Pembelajaran Langsung: Mempertahankan Paradigma Pembelajaran Berpusat pada Guru. Sabri 1
|
|
- Harjanti Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pembelajaran Langsung: Mempertahankan Paradigma Pembelajaran Berpusat pada Guru Sabri 1 Abstrak: Rancangan model pembelajaran langsung secara khusus ditujukan untuk mengajarkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari setahap demi setahap. Pembelajaran ini berpusat pada guru dan mencakup lima fase dalam sintaksnya. Kritik terhadap dan mitos tentang model ini meluas akan tetapi pelaksanaannya telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak guru yang dipandang sukses justru menerapkan model ini dalam kerja professional mereka di sekolah. Kata kunci: Pembelajaran langsung, berpusat pada guru. Rancangan model pembelajaran langsung secara khusus ditujukan untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dan dapat dipelajari setahap demi setahap. Secara historis, beberapa aspek dari model pembelajaran langsung berasal dari prosedur pelatihan dalam industri dan militer. Analisis sistem mewarnai pengembangan model pembelajaran langsung. Di dalamnya ditekankan bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi komponenkomponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Dalam tulisan ini, akan dibahas sekilas tentang pembelajaran langsung yang meliputi definisi, ciri, sintaks, aspek pelaksanaan dan pengelolaan kelas, dan evaluasi. Di bagian akhir akan dibahas mitos yang teridentifikasi di masyarakat tentang pembelajaran langsung. A. Pembelajaran Langsung, Apakah itu? Pembelajaran langsung dimulai oleh Siegfried Engelmann bersama rekan-rekannya di University of Illinois pada tahun 1967 yang pada saat itu didefinisikan sebagai pengejaran verbal langsung (Gervase, 2005). Pembelajaran langsung adalah sistem pengajaran yang berupaya mengendalikan semua variabel yang menyebabkan terjadinya perbedaan kinerja siswa. Sistem ini mengasumsikan bahwa jika anak didik memiliki IQ 60 atau lebih, mereka 1 Dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, Makassar Indonesia 1
2 dapat ditempatkan di dalam program pembelajaran langsung yang akan memungkinkan mereka menguasai materi dalam waktu yang rasional dan wajar (Adam & Engelmann, 1996). Adams dan Engelmann (1996) menggambarkan dua tipe teknik dan urutan pembelajaran langsung: teknik dan urutan pembelajaran langsung yang menetapkan standar, dan urutan dan materi pembelajaran langsung komersial yang dirancang untuk digunakan oleh orangorang yang tidak secara langsung dilatih oleh Engelmann dan rekan-rekannya. Menurut Kardi dan Nur (2000), pembelajaran langsung sebenarnya dapat diterapkan dalam bidang studi apa saja, namun model ini paling tepat untuk mata pelajaran yang berfokus pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik, dan pendidikan jasmani. Model ini tidak cocok untuk mengajarkan sikap atau pemahaman masalah-masalah penting di dalam masyarakat. Juga, model ini kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial, kreativitas, proses berpikir tingkat tinggi, dan konsepkonsep abstrak. B. Ciri Utama Pembelajaran Langsung Adam dan Engelmann (1996) mengemukakan tiga ciri utama pembelajaran langsung. Pertama, pengelompokan homogen. Pengelompokan demikian ini dilakukan karena jika guru mengajar siswa berkemampuan rendah dalam kelompok yang demikian, siswa berkemampuan tinggi akan dirugikan. Pada prinsipnya, pada saat kinerja siswa berubah, siswa terus menerus dikelompokkan ulang. Ciri lain dari pembelajaran langsung adalah panjangnya pelajaran. Dalam pembelajaran langsung, siswa diharapkan menguasai semua materi dalam jangka waktu tertentu. Waktu yang disediakan untuk pelajaran diterjemahkan ke dalam tingkat kinerja siswa yang diharapkan atau tingka penguasaan siswa. Ciri yang ketiga adalah presentasi tertulis. Di dalam tipe pembelajaran langsung komersial, petunjuk pelaksanaan program bersifat spesifik dan ditampilkan dalam bentuk tertulis. Alasan penggunaan petunjuk tertulis ini adalah membantu guru menyampaikan materi dengan contoh yang memadai dan dengan kata-kata yang jelas dan konsisten. 2
3 C. Sintaks Model pembelajaran langsung mencakup lima fase yang sangat penting (Kardi & Nur, 2000). Fase tersebut tertera pada tabel sintaks model pembelajaran langsung berikut ini. Fase Fase atau tahap dalam sintaks pembelajaran langsung Peran Guru 1. Menyampaikan tujuan Guru menjelaskan indikator pencapaian kompetensi, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. 2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. 3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. 4. Mengecek pemahaman dan Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan memberi umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Carnine, Silbert, Kame enui, dan Tarver (2004) mengemukakan enam aspek rancangan program pembelajaran langsung yaitu: menetapkan tujuan, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan prosedur pengajaran, memilih contoh, mengurutkan keterampilan, dan menyediakan latihan dan tinjauan kembali. D. Pelaksanaan Pembelajaran Langsung Hasil nyata pembelajaran langsung yang menggembirakan telah ditunjukkan oleh berbagai penelitian. Ada dua hal yang menonjol terkait dengan hasil pelaksanaan model pembelajaran langsung, yaitu: alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan) yang menggunakan model pembelajaran langsung lebih berhasil dan mencapai tingkat keterlibatan yang tinggi daripada metode-metode informal yang berpusat pada siswa (Kardi & Nur, 2000). Demikian juga, ditemukan bahwa observasi terhadap guru-guru yang berhasil menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pembelajaran langsung. 3
4 Dalam pelaksanaan pembelajaran langsung, ada beberapa hal yang merupakan keunikan, antara lain: a. Merumuskan tujuan Salah satu format yang dipakai untuk merumuskan tujuan dalam pembelajaran langsung adalah format Mager (Nur, 2005). Tujuan tersebut dikenal dengan tujuan perilaku yang terdiri atas tiga bagian yaitu: perilaku siswa, menyangkut apa yang akan dilakukan siswa atau jenis perilaku yang akan diterima oleh guru sebagai indikator pencapaian suatu tujuan; situasi pengetesan, menyangkut kondisi saat perilaku tersebut akan diamati atau diharapkan terjadi; dan kriteria kinerja, menyangkut tingkat standar atau kinerja siswa yang dapat diterima. Contoh: Tiga bagian tujuan Perilaku siswa Situasi pengetesan Kriteria kinerja Contoh Mengenali bilangan rasional Diberikan daftar bilangan rasional dan irrasional Menandai paling sedikit 80% benar b. Memilih isi Ada dua faktor, menurut Nur (2005), yang perlu diperhatikan di dalam memilih isi materi yang akan diajarkan demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih awal. Pertama, faktor ekonomi yang menyangkut pertimbangan seberapa banyak informasi yang perlu disampaikan kepada siswa sedemikian sehingga mereka menguasai ide-ide atau keterampilan pokok yang telah direncanakan. Kedua, faktor kekuasaan yang menyangkut pengaturan secara logis materi yang akan dipresentasikan yang memungkinkan siswa dapat mempelajari hubungan antar fakta dan konsep-konsep kunci yang merupakan isi suatu materi pelajaran. c. Melakukan analisis tugas Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi dengan tepat suatu keterampilan atau pengetahuan yang akan diajarkan oleh guru. Ini dilakukan dengan cara memecah suatu pengetahuan ke dalam komponen-komponennya sehingga dapat diajarkan serara terurut, logis, dan bertahap. Analisis ini meliputi pemahaman terhadap pemahaman atau keterampilan yang akan diajarkan, pemecahan pemahaman ke dalam komponen- 4
5 komponen, penyusunan komponen-komponen secara logis dan hirarkis, dan perancangan strategi untuk mengajarkan komponen-komponen dengan tetap memperhatikan aspek kesatuan dari semua komponen. d. Merencanakan waktu dan ruang Pengelolaan dan perencanaan waktu dalam pembelajaran langsung sangat penting dengan memperhatikan dua hal yaitu: memastikan bahwa waktu yang teralokasi tepat dengan latar belakang bakat dan kemampuan siswa dan memotivasi siswa untuk tetap melakukan tugas yang telah direncanakan dengan konsentrasi optimal. Terkait dengan pengelolaan kelas, untuk model pembelajaran yang berpusat pada guru, formasi kelas tradisional dengan ruang gerak yang memadai masih tepat guna mengarahkan siswa memusatkan perhatiannya pada guru atau informasi yang tertera di papan tulis. Setelah melewati semua tahapan di atas, langkah berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran langsung yang mengacu pada sintaks yang telah disinggung dalam Bagian C. Tahap yang pertama dalam sintaks tersebut adalah memberitahuan tujuan dan menyiapkan siswa. Kegiatan ini pada dasarnya sama saja dengan kegiatan awal hampir, jika tidak, semua model pembelajaran. Guru perlu menjelaskan alasan pelibatan siswa di dalam suatu pelajaran tertentu dan capaian yang dituju sebagai hasil keikutsertaan mereka di dalam pelajaran. Guru juga harus mempersiapkan siswa untuk belajar dalam bentuk mengarahkan konsentrasi siswa dengan cara yang beragam. Tahap kedua dalam pelaksanaan pembelajaran langsung adalah presentasi dan demonstrasi. Presentasi menuntut kejelasan uraian yang dilakukan berdasarkan perencanaan dan pengaturan informasi dan strategi penyampaian yang mensyaratkan kemampuan komunikasi yang baik. Demonstrasi yang tepat dan memadai dibutuhkan untuk membantu siswa mencapai tingkat pemahaman atau penguasaan yang diinginkan. Variasi kegiatan demonstrasi akan membantu siswa memahami sesuatu secara lebih menyeluruh, tidak hanya menimbulkan ketergantungan dan keterbatasan pemahaman siswa pada apa yang telah ditunjukkan oleh guru. Menyediakan latihan terbimbing adalah tahap ketiga dalam pembelajaran langsung. Latihan yang dilakukan seharusnya menjadikan siswa lebih memahami pengetahuan atau 5
6 keterampilan sesuai rencana awal. Untuk menghindarkan latihan yang tidak bermakna, guru perlu menugasi siswa dengan latihan singkat dan bermakna. Demikian juga, beban latihan harus memadai untuk memastikan bahwa pengetahuan atau keterampilan betul-betul telah dikuasai. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik sebagai tahap keempat ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang telah dicapai oleh siswa. Umpan balik yang bermakna perlu dilakukan sehingga siswa dapat memahami kekurangannya, merefleksi, dan kemudian membenahinya hingga mencapai tingkat pemahaman yang diinginkan. Pengecekan pemahaman ini adalah semacam diagnosis terhadap hasil yang telah dicapai oleh siswa hingga pada waktu tertentu. Tahap terakhir dari pelaksanaan pembelajaran langsung adalah pemberikan kesempatan latihan mandiri. Ini dapat berupa pekerjaan rumah. Tugas ini menjadi wadah bagi siswa untuk segera menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh secara mandiri. Selain sebagai kelanjutan latihan yang dilaksanakan di dalam kelas, tugas mandiri juga berfungsi untuk memperpanjang waktu belajar siswa. E. Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Tugas Salah satu keterampilan sosial yang dapat ditanamkan di dalam pembelajaran langsung adalah kemampuan menyimak dan menghargai pembicaraan orang lain. Siswa yang suka berbicara pada saat yang tidak tepat dan mengemukakan pertanyaan dapat memperlambat tempo pembelajaran. Untuk itu, aturan ketat perlu diterapkan dengan tetap menghindarkan kesan otoriter di dalam pelaksanaannya. Masalah lainnya adalah bagaimana mengatur tempo pembelajaran. Pengaturan ini seharusnya memperhatikan kondisi siswa dengan latar belakang masing-masing dan tingkat kesulitan materi yangnakan dijelaskan. Selain itu, pengaturan partisipasi perlu diperhatikan sehingga kesan dominasi guru tidak terlalu menonjol dalam kegiatan pembelajaran. Peran aktif siswa perlu diperhatikan asalkan tidak mengganggu proses yang sedang berlangsung. Tentunya, hal ini bisa dicapai dengan meratakan perhatian kepada seluruh kelas, tidak hanya pada kelompok siswa tertentu. 6
7 F. Evaluasi Menurut Nur (2005), adalah penting untuk menepatkan strategi evaluasi dan penilaian dengan tujuan pembelajaran pelajaran tertentu dan maksud yang terkandung di dalam suatu model. Sesuai dengan karakteristiknya, untuk model pembelajaran langsung, penilaian seharusnya berfokus pada tes kinerja. Konstruksi tes paling tidak harus mengacu pada prinsip yang benar sehingga tujuan pengetesan dapat dicapai dalam bentuk pemerolehan informasi yang tepat dan menyeluruh tentang kemampuan siswa. Gronlund (dalam Nur, 2005) mengemukakan lima prinsip dasar pembuatan tes, yaitu: a. sesuai dengan tujuan pembelajaran, b. mencakup semua tugas pembelajaran, c. menggunakan soal tes yang sesuai, d. menjamin validitas dan reliabilitas tes yang tinggi, dan e. nantinya memanfaatkan hasil tes untuk memperbaiki proses belajar mengajar. G. Mitos tentang Pembelajaran Langsung Adam dan Engelman (1996) mengidentifikasi delapan mitos tentang pembelajaran langsung dan memberikan sanggahannya untuk masing-masing mitos tersebut. Pertama, program pembelajaran langsung bersifat kaku dan tidak tercerahkan karena model ini memperlakukan semua tugas pembelajaran sebagai sesuatu yang benar atau salah. Adam dan Engelmann (1996) menjelaskan bahwa jika guru berupaya mengajarkan isi, perbedaan, operasi, atau keterampilan dan tidak ada tanggapan yang lebih baik dari yang lain, guru tersebut tidak akan bisa mengajarkan dan tidak akan mempunyai landasan untuk menanggapi hasil kerja siswa. Mitos tentang jawaban benar ini dipegang sebagai alasan bagi kurang mendalamnya analisis materi yang akan diajarkan. Padalah, materi yang dipahami dan program yang dirancang dengan baik akan memungkinkan penentukan jawaban yang benar atau tanggapan yang tepat untuk setiap kegiatan dalam program pembelajaran. Kedua, pembelajaran langsung dinilai palsu karena didasarkan pada hirarki keterampilan, tetapi tidak ada hirarki keterampilan yang universal. Adam dan Engelmann (1996) menyanggah bahwa hirarki memang penting dan dapat ditemukan di setiap mata pelajaran. Mereka juga menjelaskan bahwa siswa perlu mempelajari keterampilan prasyarat untuk memecahkan masalah. Jika tidak, guru harus langsung mengajarkan keterampilan tersebut yang seringkali membutuhkan waktu lama dan mengakibatkan ketergantungan siswa. 7
8 Mitos ketiga adalah bahwa pembelajaran langsung menjauhkan diri dari kemajuan perkembangan dan teori perkembangan. Untuk menanggapi hal ini, Adam dan Engelmann(1996) menyatakan bahwa pembelajaran langsung memang menjauhkan diri dari teori perkembangan; akan tetapi, meskipun pernyataan bahwa teori perkembangan mampu membuat prediksi umum tentang hal-hal yang berlaku bagi anak-anak dengan kemampuan rata-rata, pernyataan tersebut tidak menilai keterampilan apa yang diketahui dan tidak diketahui oleh anak didik tentang suatu materi pelajaran, juga tidak memberikan informasi tentang dimana pembelajaran seharusnya dimulai. Untuk itu, teori perkembangan tidak (kurang) berguna di dalam perancangan program. Mitos keempat yang diidentifikasi oleh Adam dan Engelmann (1996) adalah bahwa presentasi yang dinaskahkan dan pelajaran yang telah dirancang dengan ketat melumpuhkan kreativitas guru. Mereka menyanggah bahwa potensi kreatif siswa dibatasi oleh pengetahuan mereka dan siswa perlu mempelajari keterampilan dasar lebih dahulu. Untuk itu, prioritas utama guru adalah mengajarkan keterampilan dasar tersebut. Biasanya, guru dinilai kreatif jika mereka melibatkan siswa di dalam kegiatan kreatif. Padahal, indeks kreativitas guru paling banyak ditentukan oleh tingkat keberhasilan mereka dalam mengajar mempercepat kinerja siswa dan mengajarkan hal-hal yang biasanya terasa sulit oleh siswa. Juga, bahwa keberhasilan guru dalam mengajar mendahului perkembangan kreativitas mereka. Jika guru telah menguasai perilaku dan mencapai hasil tertentu bersama siswa, dia dapat memasukkan aspek kreativitas dengan cara seperti: menempuh jalan pintas dalam pelajaran jika dibutuhkan, memodifikasi urutan presentasi, dan memperluas serta mengintegrasikan hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa di dalam proyek atau kegiatankegiatan lain. Mitos kelima adalah bahwa program pembelajaran langsung hanya sesuai untuk siswa dengan kemampuan rendah. Menanggapi hal ini, Adam dan Engelmann(1996) mengemukakan bahwa pembelajaran langsung diasosiasikan dengan siswa yang demikian karena model tersebut berhasil dan telah digunakan secara luas pada siswa tersebut. Akan tetapi, sebagaimana dijelaskan oleh Adam dan Engelmann(1996), jika suatu model dapat digunakan untuk siswa dengan kemampuan rendah, akan jauh lebih mudah menggunakannya untuk siswa dengan kemampuan tinggi. Demikian juga, fakta yang 8
9 ditunjukkan oleh penelitian bahwa pembelajaran langsung telah mempercepat siswa berkemampuan rendah hingga melampaui siswa berkemampuan tinggi yang menjalani program lain, memberikan tantangan terhadap mitos yang menyatakan bahwa model pembelajaran langsung hanya sesuai untuk siswa berkemampuan rendah. Adam dan Engelmann (1996) mengidentifikasi mitos keenam yaitu bahwa pembelajaran langsung mendorong belajar pasif. Menurut mitos ini, karena pembelajaran langsung memecah keterampilan menjadi langkah-langkah kecil, siswa memiliki ketergantungan pada guru dan tidak berhasil mengembangkan motif belajar mandiri. Adam dan Engelmann (1996) menyanggah bahwa meskipun siswa memiliki ketergantungan pada guru sebagai sumber informasi, belum ada bukti yang mendukung ide bahwa siswa akan kehilangan kemampuan atau semangat untuk belajar mandiri. Mitos ketujuh adalah bahwa pembelajaran langsung mengabaikan perbedaan individu. Adam dan Engelmann (1996) meyakini bahwa model ini tidak mengabaikan perbedaan individu hanya karena model tersebut mengakomodasi siswa dengan kemampuan dan gaya yang beragam. Perbedaan individu justru ditanggapi dengan memberikan tes fungsional yang menentukan ketepatan penempatan siswa dalam program. Lebih lanjut, dinyatakan bahkan untuk siswa yang telah ditempatkan dengan tepat pun, guru masih didorong untuk meragamkan banyaknya kegiatan berdasarkan kinerja siswa. Mitos yang kedelapan yaitu ada kemungkinan untuk menggunakan kegiatan sekolah yang efektif untuk mencapai hasil yang sebaik dengan hasil pembelajaran langsung. Adam dan Engelmann (1996) menjelaskan bahwa aspek pembelajaran langsung seperti tanggapan bersama dan banyaknya pujian sebelumnya telah dikenali sebagai praktek yang efektif. Akan tetapi, aspek pembelajaran langsung yang lain seperti urutan kurikulum dan pembelajaran seringkali diabaikan. Keduanya meyakini bahwa meskipun praktek efektif tersebut mungkin memperbaiki apa yang telah dicapai, tanpa urutan pembelajaran yang sistematis, aspek tersebut tidak akan memberikan hasil yang efektif dan tidak akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Alasannya, menurut Adam dan Engelmann (1996), adalah bahwa urutan kurikulum bertanggung jawab dalam hal beragam konsep dan keterampilan yang akan ditanamkan pada siswa. 9
10 H. Catatan Akhir Pembelajaran langsung adalah model yang mempertahankan paradigma belajar berpusat pada guru. Kritik terhadap model ini yang meluas didasari oleh pemahaman sebagian pakar bahwa seharusnya kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa sebagai subjek belajar. Akan tetapi, berbagai kajian telah menunjukkan bahwa guru yang dinilai berhasil justru banyak menerapkan model formal terstruktur tersebut di dalam kegiatan pembelajarannya. Mitos-mitos yang menyebar di berbagai kalangan tentang pembelajaran langsung banyak disebabkan oleh kekurangpahaman tentang pembelajaran langsung dan keberhasilan yang dicapai dengan menerapkannya di dalam kegiatan pembelajaran. I. Daftar Pustaka Adams, G. L., & Engelmann, S. (1996). Research on Direct Instruction: 25 Years beyond DISTAR. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc. Carnine, D. W., Silbert, J., Kame enui, E. J., & Tarver, S. G. (2004). Direct Instruction Reading: Fourth Edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc. Gervase, S. J. (2005). Reading Mastery: A Descriptive Study of Teachers Attitudes and Perceptions towards Direct Instruction. Thesis tidak dipublikasikan. Graduate College, Bowling Green State University, Iowa, USA. Kardi, S, & Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA University Press. Nur, M. (2005). Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung. Surabaya: Departemen Pendidikan Nasional Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur. 10
BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI Suci Rohayati & Dhiah Fitrayati Universitas Negeri Surabaya senouchi3@gmail.com Abstrak Melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara jenjang pendidikan, pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciMODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA
MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA Nursupiamin * Abstrak: Setiap guru mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengajar. Seorang guru dianggap sukses memotivasi dan mampu mengembangkan prestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO
Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap
Lebih terperinciSaintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?
PENDAHULUAN Tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk merancang suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU Hafizhah Al-Mukarramah*, Erviyenni**, Herdini *** Email : hafizhahibc@gmail.com
Lebih terperinciNina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN Nina Selvizia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan inovatif. Anggapan mengajar sebagai bagian dari suatu seni memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan pada hampir semua mata pelajaran yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciEFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI
EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI Erny Untari Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Ngawi Email : Erny1703@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi akhir-akhir ini arus kemajuan dan tehnologi terasa sangat pesat dan cepat. Manusia terus akan menghadapi dan mengalami berbagai perubahan
Lebih terperinci2 Namun pembelajaran matematika di sekolah memiliki banyak sekali permasalahan. Majid (2007:226) menyatakan bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Lebih terperinciEmiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI AJAR USAHA DAN ENERGI DENGAN METODE PROBLEM POSING DALAM SETTING MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS XI SMAN 4 BANJARMASIN Emiliani Indah Safputri,
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN METODE KUMON PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN DI SMAN-1 KRIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN METODE KUMON PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN DI SMAN-1 KRIAN Ajeng Dewi Arnika 1, Kusrini 2 Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II Zainuddin Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin zainuddin.unlam@gmail.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting, baik bagi perkembangan peradapan manusia, misalnya perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan
Lebih terperinciMateri 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team
Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization
Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup II. HAKIKAT PEMBELAJARAN REMEDIAL A. Pembelajaran Menurut SNP B. Pengertian Pembelajaran Remedial C. Prinsip
Lebih terperinciAbas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar diperlukan metode, pendekatan, tekhnik atau model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106
PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLONG KARANGANYAR. TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG
PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG Angela Merici Fina Indriani SMK Negeri 1 Pamekasan xie_sunset@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan berkualitas dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang penuh dengan persaingan
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI POKOK LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME PRISMA DAN LIMAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI
Lebih terperinciPendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk. keterampilan yang mantap. Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki kemampuan potensi dan kecerdasan emosional yang tinggi serta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan dari penelitian dan berdasarkan hasil serta pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung
58 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciPengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya
Modul Pelatihan Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Kegiatan Belajar 4 Dr. BENNY A. PRI 1 Seri Modul JF-PTP KEGIATAN BELAJAR 4 Perancangan dan Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di tingkat SD adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan atau sekolah dan perlu dipelajari sejak tingkat sekolah dasar karena matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerusakan pendengaran membawa akibat dalam perkembangan bahasa. Selain itu, konsekuensi akibat gangguan pendengaran bagi penderita adalah mengalami kesulitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
Lebih terperinciOleh Saryana PENDAHULUAN
PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal tahun pelajaran 2006/2007 telah diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperjuangkan. Seorang pelajar harus memperjuangkan ilmu, seluruh waktu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup itu berjuang adalah pepatah klasik yang tetap relevan. Banyak makna yang dapat ditafsirkan dari pepatah tersebut. Dalam dunia pendidikan, Samatowa (2009:146)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dapat dimulai dari menganalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia harus mampu untuk menjamin pemerataan pendidikan bagi semua pihak dan semua kalangan secara merata. Pemerataan pendidikan tentunya juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII.2 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII.2 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI NURHAIDA MANURUNG Guru SMP Negeri 5 Kota Tebing Tinggi Email :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 LATAR BELAKANG MAKRO : Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional maupun nasional Kondisi pembelajaran di
Lebih terperinciMATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)
MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 3 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN MENGORGANISASIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah simbol. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara umum, komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahukan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA Jasruddin 1) D. M., Pariabti P. 1), Magfirah 1) Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural
7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Penguasaan Matematika Menurut Mazhab (dalam Uno, 2011 : 126) matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal, sebab matematika bersangkut
Lebih terperinciMODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TUJUAN Mendeskripsikan beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting yaitu menjamin kelangsungan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Dengan pendidikan
Lebih terperinciPardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII MTS AMDA PERCUT SEI TUAN T.A. 2014/2015 Pardomuan N.J.M.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini dunia sedang memasuki era globalisasi yang merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan yang melanda ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan
Lebih terperinciPeningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali
Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali Darwis, Gandung Sugita, Anggraini Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciDisampaikanOleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM
Curiculum Vitae Nama: Sabar Nurohman, M.Pd.Si TTL: Banjarnegara, 21 Juni 1981 Alamat: PuriSakinahA9, Potorono, Banguntapan, Bantul Pendidikan: S1: Pend. FisikaFMIPA UNY S2: Pend. SainsPPS UNY Pekerjaan:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA Djelesia, Mestawaty Ahmad, dan MuchlisDjirimu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu
Lebih terperinci