BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 telah direncanakan program jangka panjang pembangunan Trans Sumatera Railways yang membentang dari Provinsi Lampung sampai dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sesuai dengan Gambar 1.1. Jalur kereta api Pekanbaru Muaro adalah salah satu bagian dari program Trans Sumatera Railways. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011) Jalur kereta api Pekanbaru Muaro nantinya akan menghubungkan Kota Pekanbaru yang merupakan ibukota Provinsi Riau dengan Kota Muaro di Provinsi Sumatera Barat. Pembangunan jalur Pekanbaru Muaro ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya aktivitas ekonomi pada Kota Pekanbaru dan Muaro serta belum 1
dilayaninya jalur tersebut oleh transportasi darat berbasis kereta api. Peningkatan aktivitas ekonomi yang dimaksud adalah adanya potensi peningkatan aktivitas penambangan terutama batubara atau bahan tambang lainnya dan aktivitas perkebunan terutama sawit. Diperkirakan permintaan bahan bakar batu bara akan mengalami peningkatan beberapa tahun mendatang untuk kebutuhan domestik dan ekspor. Jalur kereta api Pekanbaru Muaro juga direncanakan untuk mengangkut hasil hasil produksi pertanian dan perkebunan dari daerah daerah di sekitar jalur kereta api ini. Gambar 1.2 memperlihatkan tingkat pertumbuhan ekonomi di pulau sumatera serta pulau pulau utama lainnya di indonesia. Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Pulau Utama Indonesia (sumber: RPJMN 2015) Sejarah mencatat, jalur kereta api Pekanbaru Muaro telah beberapa kali melewati proses perancangan desain, diawali oleh Belanda melalui perusahaan Staatssp\oorwegen (SS) yang pertama kali mengajukan ide pembangunan jalur ini, namun kemudian membatalkannya, akibat terkendala sulitnya medan yang akan dibangun. Selanjutnya, Jepang melanjutkan rencana pembangunan jalur kereta api Pekanbaru Muaro hingga mencapai tahap akhir pembangunan pada periode tahun 1945, namun akhirnya, jalur ini tidak lama dioperasikan dikarenakan Jepang telah menyerah terhadap tentara Sekutu, dan jalur ini pun ditinggalkan begitu saja. 2
Setelah 7 (tujuh) dekade berlalu, pembangunan jalur kereta api Pekanbaru Muaro dicanangkan kembali sebagai bagian dari program Trans Sumatera Railways, yang tercantum pada Rencana Induk Perkeretaapian Nasioanal (RIPNAS). Pada kurun waktu 2011, Kementrian Perhubungan telah melakukan perancangan ulang desain jalur kereta api ini mulai dari Muaro - Sijunjung (KM 00+000) sampai dengan Pekanbaru (KM 200+000). Pada pedoman kriteria teknis jalur kereta api, disebutkan bahwa pembangunan jalur baru kereta api sedapat mungkin memenuhi Kelas Jalan I dengan kecepatan rencana 120 km/jam dan jari-jari min 800 m. Pada perancangan desain jalur KA 2011 terutama lintas KM 01+000 sampai dengan KM 10+000 masih ditemukan beberapa tikungan yang menggunakan nilai jari-jari lengkung kecil berkisar 350 m 400 m. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memberikan gambaran hasil redesain geometrik jalur kereta api Pekanbaru Muaro dan juga implikasinya terhadap aspek biaya konstruksi dan aspek lingkungan pada lintas KM 01+000 sampai dengan KM 10+000. 1.2 Rumusan Masalah Dari penjabaran latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut. 1. Apa bentuk redesain geometrik jalur kereta api yang dapat diusulkan untuk menyempurnakan hasil desain sebelumnya? 2. Apakah alternatif jalur kereta api yang dirancang ulang memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan rancangan jalur kereta api sebelumnya? 3. Seberapa besarkah pengaruh hasil redesain geometrik jalur kereta api terhadap aspek biaya konstruksi dan lingkungan yang ditimbulkan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan proses redesain geometrik jalur kereta api lintas Pekanbaru Muaro serta komparasi keunggulannya. 2. Menganalisis implikasi hasil redesain geometri jalur kereta api lintas Pekanbaru Muaro terhadap aspek biaya dan lingkungan. 3
1.4 Batasan Masalah Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa batasan masalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini menganalisis jalur pada KM 01+000 sampai dengan KM 10+000. 2. Dalam penelitian ini bagian yang diredesain pada bagian alinemen horizontal dengan melakukan perubahan pada jari jari lengkung tikungan dengan R 400 meter. 3. Implikasi pada biaya konstruksi jalur kereta api yang diperhitungkan diantaranya adalah biaya pekerjaan galian timbunan, biaya pengadaan dan pemasangan rel dan bantalan kereta api, biaya penanaman gebalan rumput di lereng timbunan, biaya pengadaan balas dan subbalas, serta biaya perawatan. 4. Implikasi pada aspek lingkungan mencakup prasarana umum dan permukiman yang kemungkinan mengalami pergeseran ataupun pemindahan lokasi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang pengembangan jalur kereta api di Pulau Sumatera khususnya di Provinsi Riau dan Sumatera Barat. 2. Memberikan kontribusi pengetahuan bidang perkeretaapian terutama pada proses redesain geometrik jalur kereta api beserta implikasi yang ditimbulkan terutama pada aspek biaya dan lingkungan. 3. Memberikan alternatif solusi penyempurnaan desain jalur kereta api kepada pihak terkait terutama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. 1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan desain geometrik jalur kereta api sudah pernah dilakukan sebelumnya. Jayanti (1998) melakukan penelitian mengenai kelayakan finansial pengoperasian kembali jalan rel kereta api jalur Yogyakarta Magelang, yang mencakup ulasan tentang perbandingan biaya pekerjaan proyek dan nilai manfaat yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Pebiandi (2011) melakukan perencanaan trase jalur kereta api di Kota Pinang Manggala pada Km 104+000 KM 147+200 pada Ruas Rantau Prapat Duri di Provinsi Riau. Penelitian ini melakukan pemilihan trase yang berdasarkan pada kecepatan rencana kereta api dan perancangan konstruksi jalan rel, dan juga penelitian ini merujuk pada Peraturan Dinas No 10 PJKA Tahun 1986. Selanjutnya Utomo (2012) menelaah perencanaan jalur kereta api alternatif 4
lintas Sidoarjo Tarik pada KM 14+000 16+000 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Selain melakukan perencanaan jalan kereta api dan tata cara perencanaan drainase, menggunakan PD Nomor 10 Tahun 1986, penelitian ini juga memperhitungkan stabilitas lereng dengan mengunakan program Plaxis dan GeoSlope. Adi dan Sukmajati (2013) melakukan penelitian terkait perencanaan jalur ganda (double track) pada jalan rel ruas Semarang Gubug, yang menitikberatkan pada pengembangan suatu jalur tunggal menjadi jalur ganda yang diakibatkan oleh meningkatnya pertumbuhan jumlah penumpang dan barang menggunakan moda kereta api. Sementara, perancangan geometrik jalan rel untuk rencana kereta api bandara baru di wilayah Yogyakarta dikaji oleh Hunaify (2015) dengan memberikan input mengenai efek faktor kebencanaan terhadap pembangunan jalur kereta api tersebut. Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, penelitian ini melakukan proses redesain atau merancang ulang geometrik jalur kereta api Pekanbaru Muaro pada KM 01+000 sampai dengan KM 10+000, terutama pada bagian lengkung jalur kereta api, dan kemudian memperlihatkan efek atau implikasi redesain geometrik jalur kereta api Pekanbaru Muaro terhadap aspek biaya konstruksi dan lingkungan yang ditimbulkan. 5