OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Edisi Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HUBUNGAN KONSUMSI PAKAN DENGAN POTENSI LIMBAH PADA SAPI BALI UNTUK PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR ABSTRAK PENDAHULUAN

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

RESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN

IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

USAHA YANG MENJANJIKAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

Pertumbuhan Sapi Bali Jantan yang Dipelihara di Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Kering

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Transkripsi:

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah dilaksanakan penelitian mengenai optimalisasi usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi milik PTPN IX Desa Banaran, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2011 melalui pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai pakan dan introduksi teknologi biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat optimalitas usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi yang memanfaatkan limbah kulit kopi sebagai pakan dan teknologi biogas. Data yang dikumpulkan meliputi konsumsi pakan, bobot badan sapi, produksi biogas dan input-output usaha. Data dianalisis secara deskriptif dan usahatani. Hasilnya didapatkan bahwa: a) Penggunaan kulit kopi sebagai pakan sapi memberikan hasil positif terhadap pertumbuhan bobot badan sapi; b) Teknologi biogas mampu menghasilkan energi pengganti listrik dan minyak tanah serta pupuk organik untuk tanaman kopi; c) Keuntungan usaha penggemukan sapi dengan memanfaatkan limbah kulit kopi dan teknologi biogas mencapai Rp. 824.845,00/ekor/bulan, lebih besar daripada usaha penggemukan sapi eksisting yaitu hanya Rp. 305.630,00/ekor/bulan; d) Usaha penggemukan sapi dengan memanfaatkan limbah kulit kopi dan teknologi biogas sangat layak dengan benefit cost ratio (B/C Ratio) sebesar 1,17 dan break event point (BEP) pada harga Rp. 9.738.309,63, sedangkan pada pola eksisting besar B/C Ratio hanya 1,05 dan BEP lebih tinggi yaitu Rp. 12.388.741,00. Penelitian ini membuktikan bahwa usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi lebih optimal dengan memanfaatkan pakan dari limbah kulit kopi dan memanfaatkan teknologi biogas. Kata kunci : optimalisasi, penggemukan sapi, perkebunan kopi Pendahuluan Pengembangan ternak sapi melalui Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) merupakan program prioritas sub sektor peternakan, yang pencapaiannya dilaksanakan dengan pengembangan usaha perbibitan dan penggemukan sapi. Selama ini yang banyak dilakukan secara intensif oleh peternak dan pengusaha adalah usaha penggemukan sapi, sedangkan usaha

perbibitan masih sedikit peternak yang menekuni dan baru sebatas menghasilkan bibit karena belum mengikuti kaidah-kaidah perbibitan secara benar. Keterbatasan pengembangan usaha penggemukan sapi baik yang disebabkan oleh kurangnya dukungan modal maupun teknologi mengakibatkan produktivitasnya belum optimal. Solusi yang diperkenalkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui perpaduan antara usaha pertanian dan peternakan dengan pendekatan berkelanjutan, biaya murah dan optimalisasi pemanfaatan limbah atau yang dikenal dengan istilah low external input sustainable agriculture (LEISA) melalui konsep Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT). Terutama pada usaha penggemukan sapi potong yang berada di kawasan perkebunan, yang seharusnya dapat melakukan efisiensi pakan. Sebab, pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Penyediaan pakan yang berkualitas tetapi murah akan menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh peternak. Efisiensi pakan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan limbah perkebunan untuk diolah sebagai pakan. Salah satu limbah tanaman perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi adalah kulit kopi. Pamungkas dan Utomo (2008) menjelaskan mengenai besarnya potensi limbah kulit kopi, yaitu bahwa dalam setiap pengolahan biji kopi, akan dihasilkan kulit kopi hingga 45 % sendiri, sisanya berupa biji kopi 40 %, lendir 10 %, dan kulit ari 5 %. Menurut informasi dari PTPN IX (2010) dalam Muryanto et al. (2011) jumlah produksi kopi yang dihasilkan mencapai 2.626 ton dan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sebesar 10 21,5 %. Di sisi yang lain, optimalisasi pemanfaatan limbah ternak dapat dicapai dengan memanfaatkan teknologi biogas. Junaedi (2002) dalam Putro (2007) menjelaskan bahwa biogas akan diproduksi oleh bakteri dari limbah organik yang terfermentasi dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobic). Gas yang dihasilkan berupa campuran CH 4 dan CO 2, apabila kandungan CH 4 lebih besar maka akan mudah terbakar. Dari proses pengolahan biogas tersebut selain akan dihasilkan gas bio yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti listrik dan

bahan bakar juga akan dihasilkan sludge yaitu sisa limbah ternak yang telah terfermentasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman. Melihat besarnya potensi yang ada, maka telah dilaksanakan penelitian mengenai tingkat optimalitas usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi milik PTPN IX Jawa Tengah. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang strategi mengoptimalkan usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi, baik yang dilakukan oleh peternak rakyat maupun pihak PTPN yang mengelola perkebunan kopi. Metodologi Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Januari hingga Desember 2011 di kawasan perkebunan kopi milik PTPN IX yang berlokasi di Desa Banaran, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan berkoordinasi dengan Direksi PTPN IX, perencanaan instalasi dan persiapan sarana prasarana, implementasi penelitian, serta pengamatan secara langsung dan analisis data. Data yang diambil mengenai konsumsi pakan, bobot badan sapi, produksi biogas dan input-output usaha. Tingkat produktifitas diketahui dengan menghitung korelasi antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan sapi. Kelayakan usaha dinilai dengan menghitung pendapatan berdasar analisis usahatani (Soekartawi et al., 1986), B/C Ratio dan besar harga BEP. Sedangkan deskripsi mengenai tingkat optimalitas usaha ditentukan berdasarkan produktifitas dan kelayakan usaha. Nilai B/C Ratio didapatkan dengan rumus berikut: Total Pendapatan B/C Ratio = Total Biaya Harga BEP dapat dihitung berdasarkan rumus berikut: Total Biaya BEP = Jumlah sapi yang dipelihara

Hasil dan Pembahasan Konsep SITT yang telah lama diperkenalkan dalam pembangunan pertanian di Indonesia pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi input dan optimalisasi output suatu usaha pertanian. Pada usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi, efisiensi input didukung dengan pemanfaatan limbah kulit kopi untuk pakan sapi, sedangkan optimalisasi output didukung dengan mengolah limbah ternak menjadi biogas dan pupuk organik. Kegiatan penggemukan sapi yang selama ini diusahakan oleh PTPN IX di kawasan perkebunan kopi dijalankan hanya dengan manajemen sederhana, limbah ternak ditumpuk saja tanpa sentuhan teknologi. Pakan hijauan berupa rumput segar tersedia saat musim penghujan atau diganti jerami padi di musim kemarau dan ditambah pakan penguat berupa ampas tahu. Dengan pakan tersebut rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi yang dipelihara hanya berkisar 0,45±0,19 kg/ekor/hari. Di sisi lain limbah kulit kopi yang berlimpah hasil perkebunan belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini limbah hanya ditumpuk dalam suatu kolam dan dibiarkan membusuk untuk selanjutnya digunakan sebagai pupuk tanaman kopi. Efisiensi input Guna mendukung tercapainya efisiensi input usaha penggemukan sapi, limbah kulit kopi yang berlimpah di perkebunan harus diupayakan untuk diolah agar dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Proses pengolahan diperlukan karena limbah kulit kopi mengandung senyawa tanin yang dalam jumlah banyak dapat mengganggu pencernaan. Muryanto et al. (2011) menjelaskan bahwa senyawa tanin dapat mengikat dan mengendapkan protein, sehingga untuk mengurangi kadar tanin, limbah kulit kopi perlu difermentasi sebelum diberikan kepada ternak. Penelitian lebih lanjut oleh Muryanto et al. (2011) membuktikan bahwa pemberian limbah kulit kopi sebagai pakan sapi dapat diberikan hingga sejumlah 5 kg BK/ekor/hari, yang dicampur dalam ransum bersama-sama dengan bahan

lain seperti ampas tahu, bungkil kelapa, dan dedak. Pemberian campuran limbah kulit kopi terbukti tidak menimbulkan efek negatif, justru PBBH yang dicapai lebih tinggi daripada pola eksisting, yaitu mencapai 1,14 kg/ekor/hari. Optimalisasi output Telah banyak penelitian mengenai pengolahan limbah ternak agar lebih bermanfaat, baik diolah sebagai pupuk organik, penghasil biogas, hingga sebagai bahan dasar membuat gerabah. Terkait dengan konsep SITT yaitu agar limbah ternak dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman perkebunan, maka limbah ternak sapi difokuskan untuk diolah sebagai penghasil biogas, kemudian sludge (limbah ternak yang telah terfermentasi dan keluar dari tabung digester) dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik yang diberikan pada pertanaman kopi. Dengan pola tersebut, keuntungan yang didapatkan adalah 1) penghematan energi setara minyak tanah sebanyak 2 liter/hari, dan 2) peningkatan pendapatan dari penjualan pupuk organik. Analisis finansial usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi Analisis finansial berikut disusun dengan menghitung biaya dan pendapatan yang diperoleh dari penggemukan 3 ekor sapi selama 2 bulan untuk masing-masing jenis campuran pakan. Biaya dihitung berdasarkan harga pada saat dilaksanakan penelitian. Beberapa parameter yang dicari dalam analisis ini adalah besar keuntungan, nilai B/C Ratio, dan besar harga BEP. Keuntungan didapatkan dengan menghitung selisih antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan. Nilai B/C Ratio menunjukkan tingkat kelayakan usaha. Suatu usaha disebut layak apabila nilai B/C Ratio lebih dari 1, dan tidak layak apabila nilainya kurang dari 1. Sedangkan BEP menunjukkan harga dititik impas. Apabila sapi dijual dengan harga lebih tinggi dari harga BEP maka akan dipastikan usaha penggemukan sapi tersebut untung, tetapi apabila sapi dijual dengan harga lebih rendah dari harga BEP maka usaha penggemukan sapi dipastikan mengalami kerugian.

Tabel 1. Analisis finansial usaha penggemukan sapi Biaya Produksi Satuan Harga Satuan Pakan 1 Pakan 2 Pola PTPN Biaya Tetap Sewa lahan 3 18.519 55.556 55.556 55.556 Penyusutan dan perawatan kandang 3 13.889 41.667 41.667 41.667 Penyusutan dan perawatan digester 1 79.167 79.167 79.167 0 Jumlah biaya tetap 176.389 176.389 97.222 Biaya tidak tetap Sapi 3 ekor P1 1.150 22.000 25.300.000 P2 1.388 22.000 30.536.000 K 1.522 22.000 33.484.000 Pakan hijauan 7.200 250 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Kulit ketela 270 500 135.000 135.000 135.000 Konsentrat P1 630 958 603.540 P2 840 1.152 967.680 K 900 500 450.000 Tenaga kerja 30 40.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 Jumlah biaya tidak tetap 29.038.540 34.638.680 37.069.000 Pendapatan Penjualan sapi P1 1.356 24.000 32.544.000 P2 1.532 24.000 36.768.000 K 1.610 24.000 38.640.000 Pupuk kandang 3.600 100 360.000 360.000 360.000 Biogas setara minyak tanah 120 10.500 1.260.000 1.260.000 0 Jumlah pendapatan 34.164.000 38.388.000 39.000.000 Keuntungan/3 ekor/2 bl 4.949.071 3.572.931 1.833.778 Keuntungan/ ekor/ bl 824.845 595.489 305.630 B/C Ratio 1,17 1,10 1,05 BEP 9738309,63 11605023 12388741 Keterangan: P1/Pakan 1 = jumlah limbah kulit kopi dalam ransum 5 kg BK/ekor/hari P2/Pakan 2 = jumlah limbah kulit kopi dalam ransum 3 kg BK/ekor/hari K/Pakan Pola PTPN = pola eksisting, tanpa penambahan limbah kulit kopi Dari hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa dengan pola penggemukan selama 2 bulan, akan lebih menguntungkan apabila menggunakan pakan 1 sebab keuntungan yang didapatkan paling tinggi yaitu mencapai Rp.824.845,-/ekor/bulan. Selain itu, nilai B/C Ratio dengan pakan 1 paling tinggi yaitu sebesar 1,17. Hal ini menandakan bahwa usaha penggemukan sapi tersebut sangat layak mengingat nilai B/C Ratio lebih dari 1, sehingga setiap terjadi peningkatan biaya Rp.100,- maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.117,-.

Kenyataan tersebut didukung dengan besarnya harga BEP usaha penggemukan sapi dengan pakan 1 paling rendah yaitu pada harga Rp.9.738.309,63. Sehingga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan sapi lebih besar daripada usaha penggemukan sapi yang menggunakan pakan 2 atau pola eksisting. Kesimpulan Optimalisasi usaha penggemukan sapi di kawasan perkebunan kopi dapat dicapai dengan pemanfaatan pakan yang murah yaitu dari limbah kulit kopi, serta introduksi teknologi pengolahan limbah ternak untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik. Keuntungan yang didapatkan dari pola usaha penggemukan sapi tersebut mencapai Rp. 824.845,00 dengan B/C Ratio sebesar 1,17 dan BEP dicapai pada harga Rp. 9.738.309,63, sehingga lebih layak daripada pola eksisting. Daftar Pustaka Muryanto, S. Prawirodigdo, D. Pramono, A.C. Kusumasari, P. Sudrajad, dan Sugiyono. 2011. Pengkajian model integrasi ternak sapi di kawasan perkebunan kopi di Jawa Tengah. Laporan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Ungaran. Pamungkas, D. dan R. Utomo. 2008. Kecernaan bahan kering in sacco tumpi jagung dan kulit kopi substrat tunggal dan kombinasi sebagai pakan basal sapi potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor. Putro, Sartono. 2007. Penerapan instalasi sederhana pengolahan kotoran sapi menjadi energi biogas di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Warta Vol 10 No 2, September 2007. Pp 178 188. Soekartawi, A. Soehardjo, J. L. Dillon dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. Penerbit Universitas Indonesia.