KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

FENOMENA MIGRASI DAN PERMASALAHAN EKONOMI TENAGA KERJA DI KELURAHAN OGAN BARU KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2


KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan


BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013

Mobilitas Penduduk II

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan

BERITA RESMI STATISTIK

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KONDISI SOSIAL EKONOMI

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA. Nugraha Setiawan

FERTILITAS MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BANJARKEMUNING KABUPATEN SIDOARJO. Singgih Susilo 1.

Transkripsi:

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL Armansyah Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang 30139 E-mail: armagedone77@yahoo.com ABSTRAK. Pada tulisan ini, penulis menemukan bagaimana karakteristik dan peluang tenaga kerja wanita pada sektor informal. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan peluang tenaga kerja wanita pada sektor informal. Tulisan ini dilakukan dengan cara pendekatan studi literatur atau kajian pustaka. Sifat kajian eksploratif-deskriptif. Sumber data berasal dari pustaka primer melalui jurnal dan pustaka sekunder buku buku yang relevan, publikasi institusi, artikel populer yang sebagian diperoleh secara online. Penulisan ini memberikan hasil bahwa karakteristik tenaga kerja akan mempengaruhi peluang tenaga kerja wanita untuk memasuki sektor informal. Karakteristik yang ada pada tenaga kerja wanita nantinya akan berpengaruh terhadap bagaimana peluang tenaga kerja untuk masuk di sektor informal termasuk mempengaruhi upah yang akan diterima. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kerja wanita untuk memasuki sektor informal adalah menyiapkan karakteristik yang sebaik munkin sebagai upaya persiapan memasuki atau bersaing dalam sektor informal. Supaya pada saat menjalankan sektor informal dapat benar-benar memberikan peningkatan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan hidup tenaga kerja wanita. Kata-kata kunci : Karakteristik, Peluang, Tenaga kerja wanita, Sektor informal PENDAHULUAN Kemajuan suatu daerah dari praindustri menuju ke era industri akan memberikan peluang yang lebih besar bagi tenaga kerja wanita untuk mengembangkan kemampuan pribadinya melalui berbagai macam jenis usaha dan kegiatan. Adanya persamaan kesempatan kerja saat ini, meningkatkan minat tenaga kerja wanita untuk berpartisipasi aktif dalam lapangan kerja. Lapangan kerja yang banyak diminati oleh tenaga kerja wanita adalah sektor informal seperti perdagangan, jasa, industri pengolahan, dan lain sebagainya. Tenaga kerja wanita telah memperoleh perhatian secara khusus dalam dunia ketenagakerjaan; hal ini disebabkan karena kompleksnya problematika yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita itu sendiri, baik dalam kaitannya dengan pengembangan potensi pribadinya maupun dalam kaitannya dengan perikehidupan berkeluarga dan sekaligus bermasyaraka (Hakim, 2011:21). Menurut Hakim (2011:21) sebelum teknologi pertanian berkembang seperti saat ini, dalam kegiatan pertanian tenaga kerja wanita masih banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, mulai dari proses menanam sampai dengan pemanenan hasil pertanian. Namun, adanya perkembangan teknologi di bidang pertanian, tenaga kerja wanita nampaknya dapat tergeser. Terutama hal ini terasa di daerah pedesaan. Adanya penciutan kesempatan kerja di sektor pertanian ternyata diikuti dengan membengkaknya kesempatan kerja di sektor lain, seperti sektor jasa dan perdagangan. Sektor informal memiliki persentase pekerja informal wanita lebih besar dibanding dengan sektor yang lain. Penyebabnya adalah pada sektor informal memiliki waktu yang fleksibel dan tidak mempunyai banyak syarat untuk memasukinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Susilo dalam (Hakim, 2011:21) sektor jasa lebih fleksibel bagi wanita, artinya selain untuk menambah pendapatan keluarga, fungsi sebagai ibu rumah tangga juga masih dapat dilakukan. Dengan adanya fleksibilitas pada sektor informal tersebut memungkinkan tenaga kerja wanita lebih sesuai bekerja didalamnya. Di sektor informal pada lapangan kerja perdagangan tersebut wanita tanpa berpendidikan tinggipun dapat dengan mudah melaksanakannya. Hal ini didukung oleh Supriadi dalam Hakim (2011:25) hampir 32 % perempuan Indonesia tidak sekolah dan hanya 13 % yang lulus SLTP yang memasuki dunia kerja. Bahkan, pertumbuhan wanita pekerja sektor infomal pada tahun 2000 di

lapangan kerja perdagangan melaju lebih pesat dibanding di sektor dan lapangan kerja yang lainnya. Faktor lain yang membuat semakin besarnya kesempatan tenaga kerja wanita untuk bekerja pada sektor informal adalah mobilitas yang semakin baik, yang didukung oleh faktor penarik seperti adanya informasi mengenai peluang kerja yang lebih baik ditempat tujuan, sarana dan prasarana yang lebih baik, transportasi, tempat hiburan yang lebih banyak. Oleh karena itu, banyak tenaga kerja wanita yang terdorong untuk melakukan migrasi masuk. Migrasi masuk akan menyebabkan bertambahnya penduduk dan meningkatkan beban bagi daerah tujuan. Menurut Ullah dalam Saptanto (2009:21) berdasarkan substansinya, terdapat 2 kelompok terkait dengan mobilitas tenaga kerja tersebut, yaitu : 1) Kelompok yang memandang migrasi merupakan pergerakan tenaga kerja sebagai akibat keterbatasan akses terhadap sumber daya dan tidak adanya peluang ekonomi pada daerah asal migran migrasi demikian dikenal dengan Occupational Mobility, 2) Kelompok yang memandang migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu negara ke Negara lain untuk mendapatkan pangan dan keamanan (Clark-Kazak: 2008; Moran-Taylor: 2009) dalam Saptanto (2009:21) serta untuk meningkatkan pendapatan keluarga (Nielsen, 2009) dalam Saptanto (2009:21) migrasi ini lebih dikenal sebagai Geographical Mobility. Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa harapan untuk mendapatkan pangan dan keamanan serta keinginan untuk meningkatkan pendapatan keluarga merupakan faktor yang menjadi pendorong wanita migran masuk dan bekerja pada sektor informal. Untuk itu penulis mengkaji ulang secara studi pustaka tentang karakteristik dan peluang tenaga kerja wanita pada sektor informal. METODE Penulis melakukan penelitian ini dengan pendekatan Studi Review Literatur. Sifat kajian eksploratif-deskriptif. Sumber data berasal dari pustaka primer melalui jurnal dan pustaka sekunder buku buku yang relevan, publikasi institusi, artikel populer yang sebagian diperoleh secara online. Pemilihan data didasarkan pada indikator yang digunakan dalam kajian publikasi institusi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemajuan teknologi dalam bidang ketenagakerjaan membuat terjadinya arus migrasi yang pesat pada setiap wilayah di Indonesia. Meningkatnya arus migrasi jelas akan membuat jumlah tenaga kerja pada suatu daerah semakin menumpuk, salah satu solusi untuk mengatasi agar tidak terjadinya peningkatan pengangguran di daerah yang menjadi tujuan migrasi tersebut adalah dengan adanya sektor informal. Pada sektor Informal ini jumlah tenaga kerja wanita lebih mendominasi dari pada jumlah tenaga kerja laki-laki. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Utomo (2000: 25) bahwa pada sektor-sektor penting seperti industri, perdagangan, dan jasa, pekerja wanita lebih mendominasi dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Sektor informal memang menjadi salah satu solusi untuk menyerap tenaga kerja yang jumlahnya semakin meningkat. Hal ini didorong oleh kemudahan dalam memasuki lapangan kerja sektor informal, kemudahan tersebut seperti; pekerja pada sektor informal tidak memiliki waktu yang mengikat dan juga tidak adanya aturan hukum yang menaunginya sehingga setiap orang dapat melakukannya. Oleh karena itu dengan alasan tersebut tenaga kerja wanita pada sektor ini dapat lebih mudah memasukinya karena selain bekerja tenaga kerja wanita ini juga masih dapat melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Seperti disebutkan oleh Susilo dalam (Hakim, 2011:21) sektor jasa lebih fleksibel bagi wanita, artinya selain untuk menambah pendapatan keluarga, fungsi sebagai ibu rumah tangga juga masih dapat dilakukan. Dengan adanya fleksibilitas pada sektor informal tersebut memungkinkan tenaga kerja wanita lebih sesuai bekerja di dalamnya. Di sektor informal pada lapangan kerja perdagangan tersebut, wanita tanpa berpendidikan tinggipun dapat dengan mudah melaksanakannya. Hal ini didukung oleh Supriadi dalam Hakim (2011:25), hampir 32 % perempuan Indonesia tidak sekolah dan hanya 13 % yang lulus SLTP yang memasuki dunia kerja. Bahkan, pertumbuhan wanita pekerja sektor informal pada tahun 2000 di lapangan kerja perdagangan melaju lebih pesat dibanding di sektor dan lapangan kerja yang lainnya.

Berdasarkan fenomena di atas maka sudah dapat disimpulkan bahwa lapangan kerja sektor informal mempunyai peranan yang sangat besar dalam hal mengatasi pengangguran akibat sempitnya lapangan pekerjaan pada sektor formal. Namun dibalik meningkatnya tenaga kerja wanita pada sektor informal terdapat fenomena lain yaitu bagaimana dengan kesejahteraan tenaga kerja wanita yang bekerja pada sektor informal ini. Hal ini diungkapkan oleh Priyono dalam (Yulina, 2011:2) yang menyatakan bahwa diperlukan sebuah pemahaman baru terhadap situasi ketenagakerjaan di Indonesia, bahwa masalahnya bukanlah orang bekerja atau tidak bekerja, melainkan kesejahteraan pekerja yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang mereka peroleh. Pendapat ini didukung oleh Jones dan Supratilah dalam (Yulina, 2011:2) yang mengatakan bahwa tenaga kerja perlu mendapat perhatian yang bukan hanya kesempatan kerja semata, melainkan kesempatan kerja yang sekurang-kurangnya dapat memberikan standar hidup minimum yang memadai. Berdasarkan pendapat di atas maka penulis melihat ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tenaga kerja wanita agar dapat memiliki peluang yang lebih besar dalam hal kesejahteraan dalam bekerja, hal ini menyangkut karakterisik yang harus dimiliki oleh tenaga kerja wanita untuk dapat bersaing dan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik dengan upah yang sesuai standar hidup minimum yang ditetapkan. Karakteristik Tenaga Kerja Wanita pada Sektor Informal Menurut Utomo (2000:22) terdapat beberapa karakteristik pada tenaga kerja wanita yang berhubungan dengan faktor-faktor sosial demografi yang melekat pada diri mereka yaitu umur, tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, status perkawinan, dan status migran. Berdasarkan hasil yang telah diuraikan maka penulis dapat menjelaskan keterkaitan karakteristik sosial demografi tersebut terhadap kesempatan tenaga kerja wanita untuk dapat bekerja pada sektor informal. Berdasarkan data yang ada maka faktor pertama, umur tenaga kerja wanita menjadi salah satu penentu kesempatannya dalam bekerja di sektor informal. Menurut Utomo (2000:27) bahwa kelompok umur 20-24 tahun adalah yang paling dominan memasuki lapangan kerja di sektor informal. Hal ini terjadi karena pada usia ini tenaga kerja biasanya masih energik dan belum menikah sehingga lebih mudah untuk melakukan mobilitas dalam bekerja. Kedua, pendidikan, tenaga kerja wanita dengan pendidikan yang lebih tinggi yaitu berpendidikan SLTA ke atas akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk dapat masuk pada lapangan kerja informal, hal ini di dukung oleh keterampilan yang dimiliki, biasanya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik keterampilan yang dimiliki. Ketiga, Status, tenaga kerja wanita yang belum kawin memiliki kesempatan yang lebih besar untuk masuk di lapangan kerja sektor informal. Hal ini terjadi Karena tenaga kerja wanita yang belum kawin memiliki ruang gerak yang lebih cepat dan bebas daripada tenaga kerja wanita yang sudah menikah yang memiliki tugas mengurus rumah tangga selain bekerja. Keempat, Status migrant, menurut Utomo (2011:31) bahwa tenaga kerja yang berstatus migrant memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memasuki lapangan kerja informal. Salah satu penyebabnya adalah karena tenaga kerja wanita migrant biasanya sudah memiliki keterampilan yang baik sehinggan pada saat mereka berada pada tempat yang baru mereka dapat bersaing dengan penduduk local yang ada ditempat tersebut. Peluang Tenaga Kerja Wanita pada Sektor Informal Berdasarkan Penelitian dari Utomo (2000:32) maka dari karakteristik yang dimiliki oleh migrant tersebut maka akan berbeda peluang untuk memasuki lapangan kerja sektor informal. Selain peluang maka pendapatanpun akan berbeda dari tiap-tiap tenaga kerja wanita, semakin baik pengetahuan tenaga kerja wanita mengenai karakteristik yang harus dimilikinya untuk memasuki lapangan kerja sektor informal maka akan semakin besar pula peluang tenaga kerja wanita untuk bekerja pada sektor ini dengan pendapatan yang lebih layak yaitu sesuai dengan standar upah minimum yang telah ditetapkan. Berdasarkan penelitian ini maka karaktertik seperti umur 20-24, pendidikan SLTA ke atas, Status belum kawin, dan Status migrant memiliki peluang yang lebih besar untuk memasuki lapangan kerja sektor Informal dibandingkan karakteristik lainnya. Selain itu Yulina (2011:13) menyatakan bahwa variable seperti lokasi usaha, jenis pekerjaan, jumlah jam kerja, dan jumlah modal akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja wanita. Dari penelitian yang telah dilakukan maka lokasi usaha yang berada di daerah perkotaan memiliki pendapatan yang lebih besar daripada lokasi usaha yang berada di daerah pedesaan, hal ini didorong oleh pangsa pasar yang relative lebih luas berada di daerah perkotaan. Selanjutnya jenis

pekerjaan seperti perdagangan dan jasa mempunyai peluang pendapatan yang leboh besar dari pada sektor informal lainnya, apabila disertai oleh jumlah jam kerja dan modal yang lebih besar daripada biasanya. Artinya pada sektor perdagangan dan jasa pendapatan berhubungan dengan jumlah lamanya tenaga kerja meluangkan wantunya untuk bekerja serta semakin besar modal yang digunakan maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh. Menurut (Yulina, 2011:15) jumlah jam kerja mempunyai pengaruh paling besar terhadap pendapatan tenaga kerja informal. Sektor informal memiliki waktu yang fleksibel oleh karena itu semakin banyak waktu yang tenaga kerja gunakan untuk bekerja akan semakin meningkatkan pendapatan tenaga kerja sektor informal. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian literatur yang telah dilakukan maka, ada beberapa karakteristik yang memberikan peluang pada tenaga kerja wanita untuk masuk di sektor informal diantaranya; umur, pendidikan, status perkawinan, dan status migrant. Tenaga kerja yang memiliki umur 20-24 tahun, pendidikan SLTA ke atas, belum kawin, dan berstatus migrant memiliki kesempatan kerja pada sektor informal lebih besar daripada karakteristik lainnya. Disamping itu lokasi usaha yang terdapat di daerah perkotaan, dengan jenis pekerjaan jasa dan perdagangan, serta memiliki jumlah jam kerja yang lebih banyak dengan modal yang besar akan memiliki peluang memperoleh pendapatan yang lebih besar atau sesuai standar upah minimum. Diantara beberapa faktor tersebut yang paling dominan adalah jumlah jam kerja. Semakin banyak jam kerja yang diluangkan oleh tenaga kerja akan memperbesar peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar atau sesuai standar upah minimum. Dari temuan di atas maka penulis menyarankan kepada tenaga kerja, khususnya wanita yang akan memasuki lapangan kerja sektor informal, seharusnya menyiapkan beberapa hal yang harus disesuaikan dengan lapangan kerja yang akan ditekuni. Hal ini disarankan supaya tenaga kerja wanita yang bekerja pada sektor informal dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. Selain itu penulis juga menyarankan kepada pemerintah yang terkait untuk dapat lebih memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja wanita pada sektor informal. DAFTAR PUSTAKA Alkhudri, Tarmiji. 2011. Mudik Sebagai Fenomena Kultural-Kependudukan. Jakarta: Jurnal Sosialita Vol. 9 No. 1 Juni 2011. Azmi, ana shabana. 2011. Negara dan buruh migran perempuan kebijakan perlindungan buruh migran perempuan indonesia masa pemerintahan susilo bambang yudhoyono 2004-2010 (studi terhadap perlindunganburuh migran indonesia di malaysia. Fisipui. Hakim, lukmanul. 2011. Perkembangan tenaga kerja wanita di sektor informal: Hasil analisa dan proxy data sensus penduduk. Among makarti, vol.4 no.7, juli 2011. Nagib, Laila. 1997. Migrasi Ke Kota Dan Permasalahan Ketenagakerjaan Di Irian Jaya. Jakarta: Buletin Pengkajian Masalah Kependudukan Dan Pembangunan. Riyadi. 2012. Paradigma perlindungan terhadap perempuan pekerja Di dunia kerja dan kesehatan reproduksi dalam Perspektif islam, kebijakan negara dan realitas. Romdiati, Haning. Mita. 2006. Mobilitas Penduduk Antar Daerah Dalam Rangka Tertib Pengendalian Migrasi Masuk Ke DKI Jakarta. Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 1, No. 1. Safrida, DKK. 2008. Dampak Kebijakan Migrasi Internal Terhadap Perilaku Pasar Kerja Di Indonesia. Bogor: Forum Pascasarjana Vol. 31 No. 2 April 2008. Saptanto,dkk. 2009. Analisis Pola Migrasi dan Konsumsi Rumah Tangga di Daerah Asal Migrasi Terkait Kemiskinan dan Kerentanan Pangan (Studi Kasus Indramayu). Jakarta: Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Setiawan, Iwan. 2010. Migrasi Penduduk Menuju Daerah Pinggiran Kota Bandung Dan Implikasinya Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman. Bandung: Gea, Vol. 10, No. 2.

Supriyoko. 2011. Tenaga kerja wanita indonesia latar belakang dan catatannya. disampaikan dalam forum diskusi panel harkat wanita Indonesia sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri Wanita taman siswa cabang sarjana wiyata. Yogyakarta, 21 juli 1990.