MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2011: 22-31), membagi hasil belajar. menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

Pembelajaran Langsung: Mempertahankan Paradigma Pembelajaran Berpusat pada Guru. Sabri 1

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

P 25 Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester I Kurikulum 2013

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI. Rizki Amalia

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pikir manusia. Astuti (2009:1) mengemukakan bahwa perkembangan pesat di bidang

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs (oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si)

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. dan namanya juga beragam, ada yang menamakannya matematika sosial,

BAB II KAJIAN TEORITIS. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

IMPLEMENTASI METODE BERMAIN SUUJI WA DOKUSHIN NI KAGIRU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KERJA KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DIRRECT INSTRUCTION DENGAN STRATEGI MOTIVASI ARCS PADA MATERI GRAPH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN METODE KUMON PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN DI SMAN-1 KRIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Siswa

MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. DISUSUN OLEH: ALI MASHURI, S.Psi., M.Sc NUR HASANAH, S.Psi., M.Si DIAN PUTRI PERMATASARI,S.Psi., M.

Abstrak PENDAHULUAN ISSN : X

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan. ketajaman berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

STUDENT BASED LESSON PLAN

BAB I PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, teorema, dalil,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jurnal belajar merupakan sebuah catatan harian mengenai proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pengembangan pendidikan. Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun. sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Deskripsi teori penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hakikat Kegiatan Pembelajaran Fisika

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dengan landasan bola pada lapangan tim lain. Bola voli dapat juga sebagai gaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Transkripsi:

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA Nursupiamin * Abstrak: Setiap guru mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengajar. Seorang guru dianggap sukses memotivasi dan mampu mengembangkan prestasi akademik dari siswanya, jika guru tersebut mampu menerapkan model pengajaran yang tepat di kelas. Model pengajaran langsung merupakan pendekatan mengajar dengan tujuan membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan secara bertahap. Model ini dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari secara bertahap. Ciri dari model pengajaran langsung mencakup: (a adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar. (b Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. (c Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Kata Kunci : Pengajaran langsung dalam Matematika Pendahuluan Kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas merupakan suatu keputusan yang ditetapkan oleh guru. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan guru terhadap matematika. Keyakinan seorang guru tentang matematika tidak dapat dipisahkan dengan pengetahuannya terhadap matematika. Madeline dan Hunter (1978 mengusulkan bahwa guru perlu untuk membuat tiga keputusan dasar untuk merancang pembelajaran. Keputusankeputusan ini meliputi: (1 konten, bermakna bahwa pembelajaran beralih dari apa yang sudah siswa ketahui terhadap pengetahuan dan keterampilan melebihi yang mereka mengerti sekarang. (2 perilaku siswa, bermakna suatu kepastian * Nursupiamin, Dosen tetap STAIN Palopo 94

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 95 bahwa bagaimana anda memiliki siswa yang membuang-buang waktunya akan berpengaruh besar pada sikap dan prestasi dalam matematika. dan (3 perilaku guru, seperti rencana perilaku anda dalam proses pembelajaran dalam hal ini diperlukan ingatan berbagai prinsip belajar, yaitu motivasi, penguatan, retensi, dan transfer. Keputusan-keputusan ini menghimpun pelajaran tentang strategi jangka panjang dan juga pelajaran rutin dari hari ke hari dan pada akhirnya, akan menentukan tingkat sukses sebagai seorang guru matematika. Perkembangan pesat di berbagai bidang dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika pada teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Kandungan materi dalam matematika, perlu disampaikan kepada siswa dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam menerima. Di dalam suatu proses pembelajaran perlu memperhatikan kondisi pebelajar, hal ini berdasarkan klasifikasi taksonomi Bloom (1968 yang mengkategorikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga bagian ini menjadi bagian penting yang perlu diisi oleh pengajar kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran melalui seperangkat kegiatan dengan materi matematika. Selain itu, guru perlu menerjemahkan seperangkat kegiatan yang menggiring siswa untuk melaksanakan aktivitas yang berdasarkan kebutuhan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini dapat diwujudkan melalui pemberian serangkaian informasi latar belakang materi pembelajaran, mendemonstrasikan keterampilan yang sedang diajarkan berkaitan dengan materi pembelajaran, serta menyediakan waktu bagi siswa untuk mendemonstrasikan kembali keterampilan tersebut sesuai dengan materi yang diterimanya sebagai wujud penerimaan umpan balik. Menurut Kardi & Nur (2000, Keterampilan, baik kognitif maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan landasan untuk pembangunan hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memroses sejumlah besar informasi, mereka harus menguasai strategi belajar seperti membuat catatan, merangkum isi bacaan. Sebelum siswa dapat berfikir secara kritis, mereka perlu menguasai keterampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat inferensi dari data, dan mengenal ketidakobjektifan dalam presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka harus menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan kata-kata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan. Berdasarkan penjelasan di atas, tindakan yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan pembelajaran. Menurut Kardi & Nur (2000, kutipan di atas menunjukkan perlunya penyampaian pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dengan asumsi tersebut, salah satu pendekatan mengajar yang khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif adalah model pengajaran langsung (MPL.

96 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 1. Gambaran Umum MPL Menurut Kardi & Nur (2000, model pengajaran langsung memiliki ciriciri sebagai berikut: (a adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar. (b Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. (c Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Menurut Bell (1978, yang mengemukakan bahwa: One of the strategies usually associated with effective teaching is to explicitly state your goals and objectives and share them with the learner before he or she begins to study the course or unit. (salah satu strategi yang biasanya digabungkan dengan pengajaran efektif secara eksplisit menyatakan tujuan dan sasaran anda serta menyampaikannya kepada pebelajar sebelum dia mulai untuk mengkaji pelajaran atau satuannya 2. Tujuan Kegiatan MPL Isi materi dalam MPL dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari secara bertahap. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural yang dimaksudkan adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Pendapat ini sejalan dengan, (Gagne, E., 1985; Paris, Lispon & Wixson, 1983 yang mengemukakan bahwa pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki pebelajar tentang sesuatu. Pengetahuan tentang suatu syair, suatu kelompok fakta, suatu daftar tunggal, atau aturan-aturan suatu permainan merupakan contoh-contoh pengetahuan deklaratif. Kemudian, pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu. Siswa dapat melakukan pembagian pecahan, mendeklamasikan suatu sajak, dan memainkan suatu permainan. Berdasarkan materi pembelajaran yang memuat tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural tersebut, berikut contoh tujuan kegiatan MPL. Contoh-contoh Tujuan Pengajaran Langsung Dibandingkan dengan Tujuan Pembelajaran Sosial atau Berfikir Tingkat Tinggi, menurut Kardi & Nur (2000.

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 97 Perolehan Pengetahuan Perolehan Keterampilan Keterampilan Sosial Berfikir Tingkat Tingkat Siswa akan dapat mendaftar aturan aturan dasar permainan hoki Siswa akan dapat memberi umpan sambil bergerak Siswa akan dapat menunjukkan kerjasama sambil bermain hoki Siswa akan menyatakan suatu pendapat tentang terjadinya pelanggaran dalam hoki. Bila dikaitkan dengan pembelajaran matematika, maka untuk pokok bahasan Limit Fungsi. Misalnya diberikan suatu masalah limit fungsi, lim x 1 4 untuk menyelesaikan permasalahan ini, siswa memiliki x x pengetahuan deklaratif berupa aturan, (1 menyederhanakan bentuk akar, (2 memfaktorkan persamaan polynomial, (3 metode substitusi langsung untuk penyelesaian limit fungsi. Selanjutnya untuk kebutuhan pengetahuan prosedural, sebaiknya siswa memiliki serangkaian prosedur yang dapat digunakannya bersama pengetahuan deklaratifnya tersebut hingga memproses dan mendapat hasil dari masalah limit fungsi tersebut. Misalnya, siswa dapat mengawali langkah penyelesaian dengan menggunakan aturan menyederhanakan bentuk akar (dapat disajikan ke dalam bentuk, lim x 1 4. = x x = lim 4 ( x x( = lim 3 x( (. Kemudian pada bagian penyebut dari proses penyelesaian tersebut perlu disederhanakan dengan menggunakan aturan memfaktorkan persamaan polynomial (dapat disajikan ke dalam bentuk, lim 3 x( ( = lim 2 x( x ( (

98 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 = lim 1 1 x 2 x( x (. Akhir dari proses penyelesaian, kita dapat menggunakan metode substitusi langsung untuk mendapatkan nilai eksak dari masalah limit fungsi tersebut. Berbagai macam aturan aturan yang ada dalam langkah-langkah penyelesaian masalah limit fungsi tersebut merupakan pengetahuan-pengetahuan yang perlu disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikembangkan secara bertahap dalam MPL. 3. Sintaks dalam MPL MPL merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan secara bertahap (sintaks. MPL memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1 Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar, (2 Terdapat pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3 Memiliki sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil. MPL dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari secara bertahap. Para guru selalu menghendaki agar siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dengan berhasil. Pada MPL terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Berikut diberikan sintaks MPL menurut Kardi & Nur (2000.

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 99 Fase 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Peran Guru Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. 3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Sebagai tambahan yang perlu dipahami saat pemberian umpan balik sebaiknya berpegang dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, (b umpan balik harus jelas dan spesifik, (c memberikan umpan balik disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. (d Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar; apabila memberikan umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar, (e Membantu siswa memusatkan pada proses dan bukan pada hasil. (f Mengajarkan siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri. (g Memberikan kesempatan latihan mandiri; memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan mandiri. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan tanya jawab yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorentasi pada tugas dan memberikan harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

100 Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 4. Membelajarkan Siswa dengan MPL. MPL memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, MPL mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara saksama dan demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara saksama. Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini pada dasarnya berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar siswa dengan baik. Penutup MPL adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan secara bertahap. MPL dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Para guru selalu menghendaki agar siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dengan berhasil. Berdasarkan hal tersebut, MPL dicirikan dengan hal berikut: (1 Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar, (2 Terdapat pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3 Memiliki sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil. Daftar Rujukan Bell, Frederick H., 1978. Teaching and Learning Mathematics. Dubuque, Iowa; Wm. C. Brown Company Publishers. Bloom, B. S. 1956. Taxonomy of education objectives: Cognitive domain. New York: David O. McKay. Gagne, R. M., 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4 th ed.. New York: Holt, Rinehart & Winston. Hunter, M. 1978. Theory into practice publications (motivation, reinforcement, retention, transfer. El Segundo: TIP Publications. Kardi & Nur, 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA.

Volume 13, Nomor 1, Januari 2011 101