BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

Mengganggu transport elektron pada Mitokondria

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

BAB I PENDAHULUAN. Kultur jaringan hewan merupakan metode untuk memelihara sel hidup

III. METODE PENELITIAN A.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan integritas membran sel, sehingga kondisi sel tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan.

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

BAB IV METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

Transkripsi:

32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah kontrol (tanpa perlakuan) dan otak fetus hamster yang diberi vitamin E dengan 5 konsentrasi yang berbeda. 3.2 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel yang meliputi : 1) Variabel bebas, 2) variabel terikat, 3) variabel terkendali. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah vitamin E, yang dibuat dalam 5 konsentrasi, yaitu : 25 µm, 50 µm, 75 µm, 100 µm dan 125 µm. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah proliferasi sel otak yang meliputi koenfluen, viabilitas dan abnormalitas sedangkan variabel terkendali fetus hamster usia 2 hari. 3.3 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini berlangsung selama 9 bulan yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Oktober 2011. Penelitian dilakukan dilaboratorium Kultur Jaringan Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

33 3.4 Pengambilan Sampel Sel Otak Fetus Hamster Penelitian ini menggunakan hewan coba fetus hamster usia 2 hari yang diambil bagian otak secara keseluruhan. Suspensi didapatkan dari pencacahan otak fetus hamster kemudian dilakukan sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Banyaknya suspensi yang digunakan adalah 4800 µl yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 100 µl suspensi. 3.5 Alat dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : laminar air flow (LAF), inkubatorco 2 5 %, mikroskop inverted, oven, hemocitometer, autoklaf, timbangan analitik, well, tabung sentrifugasi. Peralatan gelas yang meliputi : botolulir (scot), pipet, beaker glass, petri disk, tissue disk. Rak tabung, corong, gelas ukur 25 ml, tabung tube 1 ml. Pinset, gunting, blue tip, yellow tip, mikropipet 100-1000 µl(biored), 20-200 µl (BIORED), aluminium foil, filter single use 0.20 µm (Sartorius mini start),,korekapi, masker, hand glove, penutup kepala (Nurese cap), karet, kertas label, tissue. Bahan-bahan yang digunakan adalah otak fetus hamster usia 2 hari, media Dulbeccos Modified Eagles Medium with high glucose (DMEM, Gibco, Burlington, ON 12800-017), Phosphat Buffer Saline (PBS, Gibco 21600-051), tripsin EDTA 0.25% (Gibco, 15050-065), Foetal Bovine Serum (FBS, Sigma 12003c), penicillin (Meiji Indonesia), streptomycin (Meiji Indonesia), fungizone

34 (Gibco, 15290-08), vitamin E (αlpha tocoferol) Nacalai (150233), 0.2% DMSO, DI steril, NaHCO 3, HCl 0.1 N, tripan blue 0,4% hepes, alkohol 70%, tipol. 3.6 Kegiatan Penelitian 3.6.1 Sterilisasi Alat Sterilisasi merupakan proses yang dilakukan agar alat-alat yang akan digunakan sebelum kultur terhindar dari kontaminasi. Sebelum penelitian dimulai dengan sterilisasi alat-alat yang akan digunakan dengan cara direndam alat-alat dengan tipol selama 1 x 24 jam, kemudian digosok dan dibilas sebanyak 21 kali pada air yang mengalir, pada bilasan terakhir dibilas dengan Aquades. Dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 o C, kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan disterilisasi. Sterilisasi terdiri dari sterilisasi kering dan basah. Sterilisasi kering dilakukan pada alat-alat yang berbahan kaca dan di oven dengan suhu 125 o C selama 3 jam. Sterilisasi basah dilakukan untuk alat berbahan plastik dan di autoklaf dengan suhu 121 o C, tekanan 1.5 atm selama 15 menit dan dikeringkan di oven dengan suhu 50 o C. Dimasukkan kedalam LAF kemudian di UV selama 2 jam sebelum digunakan. 3.6.2 Pembagian Kelompok Sampel Penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ulangan. Kelompok perlakuan dibagi sebagai berikut : a. Kontrol K, sel otak + DMEM+ 10% FBS b. Kelompok P 1, sel otak +DMEM+10% FBS + vitamin E 25µM

35 c. Kelompok P 2, sel otak +DMEM+10% FBS + vitamin E 50µM. d. Kelompok P 3, sel otak +DMEM+10% FBS + vitamin E 75µM e. Kelompok P 4, sel otak +DMEM+10% FBS + vitamin E 100 µm f. Kelompok P 5, sel otak +DMEM+10% FBS + vitamin E 125 µm. 3.6.3 Pembuatam Medium Kultur Pembuatan 100 ml stok media DMEM, komposisi adalah : medium DMEM powder 1.35 gr, NaHCO 3 0.37 gr, HEPES 0.238 gr, penicillin 0.06 gr, streptomycin 0.01 gr, fungizone atau amphotericin B 100 цl dan DI steril 100 ml. Semua bahan-bahan di atas dilarutkan hingga homogen, kemudian disaring dengan filtersingle use (membrane miliporus 0.20 µm). Media yang digunakan sebagai kultur jaringan saraf fetus hamster adalah campuran media stock dengan 10 % suplementasi FBS (Fetal Bovine Serum). 3.6.4 Pembuatan Larutan Vitamin E (alpha tokoferol) Vitamin E (alpha tokoferol) yang dipakai pada penelitian ini merupakan vitamin E (alpha tokoferol) yang siap pakai yang berasal dari FAAL UB. vitamin E (alpha tokoferol) ini dibuat dengan dilarutkan dalam DMSO 0,2 %, kemudian dihomogenkan. 3.6.5 Pembuatam Medium Tanam dan Media Pencuci Pembuatan medium tanam kultur sel otak fetus hamster menggunakan DMEM dan 10% FBS ditambah dengan Vitamin E dengan konsentrasi (25µM, 50µM, 75µM, 100µM, 125µM). Selanjutnya diwadahkan kedalam well sebanyak 1,5 ml, kemudian diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 37 C dan 5% CO 2.

36 Sedangkan untuk washing sel menggunakan PBS secukupnya dan medium non serum. 3.6.6 Isolasi dan Kultur Primer Sel Otak Fetus Hamster Fetus hamster yang digunakan adalah hamster yang berumur 2 hari, fetus hamster di dislokasi, dibedah dan diambil organ otak, kemudian di cuci dengan 2 ml PBS, 3 tetes fungizone, dan 1 tetes penicilin streptomycin dilakukan sebanyak 3 kali. Selanjutnya dicacah hingga hancur, dihomogenasi dengan spuit kemudian diinkubasi selama 25 menit. Setelah diinkubasi selama 25 menit, kemudian diambil pelet dan disaring dengan kain nilon dan di masukkan ke dalam tabung sentrifugasi, selanjutnya di sentrifugasi 3000 rpm selama 10 menit kemudian dibuang supernatan dan suspensi ditambah dengan 3 ml DMEM non serum, 3 tetes fungizone, dan 1 tetes penicilin streptomycin kemudian disentrifug kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Dibuang supernatant dan suspensi ditambah dengan 3 ml DMEM non serum, 3 tetes fungizone, dan 1 tetes penicilin streptomycin kemudian disentrifug kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Dibuang supernatan dan suspensi ditambahkan dengan 3 ml DMEM 20% FBS dan 3 tetes fungizone kemudian disentrifugasi kembali. Setelah itu supernatant dibuang dan suspensi disisakan 2 ml kemudian dipipeting. Suspensi diambil 100 µl kemudian di masukkan ke dalam well yang telah berisi masing-masing perlakuan. Diinkubasi dan diamati setiap 3 hari sekali. 3.6.7 Tingkat Konfluenitas

37 Tingkat konfluenitas dapat diketahui hasilnya dengan mengetahui lama waktu setelah kultur primer sampai menempel pada dasar well. Kriteria untuk pengamatan konfluenitas sel adalah 100% apabila sel tumbuh pada seluruh bagian pada wadah kultur, 50% apabila sel yang tumbuh memenuhi setengah wadah kultur, dan 25 % satu per empat wadah kultur. 3.6.8 Viabilitas Pengukuran viabilitas sel otak fetus hamster ini adalah untuk melihat tingkat perkembangan sel. Perhitungan viabilitas dilakukan dengan cara dibuang media, kemudian dicuci dengan 1 ml PBS dan 10 µl fungizone sebanyak 2 kali, kemudian diberi tripsin EDTA 0.25% sebanyak 1 ml. Kemudian dikocok pelan dan diinkubasi pada suhu 37 o C dengan 5% CO 2 selama 25 menit. Hasil tripsinasi kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan ditambahkan 1 ml PBS dan 10 µl fungizone kemudian disentrifugasi 13000 rpm selama 10 menit. Di buang supernatan kemudian pelet ditambahkan 1 ml PBS dan 10 µl fungizone kemudian disentrifugasi 13000 rpm selama 10 menit lagi. Di buang supernatan kemudian pelet dipipeting dan di ambil 100 µl kemudian ditambah dengan 100 µl pewarna tripan blue 0.4% dan diamati dibawah mikroskop untuk dihitung viabilitas selnya dengan menggunakan rumus : Sel / ml = jumlah sel dihitung / jumlah kotak dihitung x 10 4 x faktor pengenceran Jumlah sel = sel / ml x vol. suspensi asli % Viabilitas = (jumlah sel yang hidup / total sel dihitung) x 100

38 Tripan blue merupakan pewarana yang biasa digunakan untuk membedakan sel hidup dan sel mati. Sel yang hidup tidak terwarnai, berbentuk bulat dan relatif kecil dibandingkan dengan sel yang mati. Sel yang terwarnai biru karena terjadi kerusakan pada membran selnya (Djajanegara, 2009). 3.6.9 Pengamatan Abnormalitas Pengamatan abnormalitas kultur primer sel otak fetus hamster dilakukan berdasarkan morfologi sel tersebut. Pengamatan abnormalitas secara morfologi meliputi bentuk sel yang tidak beraturan misalnya membran sel yang berkerutkerut dan ukuran tiap sel yang berbeda. 3.7 Analisis Data Parameter yang diamati untuk menentukan pengaruh pemberian vitamin E terhadap proliferasi sel otak fetus hamster pada kultur primer adalah konfluen, viabilitas, dan abnormalitas. Data hasil pengamatan konfluenitas, viabilitas, dan abnormalitas sel otak fetus hamster kemudian diuji dengan ANAVA tunggal. Jika hasil uji ANAVA tunggal menunjukkan perbedaan signifikan maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT 5%. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel, untuk menentukan persentase konfluen, viabilitas dan abnormalitas sel otak fetus hamster. Tabel 1.3 Pengaruh pemberian vitamin E (alpha tokoferol) terhadap konfluenitas sel otak fetus hamster Perlakuan K P 1 (25 µm) Konfluenitas Sel Otak Fetus Hamster (%) Ulangan 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata

39 P 2 (50 µm) P 3 (75 µm) P 4 (100 µm) P 5 (125 µm) Tabel 4.2 Pengaruh pemberian vitamin E (alpha tokoferol) terhadap viabilitas kultur primer sel otak fetus hamster Perlakuan K P 1 (25 µm) P 2 (50 µm) P 3 (75 µm) P 4 (100 µm) P 5 (125 µm) Viabilitas Sel Otak Fetus Hamster Ulangan 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata Tabel 4.3 Pengaruh pemberian vitamin E (alpha tokoferol) terhadap abnormalitas sel otak fetus hamster Perlakuan K P 1 (25 µm) P 2 (50 µm) P 3 (75 µm) P 4 (100 µm) P 5 (125 µm) Abnormalitas Sel Otak Fetus Hamster Ulangan 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata