Journal of Health Education

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

Journal of Health Education

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

PENGARUH PENYULUHAN PENCEGAHAN HIV/AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA DI SMA MA ARIF KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)

Keywords: Level of knowledge, HIV-AIDS, Counseling

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN HIV DAN AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 CANGKRINGAN SLEMAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA GURU DI SMK PGRI CIKONENG KABUPATEN CIAMIS

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

Pengaruh Peer Group Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

SKRIPSI. Sripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Journal of Health Education

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

Disusun oleh: Anis Eka Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

The Implementation of STI, HIV/AIDS prevention using Role Play Module towards the Direct Knowledge and Attitude of Female Sex Workers

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA MUHAMMADIYAH 4 KARTASURA

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB III METODE PENELITIAN

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

PERBANDINGAN PENGETAHUAN REMAJA MENGENAI PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN MELALUI METODE FASIL DAN SIMULATION GAME

Unnes Journal of Public Health

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

PENDIDIKAN KESEHATAN MEDIA AUDIO VISUAL LEBIH EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Disusun Oleh : Henni Nunung Vitasari

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode eksperimen semu (quasy-experiment design) dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Policy Brief PENGARUH PENERAPAN METODE KIE-ABAT DAN PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI HIV-AIDS LUSIANA EL SINTA B

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PRAKTIK IBU HAMIL DALAM UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI POST PARTUM

Transkripsi:

JHE 1 (1) (2016) Journal of Health Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/ PERMAINAN SHART JOURNEY DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA DI LINGKUNGAN RESOSIALISASI Asni Afifah, Muhammad Azinar Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Maret 2016 Disetujui April 2016 Publikasi April 2016 Keywords: Game media, knowledge, HIV/AIDS, adolescent Abstrak Latar Belakang: Studi pendahuluan mengenai pengetahuan HIV/AIDS di RW 3 dan 4 Kalibanteng Kulon menyimpulkan bahwa hanya 5,4% (2 responden) berpengetahuan baik dan 94,6% (35 responden) berpengetahuan belum baik. Shart Journey (Stop HIV/AIDS Aku Remaja Tangguh) merupakan inovasi permainan monopoli yang mengandung informasi tentang HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Shart Journey terhadap peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan pretest-posttest with control group. Populasi adalah remaja (12-21 tahun) sejumlah 128 orang. Sampel diambil dengan purposif, dengan jumlah 24 sampel pada tiap kelompok. Kelompok eksperimen diberikan penyuluhan dengan media permainan SHART JOURNEY, sedangkan kontrol menggunakan media powerpoint. Analisis data menggunakan uji t berpasangan, Uji Wilcoxon, dan Uji Mann-Whitney. Hasil: Penelitian menunjukan ada perbedaan persentase pengetahuan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol (p=0,001). Simpulan: media SHART JOURNEY lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS. Abstract Background: Preliminary study about HIV/AIDS knowledge in Kalibanteng Kulon showed that 5,4% (2 respondents) were good and 94,6% (35 respondents) were poor. Shart Journey was a monopoli games innovation that included HIV/AIDS information. The purpose of this research was to know the effect of Shart Journey on the increasing of HIV/AIDS knowledge. Methods: This research used quasy experiment with pretest-posttest with control group. The population were 128 adolescents (12-21 years old). Sample was taken with purposive until 24 adolescents are distributed to each group. Experiment group was given information with Shart Journey, meanwhile control group was given with power point media. Data analyzed with paired t test, wilcoxon test, and mann-whitney test. Results: It indicated that there were significant difference of knowledge percentages between experiment group and control group (p value=0,001). Conclusion: Shart Journey was effective to increase HIV/AIDS knowledge. 2016 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: asniafifah_127@yahoo.com ISSN 2527-4252 50

PENDAHULUAN AIDS disebabkan oleh Humman Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyisakan permasalahan kesehatan yang serius dan menjadi penyebab kematian di seluruh dunia (Warodet, 2012). HIV telah berkembang menjadi salah satu masalah kesehatan dan sosial yang besar serta penting di seluruh Indonesia (Hardisman, 2009). Epidemi HIV/AIDS yang sudah global, berdampak sangat luas dalam kehidupan masyarakat, keluarga, dan individu, termasuk anak-anak. Dampak pada anak-anak khususnya anak remaja (12-18 tahun) menjadikan mereka rentan terhadap masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan psikososial. Dampak buruk tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup mereka dimasa pertumbuhannya (Muhaimin, 2010). Di Indonesia, trend kasus baru HIV/AIDS dari tahun 2009 hingga tahun 2014 cenderung meningkat. Tahun 2009 jumlah kasus baru HIV/AIDS sebanyak 9.793/6.073 dengan kasus kematian sebanyak 1.068 jiwa, mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi 21.591/7312 kasus baru dengan kematian sebanyak 1.296 jiwa, tahun 2013 meningkat menjadi 29.037/6.266 kasus baru dengan 726 kasus kematian, dan tercatat bulan Juni 2014 sudah terdapat 15.534/1.700 kasus baru dengan 175 kematian akibat HIV/AIDS (PP&PL, 2014). Di Jawa Tengah, kelompok umur 25-29 tahun merupakan kelompok tertinggi terjadinya kasus AIDS dan mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga Juni 2014 berturut-turut sebanyak 95 kasus, 131 kasus, 166 kasus, dan 72 kasus AIDS (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). HIV membutuhkan antara 5-10 tahun untuk masuk ke dalam fase AIDS, sehingga bisa diketahui bahwa kelompok umur 25-29 tahun yang positif menderita AIDS mereka terinfeksi HIV yaitu saat mereka berumur sekitar 15-19 tahun. Secara demografi, remaja (umur 10-14 tahun) merupakan kelompok kunci. Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, baiknya kualitas pelayanan seksual dan kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas karena remaja menjadi kelompok utama yang dirugikan akibat dampak buruk permasalahan kesehatan reproduksi (Muntaen, 2015). Remaja yang tinggal di lingkungan resosialisasi dihadapkan dengan potret kehidupan dan paparan seksual yang bebas seperti adanya seks bebas, melihat wanita pekerja seks berpakaian seksi, dan lingkungan yang dipenuhi tempat karaoke hampir di setiap penjuru (Mahlawi, 2012). Anak usia sekolah yang tinggal di daerah lokalisasi secara tidak langsung terpengaruh dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Hal ini tidak dapat dielakkan sebab orang tua anak tersebut tinggal di daerah lokalisasi karena harus mencari nafkah, membuka warung menjual berbagai kebutuhan dan keperluan para tamu dan wanita yang menghuni lokasi tersebut (Amaliyasari, 2008). Sikap remaja yang tinggal di lokalisasi lebih permisif terhadap hubungan seks pranikah. Tingkat penerimaan mereka terhadap hubungan intercouse berkisar antara 7,5%-37,3% pada berbagai level hubungan. Pada berbagai aktivitas premarital seks tingkat penerimaan responden meningkat pada hubungan yang lebih serius (Widyastuti, 2009). Keadaan ini sama dengan apa yang disuguhkan di kompleks Resosialisasi Argorejo. Jika hal ini tidak didasarkan pada perilaku preventif remaja yang tinggi terhadap bahaya penularan HIV/AIDS yang mengintai maka hal ini menjadi ancaman bagi remaja-remaja yang tinggal di kompleks Resosialisasi Argorejo. Salah satu strategi penting yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS lebih lanjut adalah promosi kesehatan. Beberapa kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui komunikasi, edukasi, dan promosi khususnya untuk kelompok risiko tinggi AIDS, termasuk remaja (Hardisman, 2009). Untuk itu, perlu diberikan promosi atau pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi yang lebih baik dengan metode yang lebih inovatif untuk memperkuat pengetahuan mereka mengenai bahaya-bahaya perilaku seksual berisko. Pengetahuan berpengaruh penting dalam 51

perilaku seseorang. Berdasarkan penelitian dan pengalaman menunjukkan perilaku seseorang yang berpengetahuan lebih baik daripada yang tidak berpengetahuan (Ministry of Health RI, 2014). Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja yang tinggal di kompleks Resosialisasi Argorejo mengenai karakteristik remaja dan HIV/AIDS dengan cara membagikan angket. Dari 37 remaja dengan usia antara 13-20 tahun menjadi responden (18 remaja perempuan dan 19 remaja laki-laki), hanya 5,4% (2 responden) berpengetahuan baik, 35,2% (13 responden) berpengetahuan cukup, 51,4% (19 responden) berpengetahuan kurang, serta 5,4% (2 responden) berpengetahuan tidak baik. Sebagian dari responden juga menganggap berpelukan dan berciuman saat berpacaran dan menonton film porno merupakan hal yang wajar dilakukan oleh remaja. Hasil needs assessment melalui pendekatan kualitatif menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD), beberapa informasi yang responden butuhkan yaitu mengenai tanda gejala, penyebab, penularan, dan penanganan terhadap penderita HIV/AIDS yang menurut responden belum responden kuasai. Dari 26 responden, sebanyak 61,5% (16 responden) menyatakan bahwa media permainan dengan kelompok teman sebaya lebih digemari karena lebih menarik dan menyenangkan bila berinteraksi dengan teman saat proses belajar, 26,9% (7 responden) menyatakan bahwa media powerpoint lebih digemari karena lebih jelas dan ringkas, dan sebanyak 11,5% (3 responden) menyatakan bahwa media film lebih menarik dari pada beberapa media lainnya seperti leaflet, poster, booklet, dan flip chart. Media permainan SHART JOURNEY merupakan hasil inovasi permainan monopoli yang berisikan materi mengenai HIV/AIDS. SHART" merupakan singkatan dari Stop HIV/AIDS, Aku Remaja Tangguh. Dengan slogan ini diharapkan remaja mampu memiliki kesadaran bahwa remaja harus tangguh untuk menghindari perilaku berisiko yang dapat menghancurkan masa depan remaja. Permainan SHART JOURNEY dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif media penyuluhan yang dapat dengan mudah diterima dan digemari remaja sehingga melalui media ini pengetahuan remaja yang tinggal di kompleks resosialisasi mengenai HIV/AIDS dapat meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media permainan SHART JOURNEY dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja yang tinggal di kompleks Resosialisasi Argorejo dan untuk mengetahui apakah penyuluhan dengan menggunakan media permainan SHART JOURNEY lebih efektif dibandingkan dengan penyuluhan menggunakan media powerpoint. METODE Variabel dalam penelitian yaitu penyuluhan menggunakan media permainan SHART JOURNEY (variabel bebas) dan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS (variabel terikat). Variabel perancu dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan, umur, lingkungan sosial, dan informasi yang semuanya akan dikendalikan. Variabel pendidikan dikendalikan dengan cara memilih responden yang memiliki tingkat pendidikan di bangku menengah pertama di kelas tujuh, delapan, dan sembilan, serta yang memiliki pendidikan di bangku menengah keatas di kelas sepuluh. Variabel umur dikendalikan dengan cara memilih responden yang memiliki rentang umur antara 13-16 tahun. Variabel lingkungan sosial akan dikendalikan dengan memilih responden yang tinggal di lingkungan yang sama, yaitu di kompleks Resosialisasi Argorejo (RW 03 dan 04) sehingga pengaruh lingkungan sosial terhadap pengetahuan responden dapat dianggap sama. Variabel informasi akan dikendalikan dengan cara memilih responden yang belum pernah menerima informasi mengenai HIV/AIDS selama satu tahun terakhir sehingga responden hanya mendapatkan informasi dari peneliti saja. Jenis rancangan penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan 52

mengelompokkan anggota sampel menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rancangan non randomized control group pre-test post test design. Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja yang berusia antara 12-21 tahun yang tinggal di RW 03 dan RW 04 yaitu sebanyak 128 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dan media permainan SHART JOURNEY. Angket yang sudah disusun diujicobakan pada sampel tercoba sebanyak 30 responden dan diuji validitasnya menggunakan uji statistik sehingga menghasilkan 29 soal yang valid dan reliabel. Media permainan SHART JOURNEY diujicobakan pada ahli media (judgement expert) dan sampel tercoba yaitu pada remaja yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut: (1) dalam keadaan sehat (jasmani dan rohani), (2) merupakan penduduk asli RW 03 atau RW 04 Kalurahan Kalibanteng Kulon baik laki-laki maupun perempuan, (3) duduk di bangku SMP atau sederajat dan SMA (hanya kelas X), (4) Umur 13-16 tahun, dan (5) belum pernah mengikuti penyuluhan mengenai HIV/AIDS selama setahun terakhir. Sedangkan kriteria eksklusi pengambilan sampel adalah sebagai berikut: (1) tidak bersedia menjadi responden dan (2) sudah tidak tinggal di RW 03 atau RW 04 Kelurahan Kalibanteng Kulon. Besar sampel yaitu 24 responden untuk setiap kelompok, sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 48 responden. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan diberikan penyuluhan tetang HIV/AIDS menggunakan media permainan SHART JOURNEY, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang akan diberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS menggunakan media powerpoint. Kedua kelompok akan diberikan pretest selama maksimal 30 menit untuk mengetahui pengetahuan responden sebelum mendapatkan intervensi apapun. Setelah diberikan intervensi yang berbeda, kedua kelompok diberikan posttest sebanyak 2 kali. Posttest 1 diberikan 2 minggu setelah pelaksanaan intervensi. Sedangkan posttest 2 diberikan 2 minggu setelah posttest 1. Data dianalisis dengan Uji t atau Wilcoxon dan Mann Whitney sebagai uji alternatifnya dengan tingkat kesalahan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Analisis Univariat Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan No. Variabel Kelompok Eksperimen Kontrol 1. Usia (tahun) a. 13 5 3 b. 14 5 10 c. 15 5 4 d. 16 9 7 Jumlah 24 24 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki 12 16 b. Perempuan 12 8 Jumlah 24 24 3. Tingkat Pendidikan a. SMP 15 17 b. SMA 9 7 Jumlah 24 24 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden pada kelompok eksperimen yang berusia 13 tahun sebanyak 5 orang (20,83%), usia 14 tahun sebanyak 5 orang (20,83%), usia 15 tahun sebanyak 5 orang (20,83%), dan usia 16 orang sebanyak 9 orang (37,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang berusia 13 tahun sebanyak 3 orang (12,5%), usia 14 tahun sebanyak 10 orang (41,67%), usia 15 tahun sebanyak 4 orang (16,66%), dan usia 16 tahun sebanyak 7 orang (29,17%). Berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (50%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (50%). 53

Sedangkan pada kelompok kontrol responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (66,67%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang (33,33%). Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen responden yang masih duduk di bangku SMP atau sederajat sebanyak 15 orang (62,5%) dan responden yang duduk di bangku SMA atau sederajat sebanyak 9 orang (37,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang duduk di bangku SMP atau sederajatnya yaitu sebanyak 17 orang (70,83%) dan responden yang duduk di bangku SMA tau sederajatnya yaitu sebanyak 7 orang (29,17%). Distribusi frekuensi persentase pretest pengetahuan tentang HIV/AIDS pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat digambarkan pada tabel di bawah ini: Pada kelompok eksperimen data terdistribusi normal, maka dilakukan uji t berpasangan yang menunjukkan ada perbedaan pengetahuan antara pretest dan posttest 1 (p=0,001), sedangkan pada kelompok kontrol data tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji alternatif yaitu uji wilcoxon yang menunjukkan ada perbedaan antara pretest dan posttest 1 (p=0,001). Pada kelompok eksperimen data terdistribusi normal, maka dilakukan uji t berpasangan yang menunjukkan ada perbedaan pengetahuan antara pretest dan posttest 2 (p=0,001), sedangkan pada kelompok kontrol data tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji alternatif yaitu uji wilcoxon yang menunjukkan ada perbedaan antara pretest dan posttest 2 (p=0,001). Pada kelompok eksperimen dan kontrol data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji alternatif yaitu uji mann-whitney yang menunjukkan ada perbedaan rata-rata persentase pengetahuan antara pretest dan posttest (posttest 1 dan posttest 2) pada kedua kelompok (p=0,01) yang berarti bahwa terdapat berbedaan rata-rata peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (32,48>16,52). Berdasarkan nilai p tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara penyuluhan dengan menggunakan media permainan SHART JOURNEY dengan penyuluhan menggunakan media power point. Oleh karena itu, media permainan SHART JOURNEY dapat dinyatakan lebih efektif dibandingkan dengan media power point dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja. Pemberian promosi kesehatan dengan menggunakan media permainan dapat memberikan perbedaan tindakan antara sebelum dan sesudah perlakuan (Khoirani, 2012). Begitu pula dengan penelitian tentang meningkatkan partisipasi siswa mengikuti layanan informasi melalui penggunaan media permainan lebih bermakna dibandingkan dengan metode lain (Barbara, 2013). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa metode simulation game lebih berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan mengenai KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dibandingkan dengan metode Focus Group Discussion (Rizki, 2012). Upaya pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko tertular memerlukan peningkatan pemahaman tentang pengetahuan, sikap dan upaya pencegahan secara terus menerus dan sebaliknya para siswa seyogyanya 54

selalu siap dan sadar untuk mempelajarinya. Hal ini sesuai dengan psikologi pembelajaran yang efektif dimana materi yang diberikan hanya akan memberikan efek positif terhadap perilaku apabila menarik, diberikan secara bertahap, terus menerus, dan penerima pengetahuan siap secara fisik dan mental (Elly Nurachmah, 2009). Oleh karena itu dengan adanya pendidikan kesehatan dengan media permainan yang menarik menjadi efektif untuk meningkatkan pengetahuan.menurut penelitian Rosdarni (2015) menunjukan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang kesehatan seksual, IMS dan HIV/AIDS berisiko sebesar 4,28 kali, sikap permisif terhadap seksualitas berisiko 5 kali, harga diri rendah berisiko sebesar 3,3 kali dan efikasi diri rendah sebesar 2,5 kali untuk melakukan perilaku seksual pranikah berisiko. Analisis kualitatif menunjukan variabel sikap sebagai faktor yang memberikan risiko terbesar di dalam berperilaku seksual pranikah yang berisiko pada remaja. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dengan media permainan SHART JOURNEY (inovasi pemainan monopoli) dan media power point dapat memberikan pengaruh pada peningkatan pengetahuan. Namun, penyuluhan dengan media permainan SHART JOURNEY (inovasi permainan monopoli) memiliki pengaruh yang lebih besar (lebih efektif) dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja yang tinggal di kompleks Resosialisasi Argorejo Semarang. DAFTAR PUSTAKA Amaliyasari, Y. A. N. P. (2008). Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja di Sekitar Lokalisasi dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Penelitian Dinas Sosial, 56-60 Barbara, F. Y, & Retno, T. H. (2013). Meningkatkan Partisipasi Siwa Mengikuti Layanan Informasi melalui Penggunaan Media Permainan. Hardisman (2009). HIV/AIDS di Indonesia: Fenomena Gunung Es dan Peranan Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 3 (5): 236-240. Khoirani, A. S. (2012). Pengaruh Permainan Sebagai Media Promosi Terhadap Perilaku Gizi Seimbang pada Siswa SMA Negeri 1 Bagan Sinembah Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Riau. Thesis. Riau: USU. Mahlawi, P. N. (2012). Permasalahan Remaja yang Tinggal di Area Resosialisasi Gambilangu Semarang. Tesis. FK Undip. hal. 36-41. Ministry of Health Republic of Indonesia. (2014). Indonesia Health Profile 2013. Jakarta: Ministry of Health RI. Muhaimin, T. (2010). Kualitas Hidup Anak Remaja pada Keluarga dengan HIV/AIDS di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 5 (3): 131-138. Muntaen, N. et al. (2015). Addressing the Sexual and Reproductive Health Needs People in Ethiopia: An Analysis of the Current Situation. African Journal of Reproductive Health, 19 (3): 87-99. PP&PL, D. (2014). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI Rizki, N. A. (2012). Metode Focus Group Discussion dan Simulation Game terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 23-29. Rosdarni & Dasuki, D., & Waluyo, S, D. (2015). Pengaruh Faktor Personal terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9 (3): 214-221. Warodet, S. (2012). Characteristics and Demographic Factors Affecting Mortality among HIV/AIDS Patients in the Southern Region of Thailand. Asia Journal of Public Health, 3 (3): 86-93. Widyastuti, E. S. (2009). Personal dan Sosial yang Mempengaruhi Sikap Remaja terhadap Hubungan Seks Pranikah. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 75-85. 55