Pengaruh Peer Group Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Transkripsi

1 Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: Suriani Pengaruh Peer Group Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja The Influence of Peer Group on Increasing the Adolescent Reproductive Health Knowledge Suriani 1, Hermansyah 2 1 Bagian Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Akademi Keperawatan POLTAKKES Banda Aceh yani_1133@yahoo.com Abstrak Pengetahuan remaja di Indonesia mengenai masalah kesehatan reproduksi memang masih minim. Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari prilaku seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat maupun dalam waktu yang lebih panjang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pengetahuan remaja pada kelompok peer group. Metode Penelitian menggunakan desain pre test and post test design. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Lhoksukon sebagai kelompok peer group. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampel, jumlah responden kelompok peer group sebanyak 82 responden dan Pengolahan data menggunakan sistem SPSS. Untuk menjawab hipotesis penelitian menggunakan rumus paired t-test didapatkan nilai p.value = Disimpulkan bahwa penyampaian pendidikan kesehatan oleh peer group berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja di SMP Negeri 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Kata kunci : peer group, pengetahuan, kesehatan, reproduksi, remaja Abstract Indonesian adolescents knowledge on reproductive health is very limited. Many of them do not have much knowledge and simply ignore the effects of their sexual behaviors towards their reproductive health, either for the short or long term effects. This study aimed to increase the adolescent knowledge on the peer group. The research method used was by implementing the pre-test and post-test design. The study was conducted in the public junior high schools SMP Negeri 2 Lhoksukon (as the peer group) and SMP Negeri 4 Cot Girek (as the non-peer group). The sampling technique was done by employing the total sample, which had 82 respondents for the peer group and 79 respondents for the nonpeer group. The data processing was done by SPSS. The paired t-test was used to answer the research hypothesis obtaining the p-value of Thus, it can be concluded that the delivery of health education by the peer group has significantly influenced the increase of the adolescent knowledge in SMP Negeri 2 Lhoksukon, North Aceh District. Keywords: peer group,knowledge, reproductive health, adolescents

2 Pendahuluan Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja dalam berprilaku sehat dan bertanggungjawab, namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Maka perlu adanya pengertian, bimbingan, dan dukungan dari lingkungan disekitarnya agar remaja menjalani pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Sehingga kelak remaja menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan sosial (Kumalasari, 2012). Masalah remaja dengan alat reproduksinya kurang mendapatkan perhatian karena umur relatif muda, masih dalam status pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya. Terbukti bahwa remaja yang sedang mencari identitas diri telah sangat mudah menerima informasi dunia berkaitan dengan masalah fungsi alat reproduksinya sehingga cenderung menjurus kearah pelaksanaan hubungan seksual yang semakin bebas (Manuaba, 2009). Permasalahan kesehatan reproduksi di mulai dengan adanya perkawinan atau hidup bersama. Di antara perempuan tahun, 2,6 persen menikah pertama kali pada umur kurang dari 15 tahun dan 23,9 persen menikah pada umur tahun. Terutama terjadi di perdesaan (0,03%). Proporsi kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) adalah 1,97 persen, perdesaan (2,71%) lebih tinggi dibanding perkotaan (1,28%) Menikah pada usia dini merupakan masalah kesehatan (Riskesdas, 2013). Faktor faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan reproduksi remaja adalah faktor internal antara lain pengetahuan, sikap, kepribadian remaja itu sendiri dan faktor eksternal yaitu lingkungan dimana remaja berada mempengaruhi kegiatan seksual remaja yang berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi. Sumber informasi eksternal yang mudah mereka jangkau adalah teman-teman sebaya (peer group), bacaan bacaan popular, VCD porno, akses internet, dan lain lain. Sumber informasi eksternal ini tidak selalu benar, terbaik dan bermutu (Moeliono, 2004). Penanganan yang dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi remaja adalah melalui empat pendekatan yaitu institusi, keluarga, kelompok sebaya (peer group), institusi sekolah dan tempat kerja. Institusi keluarga disini diharapkan orang tua harus mampu menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan sekaligus memberikan bimbingan sikap dan prilaku kepada remaja. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya (peer group) dikarenakan remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman teman sebaya sebagai kelompok, maka 23

3 dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga ( Hurlock, 2002 ). Metodologi Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan rancangan pre-test and post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang aktif di SMP Negeri 2 Lhoksukon (peer group) pada tahun Ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampel. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Juni sampai dengan 04 November Untuk mempermudah proses penelitian maka peneliti membuat rangkaian kegiatan sebagai berikut, dimana peneliti merencanakan tanggal penelitian, melakukan pre-test kepada responden sebelum melakukan pendidikan kesehatan kepada kelompok peer group, memilih peer group adalah pengurus OSIS, melakukan pendidikan kesehatan kepada peer group selama 90 menit. Menjelaskan tentang anatomi alat reproduksi pada pria dan wanita selama 30 menit, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, PMS dan HIV/AIDS selama 60 menit. Melakukan post- test kepada peer group, peer group mempengaruhi responden tentang kesehatan reproduksi, melakukan post-test kepada responden. Alat instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Terdiri dari kuesioner A tentang data demografi responden sedangkan kuesioner B tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja (alat reproduksi pria dan wanita, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, PMS, HIV dan AIDS). Pengolahan data dengan menggunakan SPSS dengan rumus Paired t-test. Hasil Tabel 1. data demografi Responden Demografi Frekuensi Persentase (f) (%) Usia (tahun) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Sumber informasi melalui media cetak Buku pegangan Koran Tidak ada Sumber informasi melalui media elektronik Televisi VCD Internet Tidak ada Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berusia 13 sampai 16 tahun dimana rata-rata usia siswa berusia 14

4 tahun sebanyak 36 siswa (43.9%) Jenis kelamin siswa didominasi oleh laki-laki yaitu 44 siswa (53.7%). Disini diketahui rata-rata siswa tidak pernah memperoleh sumber informasi pendidikan kesehatan melalui media cetak yaitu 45 siswa (54.9%). Sedangkan sumber informasi pendidikan kesehatan reproduksi melalui media elektronik yaitu internet sebanyak 42 siswa (51.2%). Tabel 2. Nilai rata-rata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja Peer Mean Median SD Minmax Group Pre test Post test Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan oleh kelompok sebaya (peer group) pada nilai rata-rata dengan standar devisiasi 2.717, dengan nilai terendah 18 dan nilai tertinggi 35. Setelah diberikan pendidikan kesehatan oleh kelompok sebaya (peer group) terlihat adanya peningkatan pengetahuan remaja dengan nilai rata-rata (mean) dengan standar devisiasi adapun nilai terendah dari hasil post test siswa adalah 23 dan nilai tertinggi 39. Tabel 3. Pengaruh Pendidikan kesehatan oleh peer group terhadap peningkatan pengetahuan remaja Mean SD t P Value Pre test Post test Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi pada saat pre test adalah dengan standar devisiasi 2.717, sedangkan nilai rata-rata post test adalah siswa dengan standar devisiasi terdapat perbedaan nilai mean antara pengukuran pengetahuan pre test dengan pengukuran pengetahuan post test yaitu sebesar Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p= value lebih kecil dari nilai α (0.05). Disimpulkan bahwa penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh peer group berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja di SMP Negeri 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Pembahasan Berdasarkan uji statistik didapatkan t- hitung dengan nilai p = value lebih kecil dari nilai α (0.05). Disimpulkan bahwa penyampaian pendidikan kesehatan oleh peer group berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nisma (2008) bahwa penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi oleh kelompok sebaya (peer group) sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 kasihan bantul, Yokyakarta.

5 Masalah yang paling menonjol dilakangan remaja saat ini, misalnya masalah seksualitas, sehingga hamil di luar nikah dan melakukan aborsi. Kemudian rentan terinfeksi penyakit menular seksual (IMS), HIV dan AIDS serta penyalahgunaan Narkoba. Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadai untuk menjalani masa remaja secara sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara kesehatan dirinya sehingga mampu memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat (Aisyaroh, 2010) Penanganan yang dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi remaja adalah melalui empat pendekatan yaitu institusi keluarga, kelompok sebaya (peer group), institusi sekolah dan tempat kerja. Menurut John W Santrock (2002) kelompok sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya. Usia siswa SMP Negeri 2 Lhoksukon antara 13 sampai 16 tahun dimana usia remaja rata-rata 14 tahun adalah 36 siswa 43.9%. Jenis kelamin dominan laki-laki yaitu 44 siswa (53.7%). Dimana remaja laki-laki sering berada diluar rumah dengan teman sebaya dibandingkan remaja perempuan. WF Connel (1972) mengatakan bahwa remaja akan lebih banyak mendiskusikan tentang suatu masalah dengan kelompok sebayanya (peer group) diantaranya yaitu masalah yang menyangkut dengan kesehatan reproduksi remaja yang tidak mereka temukan didalam lingkungan keluarga. Peer group diharapkan mampu tumbuh menjadi peer educator yang diharapkan dapat membahas dan menangani permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Institusi sekolah merupakan jalur yang sangat potensial untuk melatih peer group ini, karena institusi sekolah ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pergaulan remaja. Peer group pada penelitian ini adalah pengurus OSIS dimana OSIS dibentuk dengan tujuan pokok yaitu menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, serta minat pada siswa kedalam salah satu wadah yang bebas dari berbagai macam pengaruh negatif dari luar sekolah. Dilihat dari syarat menjadi pengurus OSIS adalah siswa yang memiliki budi pekerti yang baik, memiliki bakat sebagai pemimpin, memiliki kemauan, kemampuan, dan pengetahuan yang memadai. Atas dasar inilah peneliti menentukan OSIS sebagai kelompok peer group. Karena dianggap mampu untuk mempengaruhi responden dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. Menurut Notoatmodjo (2007) Metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga yaitu metode pendidikan individu, metode pendidikan kelompok, dan metode pendidikan massa. Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Beberapa

6 contoh metode ini antara lain; ceramah umum, pidato-pidato, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan di majalah atau koran dan billboard. Hal ini sesuai dengan metode yang dilakukan oleh peneliti melakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dengan menggunakan media LDC dan penampilan materi dengan power poin yang dapat menimbulkan minat dan menarik responden untuk mengetahui lebih jauh tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian diatas terbukti dengan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi didapatkan oleh responden dari berbagai media elektronik. Responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi adalah dari sumber media elektronik yaitu dari televisi, radio, VCD, dan internet. Sumber informasi lebih dominan adalah Internet yaitu sebanyak 42 responden (51.2%). Pernyataan dari hasil penelitian diatas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Moeliono (2004), bahwa keaadaan kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh sumber informasi eksternal yang mudah remaja jangkau yaitu dari teman sebaya (peer group), bacaan-bacaan popular, VCD porno, akses internet. Referensi Aisyaroh, (2010). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal FIK Unissula Kumalasari I & Andhiyantoro I (2012) Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan, Jakarta Selatan, Salemba Medika. Manuaba (2009), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta: Arcan Moeliono, (2004). Seksualitas Remaja: Belajar dari Remaja yang Tak Terlayani (Underserved Youth) di Kota Jakarta. Nisma (2008). Pengaruh Penyampaian Pendidikan Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (Peer Group) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP N 2 Bantul Yogyakarta. Tesis Muhammadiyah Yogyakarta. Notoatmodjo (2012). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, John W. (2003). Adolescence Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc Kesimpulan Disimpulkan bahwa penyampaian pendidikan kesehatan oleh peer group berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja. Didapatkan t-hitung dengan nilai p = value lebih kecil dari nilai α (0.05).