BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian menggunakan sumber data sekunder berupa laporan keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 yang seluruh data keuangannya telah diterbitkan dan telah diaudit oleh akuntan publik. Peneliti melakukan pengambilan data dari situs www.idx.co.id tentang laporan keuangan tahunan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka. Jadwal penelitian yang dilaksanakan mulai periode April 2015 sampai selesai. B. Desain Penelitian Desain Penelitian yaitu suatu rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian dengan pendekatan (metode) tertentu yang digunakan. Varibel-variabel dalam penelitian ini diuraikan secara rinci menggunakan metode penelitian deskriptif. Desain penelitian ini bersifat kausal untuk membuktikan adanya pengaruh atau hubungan antara sebab dan akibat dari beberapa variabel bebas (independent variable) diantaranya yaitu: kepemilikan institusional, 32
33 kepemilikan manajerial dan good corporate governance terhadap variabel terikat (dependen variable) yaitu nilai perusahaan yang ditentukan oleh peneliti. C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian merupakan atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Penelitian ini menggunakan dua macam variabel penelitian yaitu: variabel terikat (dependen variabel) dan variabel bebas (independen variabel). 1.1 Variabel Dependen Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah: nilai perusahaan. a. Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan adalah nilai perusahaan yang dinyatakan dalam satuan keuangan yang mencerminkan harga perusahaan seharusnya dengan asumsi bila terjadi likuidasi, dalam penelitian ini, nilai perusahaan ini dihitung dengan menggunakan rasio Tobin s Q (Pohan, 2008). Pengukuran nilai perusahaan menggunakan Tobins Q yang dikembangkan oleh White at al, 2002 dalam (Rahayu, 2010). Tobin Q diukur dengan rumus: (EMV + D) Q = (EBV + D)
34 Keterangan: EMV (Nilai Pasar Ekuitas) = P (Closing Price) Qshares (Jumlah saham yang beredar) D (Debt) = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku dari total aktiva 2. Variabel Independen Sekaran (2003) mengemukakan bahwa Variabel Bebas (Independen Variabel) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun secara negative. Variabel bebas dalam penelitian ini ada 5 variabel diantaranya ialah: a. Kepemilikan Institusional Tingkat kepemilikan saham institusional dalam perusahaan diukur oleh proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang dinyatakan dalam %, serta persentase kepemilikan saham oleh institusi (Haruman, 2008), atau dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh badan atau institusi lain (Kusumawati, 2009), diukur dengan rumus sebagai berikut: SKI = Jumlah kepemilikan saham institusional Total saham yang beredar 100%
35 b. Kepemilikan Manajerial Tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pegambilan keputusan, diukur oleh proporsi saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun yang dinyatakan dalam %, persentase kepemilikan saham oleh manajerial perusahaan (Haruman, 2008), sehingga kepemilikan manajerial adalah jumlah saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005) dalam (Sari, Halim, dan Fathoni, 2013), jadi kepemilikan manajerial (INSIDER) adalah prosentase saham yang dimiliki oleh manajemen atau direksi terhadap total saham perusahaan, menurut Che Hat et al., (2008) Jumlah kepemilikan saham manajerial SKM = 100% Total saham yang beredar c. Good Corporate Governance Good Corporate Governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien (Rahayu, 2010). Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) (Purwaningtyas, 2011).
36 1. Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance 2004) dalam (Sari, Halim, dan Fathoni, 2011). Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan. Komisaris indepeden yang memiliki sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman GCG guna menjaga indepedensi, pengambilan keputusan efektif, tepat dan cepat (Wandoyo dan Veronica, 2013). PDKI = Jumlah Komisaris Independen Jumlah Komisaris 100% 2. Komite Audit Komite Audit yang dibentuk dalam perusahaan sebagai sebuah komite khusus diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya dilakukan oleh dewan komisaris, komite audit meliputi : melakukan pengawasan terhadap laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
37 Klein (2002) dalam Herawaty (2008) membuktikan bahwa, besarnya discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri dari sedikit komisaris independen dibanding perusahaan yang mempunyai komite audit yang terdiri banyak komisaris independen. Komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini (Susanto dan Subekti, 2012). Rasio komite dapat dihitung dengan rumus: Jumlah Komite Audit = Ʃ Anggota Komite Audit 3. Ukuran Dewan Direksi Jumlah dewan direksi suatu perusahaan disesuaikan dengan kondisi perusahaan tersebut karena berarti pengelolaan yang dilakukan oleh dewan direksi semakin baik maka kinerja perusahaannya akan meningkat. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang (Purwaningtyas, 2011). Sedangkan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi (Wardhani, 2006). Ukuran Dewan Direksi diukur dengan jumlah anggota dewan direksi yang ada di dalam perusahaan (Purwaningtyas, 2011). Jumlah Dewan Direksi = Ʃ Anggota Dewan Direksi
38 Tabel 3.1 Daftar Operasionalisasi Variabel Penelitian No Variabel Pengukuran Skala Variabel Y1 Dependent 1. Nilai Perusahaan Variabel Independent 1. Kepemilikan Institusional (EMV + D) Q = (EBV + D) X1, X2, X3, X4 dan X5 Ʃ Jumlah Kepemilikan Saham Institusonal KI = 100% Ʃ Total Saham yang beredar Rasio Rasio 2. Kepemilikan Manajerial Jumlah Kepemilikan Saham Manajerial KM = 100% Total Saham yang beredar Rasio 3. Good Corporate Jumlah Komisaris Independen PDKI = Jumlah Komisaris 100% Rasio Governance Jumlah Komite Audit = Ʃ Anggota Dewan Direksi Jumlah Dewan Direksi = Ʃ Anggota Dewan Direksi Jumlah Sumber: Data rumus dari beberapa jurnal (2015)
39 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sampel yang baik adalah sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili populasinya. Agar representatif, maka pengambilan sample dari populasi harus menggunakan teknik pengambilan sampel (sampling) yang benar. Metode pemilihan sampel dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu perusahaan yang konsisten terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun penelitian yaitu tahun 2011-2014. 2. Sampel Setelah dilakukan purposive sampling, maka diperoleh sampel sebanyak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011-2014. Adapun kriteria sampel yang termasuk kategori penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan tersebut termasuk dalam kelompok perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 dan memiliki tahun buku yang berakhir 31 Desember. 2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan selama tahun penelitian 2011-2014. 3. Perusahaan tersebut memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan untuk proses penelitian. 4. Laporan keuangan dinyatakan dalam rupiah.
40 5. Perusahaan yang menjadi objek penelitian harus memiliki struktur kepemilikan institusional, manajerial. 6. Emiten memiliki dewan komisaris independen, komite audit dan dewan direksi. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan diatas, perusahaanperusahaan yang dipilih sebagai sampel yang memenuhi syarat sebanyak perusahaan. Tabel 3.2 Perhitungan Sampel No Kriteria Jumlah 1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 141 Indonesia (BEI) periode 2011-2014 2 Dikurangi Perusahaan yang tidak menampilkan (49) kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit dan dewan direksi periode 2011-2014 3 Dikurangi Perusahaan yang tidak tercatat di BEI (17) periode tahun 2011-2014 4 Dikurangi Perusahaan yang tidak mempublikasikan (14) laporan keuangan periode tahun 2011-2014. 5 Dikurangi perusahaan menggunakan mata uang asing (26) periode 2011-2014 Jumlah 35 Sumber:data sekunder yang telah diolah 2015 E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan memperoleh informasi di dalam data-data yang diperlukan ini. Memperoleh informasi di dalam buku, internet, thesis, jurnal sna, skripsi, serta acuan jurnal internasional
41 dan pengungkapan dari informan sebagai bahan ajuan dokumen yang relevan baik dari kepustakaan. 2. Melakukan pengambilan data sampel berkaitan dengan GCG, sedangkan laporan keuangan diperoleh melalui akses web: www.idx.co.id dari situs perusahaan masing-masing. F. Metode Analisis Menurut Novia Suci (2014) diestimasi dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dalam pengujian masing-masing hipotesis. Agar model dapat dianalisis dan memberikan hasil yang representatif, maka model tersebut harus memenuhi pengujian asumsi klasik. Model regresi akan menghasilkan estimator tidak bias yang baik jika terpenuhi asumsi klasik, yaitu: Normalitas (data berdistribusi normal), Heteroskedastisitas, Autokorelasi, dan Multikolinieritas. 1. Statistik Deskriptif Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. 2. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh variable independen terhadap variabel dependen, maka diadakan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini terdiri atas uji normalitas, uji multikolnearitas, uji heteroskedastisitas,dan uji autokorelasi. Hal ini
42 bertujuan untuk menghindari estimasi yang bias karena tidak semua data dapat menerapkan model regresi. a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011), Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable independen dan variabel dependen memiliki distribusi atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki data berdistribusi normal. Untuk menguji apakah terdapat distribusi yang normal atau tidak dalam model regresi, maka digunakanlah uji Kolmogorov-Smirov dan analisis grafik. Dalam analisis grafik, dasar pengambilan keputusan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal yang memiliki ketentuan sebagai berikut: a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam Uji Kolmogorov-Sminov Z (1-sample K-S), dasar pengambilan keputusan untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
43 a) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal. b) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal. Apabila hasil uji K-S menunjukkan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka residual terdistribusi secara normal. Sebaliknya nilai hasil uji tersebut menunjukkan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka residual tidak terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). b. Uji Multikolonearitas Uji Moltikolnearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Menurut Ghozali (2011) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi biasanya dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: a) Jika nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi masalah multikolinearitas, artinya model regresi tersebut baik.
44 b) Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF diatas 10,maka terjadi masalah multikolinearitas, artinya model regresi tersebut tidak baik. c. Uji Autokorelasi Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW test) yang menggunakan titik kritis yaitu bawah (Dl) dan batas atas (Du). Uji Auto korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam moel regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang datanya adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan, tahunan, dan seterusnya., karena itu ciri khusus uji ini adalah waktu. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya Autokorelasi digunakan uji Durbin- Watson (DW TEST). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan dasar pengambilan sebagai berikut: Nilai Statistik DW Hasil 0 < DW < Dl Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi posistif DL < DW < DU Du < DW < 4-dU Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan Menerima hipotesis nol, tidak ada autokorelasi positive/negative
45 4-Du < DW < 4-dL 4-Dl < DW < 4 Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positif d. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2011), Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas dan pada penelitian ini diuji dengan melihat grafik scatterplot. Dasar analisis uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumber Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
46 e. Uji Glejser Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruh variabel dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Hasil Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen, jika terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingat kepercayaan 5 %. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). 3. Uji Analisis Regresi Linear Berganda Ghozali (2011) mengungkapkan pengujian terhadap masing-masing hipotesis yang diajukan dapat dilakukan dengan analisis statistik regresi berganda. Pengujian regresi berganda disini terdiri dari uji F, yang digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara keseluruhan dan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji statistik t yang digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen serta uji R 2 untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Analisis regresi digunakan untuk peneliti apabila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turunnya) variabel dependen dan apabila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya. (Sugiyono, 2014).
47 Dalam penelitian ini, model regresi berganda yang akan dikembangkan sebagai berikut: Tobins Q = α + β1ki + β2km + β3kind + β4ka + β5udd + e Dimana: Tobins Q :Kinerja variabel terikat α : Konstanta β 1-5 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 e : Koefisien regresi variabel bebas : % kepemilikan institusional : % kepemilikan manajerial : komisaris independen : komite audit : dewan direksi : error term (variable pengganggu) 4. Uji Hipotesis Selain itu untuk mengetahui kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan, maka dilakukan uji koefisien determinasi (adjusted R2), menggunakan metode model regresi berganda (multiple regression) adalah analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel independen dilakukan uji F. Model ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 2.1 dan bertujuan untuk membuktikan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
48 a. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Nilai R 2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.(ghozali,2011). Nilai R 2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel independen, tapi karena R 2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini menggunakan adjusted R 2 berkisar antara 0 dan 1. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R 2 ) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model (Ghozali,2011). Jika nilai adjusted R 2 semakin mendekati 1 maka makin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen. b. Uji Kesesuaian Model (F-test) Uji F digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara keseluruhan dan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap dependen (Ghozali, 2011), serta tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Uji kesesuaian model digunakan untuk menganalisa pengaruh variabel
49 independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Apabila tingkat signifikansi uji F lebih kecil dari 5%, maka terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Jika tingkat signifikansi F lebih besar dari 5%, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabl independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2011), serta digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien tregresi dengan tabel t sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : I. Bila nilai signifikansi t < 0.05 maka H 0 ditolak, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. II. Bila nilai signifikansi t > 0.05 maka H 0 diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen dengan variabel dependen.
50 d. Estimasi Parameter dan Interpretasinya Menurut Ghozali (2011) estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji akan menunjukkan bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penentuan penerimaan atau penolakan dengan tingkat signifikansi 0,05 adalah sebagai berikut: 1. H 0 : b1=b2=b3=0 (variabel independen secara indvidu tidak berpengaruh terhadap variabel independen). 2. H 0 : b1 b2 b3 0 (variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen). 3. Menentukan tingkat signifikasi (α = 5%). 4. Kriteria pengujian: a. Jika t-tabel t-hitung t-tabel, maka Ha ditolak. b. Jika t-hitung < (t-tabel atau t-hitung) > t-tabel maka Ha diterima atau bisa dilihat dari nilai P value yang muncul. Jika P < α, maka Ha ditolak. Jika P > α, maka Ha ditolak.