BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS
|
|
- Vera Rachman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Hakikat Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Pengajaran langsung telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk merujuk pada suatu model pengajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa (Joyce,Weil dan Calhoun, 2009:423). Model pengajaran langsung adalah salah satu metode mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends dalam Trianto, 2009:41). Selain itu model pengajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung (direct instruction) memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Kardi & Nur dalam Trianto, 2009:41): (1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. (2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. (3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. 10
2 11 Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Kardi & Nur dalam Trianto, 2009:42). Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil. Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung (direct instruction) memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya (Kardi dan Nur dalam Trianto, 2009:46). Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan model pengajaran langsung (direct instruction) adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan Tujuan Tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik (Mager dalam Trianto 2009:46). Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga bagian: (1) perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai bukti bahwa tujuan itu telah dicapai; (2) situasi pengetesan, dibawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau diharapkan terjadi; (3) kriteria kinerja, ditetapkan standar atau tingkat kinerja sebagai standar atau tigkat kinerja yang dapat diamati.
3 12 2. Memilih Isi Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku dan buku ajar tertentu. 3. Melakukan Analisis Tugas Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berturutan dengan logis dan tahap demi tahap. 4. Merencanakan Waktu dan Ruang Pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, dan (2) memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat
4 13 untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran. Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya. Pada model pengajaran langsung (direct instruction) terdapat lima fase yang sangat penting(joyce, Weil & Calhoun, 2009:427). Lima aktivitas model pengajaran langsung (direct instruction) adalah : 1. Orientasi Pada tahap ini, kerangka kerja pelajaran dibangun. Selama tahap ini guru menyampaikan tujuan dan keinginannnya, menjelaskan tugastugas yang ada dalam pembelajaran dan menentukan tanggung jawab siswa. Untuk mencapai tujuan dari tahap ini, ada langkah penting yang harus dilakukan guru yakni (1) guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat performa dalam praktek; (2) guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan atau pengalaman sebelumnya; (3) guru mendiskusikan prosedur-prosedur pelajaran yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab siswa selama aktivitas-aktivitas berlangsung. 2. Presentasi (Demonstrasi) Pada tahap presentasi ini guru menjelaskan konsep atau keahlian baru dan memberikan pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus mendiskusikan karakteristikkarakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan pendefinisian dan beberapa contoh. Jika materinya dalah konsep baru, maka hal yang harus disampaikan guru adalah langkah-langkah untuk memiliki konsep tersebut
5 14 dengan menyajikan contoh disetiap langkah. (Kesalahan umum pada bagian ini adalah terlalu sedikitnya pemeragaan yang disajikan). Pada kasus apa pun, akan sangat membantu jika guru mentransfer informasi materi baru, baik secara lisan maupun secara visual, sehingga siswa akan memiliki dan dapat mempelajari representasi visual sebagai referensi dalam awal pembelajaran. Tugas lain guru dalam tahap ini adalah menguji apakah siswa telah memahami informasi baru sebelum mereka mengaplikasikannya dalam tahap praktek. Menguji yang dimaksudkan adalah siswa diharuskan mengingat dan memperhitungkan informasi yang baru saja mereka pelajari. 3. Praktek Terstruktur Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktek dan langkahlangkah di dalamnya. Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respons balik terhadap respons siswa, baik untuk menguatkan respons yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa pada performa praktek yang tepat. Jika guru telah mampu menjalankan fungsi tersebut dengan baik dan bisa memberikan contoh praktek yang benar, bisa dipastikan bahwa siswa akan mampu memahami segala langkah dalam praktek sehingga mereka bisa mengandalkan pengetahuan tersebut sebagai referensi utama sebelum menjalani tahap praktek semi-independen. 4. Praktek Dibawah Bimbingan Pada tahap ini guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktek dengan kemauan mereka sendiri. Praktek dibawah bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk
6 15 mengembangkan kemampuan siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membantu meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan siswa. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa, dan jika dibutuhkan, memberikan respons yang korektif ketika dibutuhkan. 5. Praktek Mandiri Praktek ini dimulai saat siswa telah mencapai level akurasi 85 hingga 90 persen dalam praktek dibawah bimbigan. Tujuan dari praktek mandiri adalah memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktek-praktek sebelumnya. Dalam praktek mandiri, siswa melakukan praktek dengan caranya sendiri tanpa batuan dan respons balik dari guru. Praktek mandiri ini harus ditinjau sesegera mungkin setelah siswa menyelesaikan seluruh proses. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan dan mengetahui apakah level akurasi siswa telah stabil atau tidak, serta untuk memberikan respons balik yang sifatnya korektif diakhir praktek terhadap mereka yang membutuhkannya. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Secara ringkas, sintaks model pengajaran langsung (direct instruction) disajikan dalam tabel sebagai berikut :
7 16 Tabel II.1. Sintaks Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (Orientasi) Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase 2 Guru mendemonstrasikan Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan (Demonstrasi) Fase 3 Membimbing pelatihan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. (Praktek Terstruktur) Fase 4 Mencek pemahaman dan memberikan umpan balik Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. (Praktek Dibawah Bimbingan) Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan (Praktek Mandiri) Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Sumber : Kardi dan Nur dalam Trianto (2009:43)
8 17 Tujuan utama model pengajaran langsung (direct instruction) adalah memaksimalkan waktu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan (Joyce, Weil & Calhoun, 2009:422). Perilaku-perilaku guru yang tampak berhubungan dengan prestasi siswa sesungguhnya juga berhubungan dengan waktu yang dimiliki siswa dan tingkat kesuksesan mereka dalam mengerjakan tugas, yang pada gilirannya juga berhubungan erat dengan prestasi siswa. Oleh karena itulah, perilaku yang berkaitan erat dengan model pengajaran langsung (direct instruction) memang dirancang untuk membuat sebuah lingkungan pendidikan yang berorientasi akademik dan juga terstruktur serta mengharuskan siswa untuk terlibat secara aktif. Adapun lingkungan model pengajaran langsung (direct instruction) adalah tempat di mana pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat di mana siswa terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waaktu tertentu dan mencapai tingkat kesuksesan yang tinggi. Dalam peneltian ini, peneliti lebih condong mengikuti teori dari Joyce, Weil dan Calhoun. Model pengajaran langsung (direct instruction) memiliki beberapa kelebihan ( sebagai berikut: 1. Dengan model pengajaran langsung (direct instruction), guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
9 18 2. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun. 3. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. 4. Model model pengajaran langsung (direct instruction) menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara model ini. 5. Model pengajaran langsung (direct instruction) (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi). 6. Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil. 7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas. 8. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat. 9. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik. 10. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat. 11. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik. 12. Model ini dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
10 Model ini dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur. Selain memiliki kelebihan-kelebihan, pada setiap model pengajaran akan ditemukan keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan model pengajaran langsung (direct instruction), keterbatasan-keterbatasan ini ( adalah sebagai berikut: 1. Model pengajaran langsung (direct instruction) bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. 2. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan model ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat. 3. Model pengajaran langsung (direct instruction) sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. 4. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan
11 20 yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. 5. Model pengajaran langsung (direct instruction) memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini. 6. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri. 7. Karena model pengajaran langsung (direct instruction) melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham. 2. Hakikat Pembelajaran Konvensional Konvensional adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada siswa. Pendekatan pembelajaran konvensional merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Dalam pembelajaran konvensional siswa dipandang sebagai orang yang belum mengetahui apapun dan hanya menerima bahan-bahan yang diberikan oleh guru. Guru adalah orang dewasa yang memiliki pengetahuan dan wewenang untuk menyampaikan pengetahuan itu kepada siswanya.
12 21 Pembelajaran Konvensional merupakan metode pembelajaran yang menggunakan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, dalam arti guru sebagai pemegang kendali dan kontrol dalam penetapan isi, metode pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa (Nawawi dalam Situmorang, 2010). Metode yang dilakukan dalam konvensional secara umum dilakukan dengan ceramah, kemudian beberapa variasi diantaranya tanya jawab dan penugasan. Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan menulis pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah dan terbatas pada apa yang dikuasai guru, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru. Sifat-sifat pembelajaran konvensional menurut Massofa dalam Situmorang (2010): 1. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok 2. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan pemborong. 3. Kelompok belajar biasanya homogen. 4. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. 5. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. 6. Pemantuan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
13 22 7. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Dalam penelitian ini, pembelajaran konvensional yang dimaksudkan merupakan pembelajaran yang diterapkan guru sebelum diterapkannya model pengajaran langsung. Dimana proses pembelajran yang dilaksanakan yaitu guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dari depan ruang praktek, lalu membagikan job sheet kepada siswa dan kemudian menyuruh siswa mengerjakan apa yang telah diajarkan dengan memperhatikan kembali instruksi yang ada di lembar kerja (job sheet). Setelah itu guru memperhatikan siswa dari depan ruang praktek dan sesekali mendampingi siswa dalam mengerjakan prakteknya. 3. Hakikat Praktek Kerja Batu Memasang Sudut Siku-Siku Dua Tembok Dengan Tebal ½ Bata Dan Memasang Pertemuan Siku-Siku Dua Tembok Dengan Tebal ½ Bata Pada umumnya, didalam melaksanakan pekerjaan suatu bangunan terutama dalam bangunan gedung, dikenal berbagai macam jenis pekerjaan, antara lain pekerjaan: (1) batu, (2) beton, (3) baja, (4) kayu, (5) instalasi air, (6) instalasi penerangan, (7) halaman dan sebagainya. Pekerjaan batu meliputi semua kegiatan pekerjaan yang menggunakan bahan dari batu atau semua pekerjaan yang ada hubungannya dengan batu, misalnya: (1) pengukuran, meliputi menentukan garis-daftar antara dua buah patok, menentukan sudut siku-siku antara dua buah garis dengan sistem tiga patok langsung, menentukan sudut siku antara dua buah garis dengan sistem benang silang atau sistem patok sementara, menentukan as pasangan dan memasang
14 23 papan bangunan; (2) pasangan, meliputi pekerjaan pasangan pondasi (mencakup membuat galian tanah untuk lubang pasangan pondasi, memasang profil untuk pemasangan pondasi, memasang pondasi batu kali, memasang pondasi pasangan bata dan memasang bata tegak muka), pekerjaan pasangan tembok (mencakup memasang profil untuk pasangan tembok, pemasangan kosen pintu, pemasangan kosen jendela, pasangan tembok bata, tembok pasangan bata-tras-kapur, pekerjaan pemasangan perancah, pasangan bata tegak muka, pekerjaan pasangan kisi beton); (3) pekerjaan perapihan (mencakup plesteraan tembok, plesteran tepi tegak, pekerjaan menghaluskan plesteran, pengapuran dan pengecatan) dan lain-lain tergabung pada macam bangunan (Depdikbud 1980:1). Pada mata pelajaran praktek kerja batu terdapat materi pasangan tembok yang salah satu diantaranya pasangan tembok bata. Pasangan tembok bata juga terbagi atas beberapa submateri antara lain memasang sudut siku-siku dua tembok dengan tebal ½ bata dan memasang pertemuan siku-siku dua tembok dengan tebal ½ bata. Dalam submateri memasang sudut siku-siku dua tembok dengan tebal ½ bata memiliki dua lapisan untuk penyusunannya yaitu: (1) Lapis I dari tembok 1 berupa lapis bujur yang tegak lurus dengan tembok 2; (2) lapis II dari tembok 1 berupa lapis kepala yang dipasang di sisi pasangan tembok 2, yang terdiri dari lapis bujur yang didahului dengan ½ bata (Depdikbud 1981: 53).
15 26 (Anthony Robins dalam Trianto, 2009:15). Makna belajar dalam hal ini, bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui, tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bhaan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi) (Sagala, 2003:11). Belajar didefinisikan secara lebih lengkap, belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir (Slavin dalam Trianto, 2009:16). Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan proses belajar akan menyebabkan perubahan pada diri individu dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap sesuatu keadaan yang lebih baik, yang mengacu kepada tingkat keberhasilan belajar yang diorientasikan pada hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena seseorang tersebut mencapai penguasaan atau sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar (Purwanto
16 :46). Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun motorik. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengukur hasil belajar seseorang, harus ada suatu alat pengukur. Alat atau prosedur yang digunakan disebut tes. Tes dapat berupa tugas-tugas yang harus dilaksanakan, pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal yang harus dijawab. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai suatu program pengajaran. Skor yang diperoleh mencerminkan adanya perbedaan tingkat kemampuan. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kompetensi kejuruan yaitu suatu penilaian dari hasil usaha yang dicapai siswa dari suatu kegiatan praktek kerja batu dalam memasang sudut dan pertemuan siku-siku dua tembok dengan tebal ½ bata yang dilakukan dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka. B. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Batu Memasang Sudut Dan Pertemuan Siku-Siku Dua Tembok Dengan Tebal ½ Bata Guru harus mengerti model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajar dan mendidik siswa agar siswa tersebut dapat lebih cepat menangkap
17 28 dan memahami apa yang diajarkan kepadanya, dengan demikian dapat mempengaruhi hasil belajarnya kelak. Dalam hal ini sebaiknya digunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat merangsang siswa untuk berfikir kreatif dan kritis bukan pembelajaran yang membuat siswa bosan dan pasif. Dengan pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar diharapkan juga siswa dapat bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Selama ini model yang digunakan adalah pembelajaran konvensional dimana guru hanya sebatas menjelaskan materi pelajaran yang akan dipraktekkan tanpa melakukan demonstrasi terlebih dahulu, lalu membagi siswa dalam kelompok dan kemudian menyuruh siswa melakukan prakteknya sendiri sesuai kelompok masing-masing. Guru hanya sesekali memperhatikan praktek yang dilakukan siswa. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Hal ini tentu membuat siswa menjadi kurang aktif dan dapat mempengaruhi hasil belajarnya. 2. Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Batu Memasang Sudut Siku-Siku Dua Tembok Dengan Tebal ½ Bata Dan Memasang Pertemuan Siku-Siku Dua Tembok Dengan Tebal ½ Bata Keberhasilan proses belajar mengajar diukur dari hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar siswa dapat dilihat dengan adanya perubahan perilaku siswa tersebut. Belum maksimalnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya cara guru mengajar. Seorang guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang kondusif dan harus dapat memilih cara yang
18 29 harus digunakan guru tersebut selama mengajar. Agar siswa tetap fokus pada materi yang diajarkan dan tidak merasa jenuh selama proses belajar mengajar berlangsung. Proses belajar yang dilakukan bertujuan agar siswa menguasai, memahami pelajaran yang diberikan guru, dan tetap berperan di dalam proses belajar, maka dalam hal ini guru harus dapat memilih cara mengajar yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Praktek kerja batu merupakan mata pelajaran produktif dari program keahlian teknik konstruksi batu dan beton. Tentunya siswa diharapkan benarbenar memahami dan menguasai pelajaran ini. Selama mengikuti pelajaran praktek kerja batu, siswa harus mengikuti langkah-langkah praktek pekerjaan yang sudah diajarkan guru dan juga tersedia didalam lembar kerja (job sheet). Model pengajaran langsung (direct instruction) merupakan salah satu model pengajaran yang cocok untuk mata pelajaran praktek kerja batu. Hal ini dikarenakan, dengan menggunakan model pengajaran langsung (direct instruction) siswa dapat terlatih untuk melakukan suatu praktek dengan mengalami tiga proses praktek dari model ini. Adapun langkah-langkah dalam model pengajaran langsung (direct instruction) adalah sebagai berikut: (1) orientasi, (2) presentasi, (3) praktek tersturktur, (4) praktek dibawah bimbingan dan (5) praktek mandiri. Sedangkan pada proses pembelajaran praktek kerja batu memasang sudut dan pertemuan siku-siku dua tembok dengan tebal ½ bata mengarah pada ranah psikomotor, dimana siswa langsung dihadapkan pada praktek pasangan sudut dan pertemuan siku-siku dua tembok dengan tebal ½ bata. Pada praktek ini guru melakukan (1)
19 30 penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan mteri yang akan diajarkan, (2) penjelasan langkah-langkah praktek yang harus dilakukan (demonstrasi), (3) menuntun praktek terstruktur dalam beberapa langkah dan member koreksi terhadap kesalahan, (4) memperhatikan siswa yang melakukan praktek secara satu persatu dan memberikan respons balik, (5) memberi materi untuk praktek mandiri siswa dan menilai hasil dari praktek mandiri yang telah selesai dikerjakan siswa. Berdasarkan uraian diatas, dapat diduga bahwa model pengajaran langsung (direct instruction) dapat memberi pengaruh yang lebih tinggi terhadap hasil belajar praktek kerja batu siswa. C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, kerangka teoritis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah hasil belajar praktek kerja batu siswa kelas X SMK Negeri 2 Medan Tahun Ajaran 2011/2012 lebih tinggi dengan menggunakan model pengajaran langsung (direct instruction) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (pembelajaran yang selama ini dipergunakan oleh guru).
II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah
BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia
BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya
BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TUJUAN Mendeskripsikan beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2011: 22-31), membagi hasil belajar. menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2011: 22-31), membagi hasil
BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian tentang hal tersebut adalah sebagai berikut. SMP N 1 Suwawa. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Penelitian tentang pengajaran puisi sudah banyak dilakukan. Adapun penelitian tentang hal tersebut adalah sebagai berikut. 1) Penelitian yang dilakukan
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan
71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan
BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tuntutan era globalisasi saat ini adalah kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu berkompetisi
BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan
II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif
Jurnal Matematika Vol. 3 No. 2, Desember 2013. ISSN: 1693-1394 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Tri Wahyuningsih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu modal bangsa dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Menurut Sukardjo dan Kamarudin (2009: 83) bahwa, Pendidikan
ENDANG SARINI
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG ( DIRECT INSTRUCTION ) PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 04 WANARATA TAHUN
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan
MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA
MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA Nursupiamin * Abstrak: Setiap guru mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengajar. Seorang guru dianggap sukses memotivasi dan mampu mengembangkan prestasi
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016,
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 951-956 Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajarkan suatu keterampilan pada siswa yaitu model pembelajaran langsung.
I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran berasal dari kata ajar yang mendapat awalan ber dan akhiran an sehingga menjadi pembelajaran. Dilihat dari segi arti kata, kata pembelajaran
Pembelajaran Langsung: Mempertahankan Paradigma Pembelajaran Berpusat pada Guru. Sabri 1
Pembelajaran Langsung: Mempertahankan Paradigma Pembelajaran Berpusat pada Guru Sabri 1 Abstrak: Rancangan model pembelajaran langsung secara khusus ditujukan untuk mengajarkan pengetahuan prosedural dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan inovatif. Anggapan mengajar sebagai bagian dari suatu seni memang
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar diperlukan metode, pendekatan, tekhnik atau model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai
BAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Keaktifan Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:114-115) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari keadaan fisik yang mudah diamati
BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam
BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat
6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber
II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah
BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.
BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri
BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal penting dan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia internasional.
BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan pengetahuan dan pendidikan agar dapat memberi kemudahan bagi anak didik dalam mengikuti kemajuan
Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 2 PADA KOMPETENSI DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JASA DI SMA NEGERI 18 SURABAYA Agung Listiadi
Kelas : Waktu : Hari/ tanggal : Nama Guru : A. TINDAK MENGAJAR A. TINDAK BELAJAR A. PENARIKAN MAKNA. Pengamat (NOVIANA RAHMAWATI) NIM.
90 CATATAN OBSERVASI PENDAHULUAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSTRUKSI LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA (PTK bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMPIT Nur Hidayah Surakarta
PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG
PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG Angela Merici Fina Indriani SMK Negeri 1 Pamekasan xie_sunset@yahoo.com
BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia, bangsa yang mengalami pembangunan secara terus menerus dalam berbagai aspek kehidupan. Faktor penunjang keberhasilan pembangunan adalah pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Media pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut terutama disebabkan adanya perkembangan teknologi
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN
p-issn 5-73X e-issn30-765 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN Asneli Lubis Jurusan Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu tergantung pada kualitas pendidikannya. Bidang
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MOTIVASI PEMBELAJARAN KIMIA SISWA KELAS X DI MAN 2 WATES MELALUI SISTEM KONTRAK NILAI
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MOTIVASI PEMBELAJARAN KIMIA SISWA KELAS X DI MAN 2 WATES MELALUI SISTEM KONTRAK NILAI Oleh: MERRY NIRWANA RINI, M.Pd MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 WATES KULON PROGO YOGYAKARTA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan
I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
BAB I PENDAHULUAN. mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktivitas dalam mendidik yang
2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru fisika mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep
BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung
58 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang dipakai dalam pendidikan matematika
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut pendidikan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Sejalan dengan hal itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan serta kemajuan di sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Perkembangan kemajuan ini ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN. upaya pendidikan yaitu: siswa, pendidik, dan tujuan pendidikan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 ini, pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Indonesia sebagai negara konstitusional mengatur pendidikan dalam Undang- Undang
2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Matematika Menurut Johnson dan Rising (Suherman, 2001: 19) matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Karena, pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting. Matematika berbeda dengan ilmu lain. Meteri matematika bersifat kreatif, menarik
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku
BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu langkah yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan meningkatkan mutu
II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU Hafizhah Al-Mukarramah*, Erviyenni**, Herdini *** Email : hafizhahibc@gmail.com
BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar,
BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum
II. TINJAUAN PUSTAKA
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. matematis siswa perlu adanya suatu bentuk latihan-latihan matematis yang
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Dalam pembelajaran matematika untuk dapat mengembangkan pola pikir matematis siswa perlu adanya suatu bentuk latihan-latihan
MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan
MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa
BAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan
BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK
BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA. Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Peraihan Konsep Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model pencapaian konsep. Model peraihan konsep mula-mula didesain oleh Joice
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dengan landasan bola pada lapangan tim lain. Bola voli dapat juga sebagai gaya
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis 1. Bola Voli Bola voli adalah sebuah olahraga di mana dua tim yang terdiri dari enam pemain yang dipisahkan oleh jaring/net. Setiap tim
PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI
PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com
BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi
ABSTRAK. Dengan membandingkan harga ini pada tabel, dengan dk = 58, diperoleh
ABSTRAK Vivi Mahrani Tarigan. 100511375. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Dan Model Pembelajaran Investigasi Pada Materi Statistika Kelas
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan
II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan yaitu pembelajaran tematik terpadu.
TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University
PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk