KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

FAKTOR PENENTU PENERIMAAN PAJAK PERHOTELAN DI KOTA PAREPARE. A Decisive Factor Tax Revenue of HotelsiIn Parepare City

Dampak alokasi belanja langsung terhadap ketimpangan ekonomi wilayah (Studi kasus Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jambi, dan Provinsi Bengkulu)

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

DAMPAK BELANJA DAERAH TERHADAP KETIMPANGAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAMBI

ANALISIS DAMPAK BELANJA LANGSUNG TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAMBI. oleh:

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, PENANAMAN MODAL ASING, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan (atau pendapatan) dimasa yang akan datang. Umumnya

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Dinas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

Pengaruh pendidikan, upah dan kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jambi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, INFLASI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandung )

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK NASIONAL BRUTO TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus Pada SKPD Di Boyolali) MEVIANA SUSILOWATI B

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

ANALISIS KEMANDIRIAN DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN DALAM PELAKSANAAN SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH ( TINJAUAN KEUANGAN DAERAH )*

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA

Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan PDRB Pemerintah Kabupaten Merangin. oleh:

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

Analisis derajat desentralisasi dan kemandirian PAD serta hubungannya dengan produktivitas belanja daerah di Kota Jambi

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN TERHADAP KETIMPANGAN EKONOMI REGIONAL DI PROVINSI JAMBI

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN KULON PROGO

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Buru Provinsi Maluku)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

ANALISA KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KOTA DEPOK WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

Analisis penerimaan pajak daerah dan pengaruhnya terhadap pendapatan perkapita Kota Jambi

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

Transkripsi:

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK Penelitian ini mengambil judul kajian Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari instansi terkait. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dimana variabel dependennya adalah PDRB. Adapun variabel independennya adalah Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung pada APBD Propinsi Jambi. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan Belanja Tidak Langsung sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi sebesar 0,006 persen. Sementara setiap terjadi peningkatan Belanja Langsung sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi sebesar 0,004 persen. Besarnya koefisien determinasi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi dipengaruhi oleh variabel independen sebesar 98,1 persen sementara untuk sisanya sebesar 1,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Analisis menghasilkan variabel independen secara bersama-sama maupun individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jambi. Secara parsial baik Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung berpengaruh positif dan signifikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi Kata kunci: Belanja Daerah, Belanja Pertumbuhan Ekonomi Tidak Langsung, Belanja Langsung, PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah mengubah konsep dan kewenangan daerah yang terjadi selama ini yaitu dari sentralistik menjadi desentralistik. Undang-undang ini memiliki makna substansial dalam Halaman 54 dari 70

pemberian kewenangan yang semula ditujukan atas dasar porsi kebijakan pusat yang menonjol dalam pembagian kewenangan pusat-daerah selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian daerah dalam mengelola daerahnya termasuk kebijakan-kebijakan pembangunan di daerah. Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang dijalankan pemerintah daerah untuk menentukan arah dan tujuan pembangunan. Instrumen ini diharapkan berfungsi sebagai salah satu komponen pemicu tumbuhnya perekonomian suatu daerah. Peran pemerintah dapat dijalankan melalui pembelanjaan. Pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah pertama pembelian faktor-faktor produksi (input) dan pembelian produk ( output), kedua, pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi pemerintah (belanja barang modal). Data menunjukkan bahwa proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Pada APBD Provinsi Jambi periode tahun 1996 sampai 2009 berfluktuasi. Rata-rata proporsi belanja langsung pada APBD Provinsi Jambi sebesar 52,76% sedangkan proporsi Belanja Tidak Langsung sebesar 47,24%. Belanja tidak langsung umumnya sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai sedangkan belanja langsung umumnya digunakan sebagai belanja modal. Besaran proporsi belanja daerah diharapkan dapat menjadi stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi utamanya belanja langsung sebagaimana dikemukakan oleh Suparmoko (2000) bahwa pengeluaran pemerintah merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masamasa yang akan datang. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh Belanja Daerah Tidak Langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Periode 1996-2009? 2. Bagaimana Pengaruh Belanja Daerah Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Periode 1996-2009? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Belanja Daerah Tidak Langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Belanja Daerah Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi. Halaman 55 dari 70

KAJIAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yang mana pengguna anggaran tersebut adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaaan anggaran kementrian Negara/Lembaga/satuan perangkat kerja daerah. Pokok-pokok muatan peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dalam hal perencanaan dan penganggaran adalah bahwa pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran antara lain: (a) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedngkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja, (b)penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD atau APBD perubahan, (c) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening Kas Umum Daerah. Dalam APBD terdapat struktur yang diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi merupakan satu kesatuan terdiri dari: a. Pendapatan Daerah, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. b. Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. c. Pembiayaan Daerah, meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Halaman 56 dari 70

Peranan Pemerintah dalam Perekonomian Menurut Mangkusubroto (1995) dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan kedalam tiga golongan besar, yaitu : 1. Peranan alokasi, yaitu peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. 2. Peranan distribusi, yaitu peranan pemerintah dalam usahanya untuk mendistribusikan pendapatan secara adil dan merata. 3. Peranan stabilisasi, yaitu perananpemerintah dalam menciptakan stabilisasi ekonomi dan mencegah hal-hal yang mungkin dapat mengganggu stabilitas ekonomi serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Menurut Soekirno (2005) pengeluaran pemerintah akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di masa yang akan datang. Alasannya adalah pengeluaran pemerintah yang salah satunya dipengaruhi oleh pajak akan mampu menyediakan jasa-jasa seperti pembangunan atau penyediaan infrastruktur, administrasi pemerintah dan daerah. Suparmoko (2000) menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah merupakan a. Investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang. b. Selain itu pengeluaran pemerintah diharapkan langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat. c. Penghematan pengeluaran yang akan datang. d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga kerja yang lebih merata. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu ( time series) periode 1996-2009 ditunjang studi kepustakaan Analisis menggunakan regresi dengan model: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + e Dimana: Y = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB, Proxy Pertumbuhan Ekonomi) β 0 = Konstanta regresi β 1 = Koefisien regresi faktor X1 (Belanja Tidak Langsung) β 2 = Koefisien regresi faktor X2 (Belanja Langsung) X 1 = Belanja Tidak Langsung X 2 = Belanja Langsung Halaman 57 dari 70

e = Variabel pengganggu (error). Apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak, dilakukan uji dengan uji R 2, Uji F dan Uji T. 1. Uji Determinan (R 2 ) Uji R 2 Digunakan untuk mengetahui besarnya perubahan variabel dependen yang diterangkan oleh variabel independen, dengan rumus : 2 R 2. Uji F ei Y Y 2 Uji F digunakan untuk mengetahui secara simultan seberapa besar tingkat signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan formula: R 2 / k 1 Fh 1 R 2 / n k Dimana : Fh = Rasio F -hitung R 2 = Koefisien determinan k = Parameter n = Jumlah sampel Nilai F -hitung dibandingkan dengan nilai F -tabel pada derajat kebebasan (df) dengan tingkat keyakinan tertentu dengan keputusan sebagai berikut: F- hitung > F- tabel... Ho ditolak F- hitung < F- tabel... Ho diterima 3. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial seberapa besar pengaruh tingkat signifikansi variabel bebas ( independent) terhadap variabel terikat ( dependent). Nilai t -hitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: β t SE Dimana: β = Koefisien Regresi hasil estimasi SE = Simpangan baku atau Standar Error Nilai t -hitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai t -tabel dengan keputusan sebagai berikut: t- hitung > t- tabel maka Ho ditolak t- hitung < t- tabel maka Ho diterima Halaman 58 dari 70

HASIL PEMBAHASAN Melalui persamaan regresi menghasilkan persamaan sebagai berikut: Y = 8.688+ 0.006X 1 + 0.004X 2 + e Persamaan tersebut menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan Belanja Tidak Langsung sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0.006 persen. Sementara setiap terjadi peningkatan Belanja Langsung sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0.004 persen. Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis, dimana Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian juga diketahui besarnya koefisien determinan (R 2 ) adalah 0,981 atau sebesar 98,1 persen yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi atau mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 98,1 persen sementara untuk sisanya sebesar 1,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Hasil uji simultan menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Belanja tidak langsung dan Belanja langsung, berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent (pertumbuhan ekonomi), begitu pula berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. KESIMPULAN 1. Peningkatan Belanja Tidak Langsung sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,006 persen. Sementara peningkatan Belanja Langsung sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 0,004 persen. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jambi dipengaruhi oleh variabel independen sebesar 98,1 persen sementara sisanya sebesar 1,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. 2. Baik secara simultan maupun parsial variabel independen berpengaruh positif dan signifikan. Halaman 59 dari 70

DAFTAR PUSTAKA Anonim, Peraturan Pemerintahan RI No. 58 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Undang Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan Undang Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah RI No. 38 Tahun 2007 Tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, 2000-2010. Jambi Dalam Angka, BPS Provinsi Jambi Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN. Yogyakarta Devas, Nick, dkk. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Unversitas Indonesia Insukindro, Mardiasmo, Wahyu Widayat, Wihana Kirana Jaya, Purwanto, Abdul Halim, John Suprihanto, Budi Purnomo, 1994. Peranan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam usaha Peningkatan PAD, Laporan hasil penelitian KKD, FE-UGM, Yogyakarta. Mangkoesoebroto,Guritno,1998. Ekonomi Publik, BPFE, Edisi 3, Yogyakarta. Mudrajad, Kuncoro, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Erlangga, Jakarta Reksoprayitno, Soediyono, 1997. Ekonomi Makro: Pengantar Analisis Pendapatan Nasional, Edisi Kelima, Cetakan Ketiga, Liberty, Yogyakarta Suhadak, Nugroho Trilaksono, 2007. Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Penyusunan APBD di Era Reformasi, Bayumedia Publishing, Malang Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik : Untuk Keuangan Dan Pembangunan Daerah. Edisi Pertama Andi, Yogyakarta Supranto, J. 2009. Statistik Teori Dan Aplikasi. Edisi Ke-Tujuh. Erlangga. Jakarta Tambunan, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi 1. Edisi Kelima. Bumi Aksara. Jakarta Todaro, M.P, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Cetakan Keempat, Jakarta Halaman 60 dari 70