1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu penemuan dalam psikologi untuk mengenali karakter dan kepribadian manusia yaitu metode Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Metode MBTI dikembangkan pada tahun 1940 oleh Katerine C. Briggs dan Isabel Briggs Myers berdasarkan teori Carl G. Jung (Ierardi, 2007). Metode MBTI yang tersaji dalam bentuk instrumen MBTI sering digunakan untuk menilai kepribadian setiap orang, misalnya untuk tes potensi, proses rekruitmen, dan proses konseling (Myers and McCuley, 1985). Instrumen MBTI telah dikenal dan tervalidasi dalam riset selama 40 tahun dan telah diterima oleh para peneliti di seluruh dunia (Zarafshani, 2011). Instrumen MBTI berisi pertanyaan pilihan yangsering digunakan diseluruh dunia untuk tes assessment meliputi proses potensi, tes rekruitmen, konseling dan motivasi. Instrumen MBTI berdasarkan pada teori Carl Jung dalam menyediakan deskripsi mengenai kecenderungan seseorang pada dua aktifitas kognitif yakni pengambilan infomasi, serta pemrosesan informasi untuk membuat keputusan (Ierardi, 2007). Berdasarkan (Myers dan McCauley, 1985) instrumen MBTI memiliki koefisien reliabilitas berkisar dari 0.62 hingga 0.92 berdasarkan hasil tes dan re-test bermacam-macam tipe kepribadian. Instrumen pengenalan kepribadian berbasis MBTI termasuk kategori tes yang mengandalkan kejujuran dari responden. Seringkali user (responden) dalam menjawab instrumen MBTI dituntut memilih antara 2 indikator yang saling berlawanan, kemudian penyimpulan karakternya adalah ditentukannya karakter yang memiliki jumlah indikator yang terbanyak dipilih. Hal tersebut akan menimbulkan masalah berupa ambiguitas hasil jika terjadi kesamaan jumlah yang dipilih pada kedua indikator dikotom. Responden juga sangat mungkin memiliki nilai kepastian pada setiap jawaban sehingga memberikan nilai preferensi yang spesifik pada setiap indikator terpilih. Skala atau faktor-faktor kepastian dan ketidakpastian dari jawaban sangat mungkin mempengaruhi karakter responden 1
2 yang sebenarnya. Nilai skala kepastian pada setiap jawaban tersebut akan memberikan deskripsi bahwa indikator yang dipilih memiliki nilai preferensi spesifik dalam rentang tertentu daripada indikator yang tidak dipilih. Nilai preferensi menunjukkan skala kecenderungan lebih dekat kepada indikator yang dipilih daripada indikator yang tidak dipilih responden (user). Untuk menangani ambiguitas dan skala kepastian dari responden, maka pada instrumen MBTI dapat dikembangkan metode penanganan skala kepastian dan penyimpulan pada kasuskasus baru menggunakan penalaran pada kasus-kasus sebelumnya yang pernah disimpulkan pakar. Dalam menangani faktor kepastian dan ketidakpastian serta penalaran berbasis kasus, diperlukan kecerdasan buatan yaitu sistem pakar dengan meniru cara-cara yang dilakukan oleh pakar (Firebaugh, 1989). Sistem pakar dibangun bukan menggantikan keahlian pakar seutuhnya namun hanya sebagai penolong dalam memberikan kesimpulan (Hartati, 2005). Metode Certainty Factor (CF) dapat digunakan dalam sistem pakar untuk mengakomodasi dan mempertimbangkan skala kepastian dari responden. Metode Certanty Factor dapat memberi informasi tambahan berupa intensitas kepastian yang dimungkinkan dapat memacu ketelitian responden dalam menjawab tes MBTI. Hal itu dikarenakan skala bertingkat adalah suatu ukuran yang dibuat berskala tetapi mencukupi untuk memberikan informasi tertentu tentang seseorang sehingga ini dapat memudahkan dalam memberikan deskripsi, terutama penampilan ketika orang menjalankan tugas yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat (Arikunto, 2002). Berdasarkan Bergman dan Siegel dalam (Arikunto, 2002) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakjujuran pada jawaban responden yaitu : persahabatan, kecepatan dalam memutuskan, jawaban kesan pertama, penampilan instrumen, prasangka, hallo effect, kesalahan pengambilan rata-rata dan kemurahan hati. Dengan memanfaatkan skala kepastian untuk setiap masukan dari responden maka dimungkinkan dapat memperkecil faktor-faktor tersebut. Masing-masing indikator dalam MBTI juga memungkinkan munculnya ambiguitas hasil jika penyimpulan karakter hanya mempertimbangkan
3 berdasarkan banyaknya indikator yang terpilih dan penjumlahan skala kepastian dari setiap indikator terpilih. Oleh karena itu, sistem pakar yang dikembangkan ini diharapkan mampu mempelajari kasus lama dalam basis pengetahuan yang telah ada untuk mengenali dan mengklasifikasikan tipe kepribadian pada kasus baru yang diteliti. Selanjutnya kasus baru tersebut dapat disimpan kedalam basis pengetahuan setelah melalui persetujuan dari pakar. Dengan kemampuan tersebut, instrumen MBTI diharapkan dapat memberi konklusi yang mendekati analisis pakar. Penalaran kasus dapat diimplementasikan menggunakan metode K- Nearest Neighbor (K-NN), karena metode ini mengelompokkan kasus baru kedalam suatu kasus yang paling banyak muncul dari sejumlah k kasus terdekat. Setiap kasus memiliki kumpulan atribut kemudian setiap atributnya diberi nilai bobot yang spesifik (Sun et al., 2014). Namun metode K-NN memiliki kekurangan akurasi dalam klasifikasi data. Dalam perkembangan K-NN, terdapat beberapa tahap untuk menambah kehandalan K-NN. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan digunakan metode Modified K-Nearest Neighbor (M-KNN). Metode M-KNN dilengkapi tahap validasi sehingga menambah informasi penting pada data pembelajaran yang memiliki kedekatan dengan data uji. Tahap validasi pada M-KNN juga memperkecil pengaruh dari data-data pembelajaran yang tidak stabil dalam hal perbandingan dengan data-data tetangganya (Parvin et al., 2010). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini: 1. Bagaimana mengembangkan sistem instrumen MBTI yang memperhatikan faktor kepastian dan mampu mengelola nilai-nilai faktor kepastian dari kasus-kasus yang pernah terjadi.
4 2. Jika kasus pada kuesioner MBTI melibatkan jawaban beserta faktor kepastiannya maka sistem instrumen MBTI dalam penelitian ini perlu dilengkapi metode penalaran berbasis kasus dan certainty factor agar dapat menyimpulkan kasus baru dengan mempertimbangkan faktor kepastian dan nilai kemiripan (similaritas) terhadap kasus-kasus sebelumnya yang telah disimpulkan pakar. 1.3 Batasan Masalah Dari rumusan masalah tersebut diatas, beberapa batasan masalah dibuat dalam penelitian ini. Batasan-batasan ini antara lain: 1. Peranan pakar psikologi dalam penelitian ini adalah penyimpulan karakter hasil kuesioner data penelitian, dan pembobotan atribut-atribut. 2. Setiap ciri pendukung pada suatu karakter MBTI dalam sistem ini, dianggap sebagai evidence yang independen. 3. Nilai pada indikator yang diproses sistem pakar ini berupa certainty factor (CF parsial) langsung dari pilihan responden, bukan dari hasil pemrosesan kumpulan meta data milik personal pada media sosial online. Jika responden tidak menjawab secara lengkap, maka sistem akan secara otomatis memberikan jawaban nol pada atribut yang kosong. 4. Sistem yang dibangun adalah berbasis kasus, dan tidak menggunakan rule based karena untuk melengkapi instrumen MBTI yang menentukan karakter berdasarkan jumlah terbanyak dari indikator karakter yang dipilih responden. Sedangkan masukan/jawaban responden yang melibatkan nilai kepastian membutuhkan analisis pakar untuk menyimpulkan preferensi karakternya. Sehingga diperlukan penalaran berbasis pada kasus-kasus yang telah disimpulkan pakar. 5. Pengenalan karakter dan penentu kepribadian menggunakan metode M- KNN yang memanfaatkan Certainty Factor.
5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yakni mengembangkan sistem pengenalan kelas/tipe kepribadian MBTI sehingga mampu memberikan solusi dengan memperhitungkan faktor kepastian beserta penalaran berbasis kasus. 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini akan memberikan sejumlah manfaat diantaranya adalah: 1. Dapat menganalisis pemanfaatan perhitungan faktor kepastian, Modified-KNN, dan similarity pada sistem pakar pengenalan kepribadian MBTI ini. 2. Meningkatkan kemampuan instrumen MBTI melalui penalaran berbasis kasus untuk menyelesaikan kasus-kasus yang hasilnya akan memiliki ambiguitas jika hanya menggunakan metode penjumlahan. 3. Meningkatkan informasi dan inspirasi berbagai pihak untuk mempelajari ciri-ciri kepribadian yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas interpersonal maupun personal. 1.6 Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi yang penulis peroleh, bahwa belum ada penelitian mengenai Sistem Pakar Pengenalan Kepribadian Berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator Menggunakan Penalaran Berbasis Kasus. 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa tahap-tahap yang diperlukan sebagai berikut: 1. Studi Pustaka
6 Studi pustaka merupakan kegiatan untuk mempelajari literaturliteratur dan teori yang mendukung dalam melakukan penalaran berbasis kasus untuk prediksi karakter dan kepribadian MBTI. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh kuesioner responden di lingkungan mahasiswa kampus UGM, masjid kampus UGM, SMA 1 Yogyakarta dan Perpustakaan pusat UGM. 3. Analisis Data Tahap ini merupakan tahap untuk melakukan analisis pada data yang telah diperoleh, sehingga didapatkan fitur-fitur untuk digunakan dalam penalaran berbasis kasus, menganalisis kebutuhan input, proses dan kebutuhan output. 4. Implementasi Rancangan Sistem Merupakan tahap pembuatan sistem berdasarkan hasil perancangan sistem. Rancangan sistem akan dibangun dengan menggunakan sistem operasi Windows 7 dengan bahasa pemrograman Netbeans 7.4 dan database MySQL. 5. Pengujian Tahap ini merupakan pengujian terhadap sistem yang dibuat yang dilakukan dengan menggunakan data uji kasus yang baru untuk memastikan bahwa aplikasi telah berjalan dengan baik dan menghasilkan keputusan yang tepat. Pengujian sistem dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dari pakar psikologi dan hasil diagnosa yang diberikan melalui sistem. 6. Evaluasi dan perbaikan Tahapan ini merupakan tahapan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan setelah dilakukan implemetasi sistem. Jika hasil pengujian menunjukan bahwa aplikasi yang dikembangan sudah benar maka
7 proses perbaikan tidak perlu dilakukan dan jika belum benar maka proses perbaikan dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan perbaikan basis kasus, retrieval, dan perhitungan pencarian similaritas antara kasus lama dengan kasus baru. 7. Penyusunan Laporan Merupakan tahap akhir dalam penelitian ini dengan memberikan hasil dan membuat laporan penelitian. 1.8 Sistematika Penelitian Penulisan Tesis ini terbagi dalam 7 bab, dengan rincian tiap-tiap bab sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan secara sistematis tentang penelitian yang terdahulu dan menghubungkan dengan penelitian yang sedang dilakukan. BAB III. LANDASAN TEORI Pembahasan dalam landasan teori meliputi teori-teori yang digunakan dalam penelitian yaitu penalaran berbasis kasus, similaritas, Modified-K Nearest Neighbor dan karakter MBTI. BAB IV. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai rancangan sistem berbasis kasus untuk pengenalan karakter dan kepribadian MBTI. penalaran BAB V. IMPLEMENTASI SISTEM
8 Di dalam bab ini berisi implementasi dari rancangan sistem yang sudah dibuat sebelumnya. BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas hasil dari implementasi yang sudah dilakukan dan didalam bab ini juga ditampilkan hasil dari implementasi. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dari penelitian dan juga diberikan saran-saran yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk dapat menghasilkan suatu sistem yang lebih baik.