih dari tiga angkatan secara purposive sampling. Megan & Huijser (2011) melakukan pada semua mahasiswa kedokteran dan dosen di universitas Malaysia. Metode digunakan adalah kuantitatif untuk melihat hubungan antara pendekatan belajar-mengajar mahasiswa dan guru terhadap SDLR mahasiswa. Instrumen digunakan untuk mengukur pendekatan belajar mahasiswa adalah two-factor Study Process Questionnaire (SPQ-2F) dikembangkan oleh Biggs et al. (2001), sedangkan instrumen untuk mengukur SDLR mahasiswa adalah skala SDLR dikembangkan oleh Fisher et al., (2001). Instrumen Untuk mengukur pendekatan mengajar dari dosen adalah Ohio State Teacher Efficacy Scale (OSTES) dari Moran

8 et al. (2001). Hasil memperlihatkan bahwa pendekatan mengajar dosen merupakan faktor kuat mempengaruhi SDLR pada mahasiswa. Tabel 1. Penelitian tentang SDLR sebelumnya Peneliti Judul Tempat Litzinger et al. (2005) Self-directed learning readiness among engineering undergraduate students Fakultas Teknik Pennsylvania State University Persamaan Perbedaan Penelitian 2. Metode 3. Skala SDLR digunakan Stewart (2007) Zulharman et al. (2008) Rachmi et al. (2010) Megan & Huijser (2011) Investigating the link between self directed learning readiness and project-based learning outcomes: the case of international masters students in an engineering management course Peran self-directed learning readiness pada prestasi belajar mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau Faktor-faktor mempengaruhi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan pembelajaran konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontesktual dalam problem based learning Exploring the combined relationships of student and teacher factors on learning approaches and selfdirected learning readiness at Malaysian university Fakultas teknik sipil di Universitas Griffith Fakultas Kedokteran Universitas Riau Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada School of Medicine at Malaysian University 1. Skala SDLR digunakan 1. Skala SDLR digunakan 2. Metode : mixed method 1. Tema : studi eksplorasi faktor-faktor mempengaruh i pembelajaran mandiri. 1. Skala SDLR digunakan 2. Metode Penelitian 2. Metode : Pendekatan utama. 2. Metode 2. Metode

9