HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PADA IBU NIFAS UNTUK MENYUSUI BAYINYA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (Studi Di BPS Yuliana, Amd. Keb. Kabupaten Lamongan 2016)

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

Nisa khoiriah INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

BAB III METODE PENELITIAN. selama lebih kurang 1 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2013.

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 1-2 TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif analitik yaitu

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kemandirian personal higiene pada anak usia 6-12 tahun di panti asuhan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat.

BAB III METODE PENELITIAN. independen (tingkat pengetahuan) dan variabel dependen (penerapan toilet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI POST PARTUM TERHADAP SIKAP IBU POST PARTUM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN K4 DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA. Kiftiyah

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KETERATURANANTENATAL CAREPADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PIJAT BAYI DI BPS SUHARTATIK DESA KALIWATES KEMBANGBAHU

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN RISIKO JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH DI RW.06

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas (Nugroho,

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN GIGI ANAK USIA PRA SEKOLAH

Fajarina Lathu INTISARI

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Analitik bertujuan mencari hubungan pengetahuan dan

BAB III METODE PENELITIAN

Dian Hidayatul C, Dian Nur Afifah, Arifal Aris

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Banjaran untuk mengambil sampel yang dimulai dari survey pendahuluan sampai

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI TT DENGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI TT DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH Erwin Yektiningsih*, Mujid Saroji** *) Dosen Akper Pamenang Pare- Kediri **) Perawat Puskesmas Ngancar Kab. Kediri Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyaknya ditemukan masalah kejadian jatuh pada lansia bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang pencegahan resiko cidera jatuh pada lansia terutama di kalangan keluarga yang merupakan pengasuh lansia. Mereka menganggap bahwa selama lansia tidak sakit berarti lansia tidak akan mengalami kejadian jatuh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, dengan populasinya 125 keluarga yang mempunyai lansia. Sampel sebanyak 40 responden dan pengambilan sampel degan cara simple random sampling. Adapun variabel penelitian terdiri dari 2 variable. Variable independent yaitu pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia dengan menggunakan instrument kuesioner, dan variable dependennya yaitu kejadian jatuh pada lansia degan instrument kuesioner. Hasil penelitian keluarga berpengetahuan baik sekali 8 responden (), baik 15 responden (37,5%), cukup 8 responden (), dan kurang 9 responden (22,5%). Dan kejadian jatuh, tidak pernah jatuh 21 respoden (52,5%), jatuh 1 kali 11 responden (27,5%), dan jatuh lebih dari 1 kali 8 responden (20). Dari uji Spearman Rank didapatkan nilai signifikan 0,000 > 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cidera pada lansia terhadap kejadian jatuh. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera pada lansia sangat penting dimiliki oleh keluarga yang mempunyai lansia agar bisa memberikan asuhan yang tepat pada lansia teutama dalam pencegahan jatuhnya. Tetapi pengetahuan keluarga bukanlah semata-mata faktor yang mutlak mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Karena ada banyak faktor lain seperti pengalaman, lingkungan, dan lain-lain. Kata Kunci : Keluarga, Jatuh, Lansia. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia. Makin panjang usia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang lanjut usia yang selanjutnya disebut lansia, mengalami kemunduran fungsi alat tubuh, atau disebut juga dengan proses degeneratif. Orang lansia akan terlihat dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan mata, tidak dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah, rambut menipis dan memutih, mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang (Fitriani Erda, 2009). Memang tidak bisa dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Biasanya dari perubahan tersebut mengakibatkan gangguan keseimbangan, nyeri-nyeri sendi, sehingga mudah jatuh (Nugroho Wayudi, 2000). Pengetahuan perawatan keluarga pada lansia saat ini sudah baik, namun ada juga yang masih belum mengerti tentang bagaimana cara merawat lansia yang baik di rumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; umur dari lansia, tingkat pendidikan keluarga, status ekonomi serta hubungan lansia dengan keluarga (Astutik Windri, 2005). Kemungkinan jatuh banyak terjadi pada lansia. Kira-kira 30% orang-orang yang berumur diatas 65 tahun pernah mengalami jatuh setiap tahunnya dan separuhnya pernah roboh lebih dari sekali (Clemson, 2005). Menurut Endah dari Nusantara Medical Center, pada tahun 2006 jumlah lansia di Indonesia 18,7 juta jiwa ( 8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Jurnal AKP 47

Statistik (BPS) provinsi Jawa Timur tahun 2007 jumlah lansia di Jawa Timur mencapai 4.209.817 jiwa atau (11,14%) dari jumlah penduduk di jawa timur yang berjumlah 37.794.003 jiwa (Reyd ra, 2009). Menurut dinas sosial, 2008 jumlah lansia di Kediri mencapai 6.302 jiwa. Dan jumlah lansia di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar berjumlah 350 jiwa dengan usia di atas 60 tahun dari jumlah keseluruhan penduduk 4176 jiwa. Dari studi awal di Desa Sempu didapatkan 10 keluarga yang mempunyai lansia ada 4 keluarga yang pernah mengalami jatuh. Jatuh sering kali dialami oleh para lansia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik(dari dalam lansia) misalnya: kaku sendi, lemah otot, maupun faktor ekstrinsik misalnya: tersandung bendabenda,cahaya kurang terang dan sebagainya (Nugroho Wayudi, 2000).Karena secara umum lansia mengalami penurunan fisik, maka dari perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan bergerak, keseimbangan terganggu sehingga mudah jatuh. Selain itu faktor gizi juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan lansia. Dimana kebutuhan gizi pada lansia merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia biologis (Nugroho Wayudi, 2000). Selain itu kurang gerak juga bisa menyebabkan jatuh, karena dengan kurang gerak metabolisme tubuh terganggu. Oleh karena itu lansia harus di cegah agar tidak jatuh dengan cara mengantisipasi hal-hal yang dapat mengakibatkan lansia itu jatuh. Misalnya; pasang pegangan tangan di kamar mandi dan di tangga, mengupayakan lantai bersih, tidak licin, rata dan basah, dan masih banyak cara lainnya (Nugroho Wayudi, 2000). Dengan keadaan internal tersebut diatas tidak dapat dicegah atau dihindari tetapi merawat serta memotivasi lansia agar tidak cedera atau jatuh, maka perlu meningkatkan pengetahuan keluarga maupun lansia. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan lansia tentang alat bantu yang digunakan untuk mencegah cedera jatuh misalnya tongkat dan kursi roda. Dan juga merenovasi lingkungan untuk mencegah cedera jatuh. Sehingga kejadian jatuh dapat dihindarkan. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh yang dilakukan di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. 2. Tujuan Khusus a. Mengidintifikasi pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia. b. Mengidentifikasi kejadian jatuh pada lansia. c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko cedera khususnya jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek peneliti diamati pada waktu yang sama. Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera khususnya jatuh pada lansia sebagai variabel independen dan kejadian jatuh pada lansia sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri mulai tanggal 15 April 15 Mei 2010. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga yang mempunyai lansia di desa Sempu, kecamatan Ngancar yang berjumlah 125 keluarga, dengan teknik simple random sampling, sehingga Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Resiko Cedera Khususnya Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh... 48

jumlah sampelnya adalah sejumlah 95. Pengumpulan data dilakukan dengan mengundi responden yang mempunyai lansia dari setiap RW yang terdiri dari 6 RW. Kemudian mendatangi rumah dan mengumpulkan data dengan koesioner sebagai subyek penelitian yaitu keluarga yang mempunyai lansia di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Alat pengumpul data adalah berupa lembar kuesioner yang berisi pertanyaan yang harus diisi oleh keluarga. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang ( ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang ( ), mengisi kode angka, serta menjawab pertanyaan yang telah disediakan. ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang (Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu reponden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner pertama yang terdiri dari 18 pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban Ya atau Tidak dengan memberi tanda cawang ( ) untuk jawaban yang benar. Untuk kuesioner yang selanjutnya reponden memberi tanda cawang ( ), mengisi kode angka, serta menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Pengolahan data terdiri atas kegiatan editing, yaitu kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi, dalam kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian; Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden macam-macamnya dengan menandai kode pada masing-masing jawaban. Scoring;adalah pemberian skor atau nilai terhadap bagian-bagian yang perlu diberi skor; dan Tabulating, yaitu penyusunan data dalam bentuk tabel. Tabel bervariasi adalah suatu tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara silang. Setelah dilakukan langkahlangkah di atas kemudian dilakukan analisis data berdasarkan kajian teori untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia terhadap kejadiaan jatuh, dengan menggunakan uji statistik Spearman s Rank yang dilakukan dengan computer SPSS 11.0 for windows dengan dicari koefisien asosiasi dengan P value taraf signifikasi α 0,05 setelah data dimasukkan ke dalam komputer nilai koefisiensi asosiasi P value kemudian dibandingkan dengan nilai α 0,05 jika koefisiensi assosiasi P value α 0,05 Hasil Penelitian A. Distribusi Hasil Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Pada Lansia 22,5% 20 % 37,5% Baik Sekali Baik Cukup Kurang Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga yang tinggal dengan lansia yang paling banyak adalah pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 responden (37,5%). Dan paling sedikit adalah pengetahuan cukup yaitu sebanyak 5 responden (12,5%). B. Distribusi Frekwensi Jatuh Pada Lansia 27,5% 52,5% Tidak Pernah 1 Kali > 1 Kali Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden tidak pernah jatuh dan sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 Jurnal AKP 49

responden (27,5%) dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (). C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Resiko Cidera Jatuh Pada Lansia Total Baik sekali Baik Cukup Kurang Tdk pernah 7 17,5% 13 32,5% 0 0% 1 2.5% 21 52,5% Kejadian Jatuh 1 kali 1 2,5% 2 5.0% 4 10.0% 4 10% 11 27.5% >1 kali 0 0% 0 0% 1 2,5% 7 17.5 % 8 Total % 8 15 37,5% 5 12.5% 12 30% 40 100% Berdasarkan diatas bahwa dari 40 responden yang diteliti menunjukkan keluarga yang berpengetahuan baik sekali sebanyak 8 responden sebanyak 7 responden (17,5%), 1 kali jat uh sebanyak 1 responden (2,5%), keluarga berpengetahuan baik sebanyak 15 responden sebanyak 13 responden (32,5%), 1 kali jatuh sebanyak 2 responden (5%), keluarga yang berpengetahuan cukup sebanyak 5 responden dengan tingkat kejadian jatuh 1 kali jatuh sebanyak 4 responden (10%), dan lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), dan keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 1 responden (2,5%), 1 kali jatuh sebanyak 4 responden (10%), lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 7 responden (17,5%). Sedangkan dari uji statistik Spearman s Rank hasil p value (0,000) > α (0,05) sehingga Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan resiko cedera pada lansia (di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri 2010). Dengan tingkat korelasi 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat) berarti semakin baik pengetahuan, maka kejadian jatuh semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan, maka kejadian jatuh semakin meningkat. Pembahasan A. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cidera Pada Lansia Dari data penelitian didapatkan pengetahuan keluarga yang paling banyak yaitu pengetahuan baik yaitu sebanyak 15 responden (37,5%), dan pengetahuan keluarga yang paling sedikit yaitu pengetahuan cukup yaitu 5 responden (12,5%). Dan dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden yang berpendidikan SD dan sebagian kecil yaitu 10 % atau 4 responden berpendidikan SMA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaaan suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo, bahwa semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin mengurangi kejadian jatuh pada lansia. Dan menurut Arikunto tahun 2000 faktorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor pendidikan, umur, penyuluhan, dan media masa. Dari data diatas menunjukkan bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah adanya informasi non formal seperti penyuluhan di Desa, dari televisi, membaca koran. Tingkatan pendidikan tidak mutlak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang pencegahan resiko cedera pada lansia yang diberikan kepada para keluarga dengan berbagai tingkat pendidikan. Para keluarga dengan pendidikan SD sebanyak 21 responden (52,5%) sebagian besar mendapat hasil skor pengetahuan cukup yaitu sebanyak 8 responden (),pengetahuan baik sekali sebanyak 4 responden (10%), pengetahuan baik sebanyak 5 responden (12,5%), dan pengetahuan cukup sebanyak 4 responden (10%). Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti pengalaman keluarga dan lamanya keluarga tinggal dengan lansia. Seorang keluarga yang telah tinggal bersama lansia lebih dari 3 bulan, tentunya memiliki pengalaman yang lebih Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Resiko Cedera Khususnya Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh... 50

banyak tentang cara mengasuh dan merawat lansia termasuk tentang upaya pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia. Untuk itu keluarga sebaiknya meningkatkan pengetahuannya tentang tata cara merawat lansia dan juga mengantisipasi serta memberi semangat agar lansia tidak mengalami jatuh. Pengetahuan tidak hanya melalui pendidikan tetapi bisa dari pengalaman, penyuluhan dari tim kesehatan, media massa, dan masih banyak sumber informasi lainnya. B. Kejadian jatuh pada lansia di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Dari data penelitian didapatkan bahwa dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52,5 % atau 21 responden tidak pernah jatuh dan sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 responden (27,5%) dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (). Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996). Hal ini dipengaruhi oleh faktor host (diri lansia), aktivitas, lingkungan, dan obatobatan. Dari data diatas menunjukkan bahwa kejadian jatuh dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain karena keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 17 responden (42,5%), maka waktu yang dimiliki untuk memperhatikan lansia kurang, khususnya dalam merawat lansia,karena itu kejadian jatuh pada lansia sering terjadi. Maka untuk mencegah jatuh pada lansia ada beberapa hal antara lain : a.mengidentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan serta mengatasi faktor lingkungan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, koordinasi keseimbangan; b. Anggota keluarga dianjurkan agar mengunjungi penderita secara rutin, mengamati kemampuan dan keseimbangan jalan, berjalan bersama, dan membantu stabilitas; c. Memperbaiki kondisi lingkugan yang dianggap tidak nyaman, misalnya pindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (sta bil, ketnggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga); d. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru. Jika keadaan lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan. Pelan-pelan jika merubah posisi. Jika perlu pakai kaos kaki. Untuk itu maka keluarga lansia sebaiknya mengantisipasi dengan beberepa pencegahan diatas, dan juga meluangkan waktu untuk memperhatikan lansia, khususnya dalam merawat lansia, karena itu bisa meminimalisir kejadian jatuh pada lansia. C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Resiko Cedera Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh Berdasarkan data tabel diatas bahwa dari 40 responden yang diteliti menunjukkan keluarga yang berpengetahuan baik sekali sebanyak 8 responden dengan tingkat kejadian jatuh tidak pernah sebanyak 7 responden (17,5%), 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), keluarga berpengetahuan baik sebanyak 15 responden sebanyak 13 responden (32,5%), 1 kali jatuh sebanyak 2 responden (5%), keluarga yang berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden sebanyak 1 responden (2,5%), 1 kali jatuh sebanyak 6 responden (15%), dan lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 1 responden (2,5%), dan keluarga yang berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden dengan tingkat kejadian jatuh 1 kali jatuh sebanyak 3 responden (7,5%), lebih dari 1 kali jatuh sebanyak 6 responden (15%). Sedangkan dari uji statistik Spearman s Rank menggunakan komputer dengan menggunakan SPSS hasi p value = 0,000 dibandingkan dengan α =0,05, maka p value < α sehingga Ho ditolak, berarti ada hubugan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian jatuh (Di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2010). Dengan tingkat korelasi 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat) berarti semakin baik pengetahuan keluarga, maka kejadian jatuh pada lansia semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan keluarga, maka kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat.. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat Jurnal AKP 51

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Reuben tahun 1996 faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia antara lain faktor host (diri lansia), aktivitas, lingkungan dan obat-obatan. Dari hasil pengujian hubungan antara dua variabel didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera pada lansia memberikan pengaruh terhadap kejadian jatuh pada lansia. Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah pendidikan keluarga yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 21 responden (52,5%) dan yang paling banyak bekerja sebagai petani sebanyak 17 responden (42,5%). Pendidikan SD merupakan pendidikan dasar oleh sebab itu untuk menyerap informasi lemah. Sehingga walapun diberikan informasi atau penyuluhan tetap sulit untuk menerimanya. Menurut Notoatmodjo, bahwa semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin mengurangi kejadian jatuh pada lansia karena mereka sudah mendapatkan informasi yang baik tetapi pengetahuan keluarga bukanlah sesuatu yang mutlak mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Karena terdapat faktorfaktor lain misalnya kejadian jatuh yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang memberikan pengaruh yang negatif bagi kejadian jatuh pada lansia, oleh karena itu diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar yaitu asah, asih dan asuh, seperti nutrisi yang cukup dan seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, hygiene diri dan lingkungan, kesehatan jasmani, kasih sayang keluarga, rasa aman dan dukungan atau dorongan. Beberapa faktor diatas tidak diteliti dalam penelitian ini, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Kesimpulan 1. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera didapatkan pengetahuan baik sekali 8 responden (), pengetahuan baik 15 responden (37,5%), pengetahuan cukup 5 responden (12,5%), dan pengetahuan kurang 12 responden (30%). 2. Kejadian jatuh pada lansia didapatkan dari 40 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 52 % atau 21 responden tidak pernah jatuh, sisanya yaitu 1 kali jatuh 11 responden (28%), dan lebih dari 1 kali jatuh yaitu 8 responden (). 3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan resiko cedera pada lansia dengan hasil p value (0,000) > α (0,05) sehingga Ho ditolak. Tingkat korelasi - 0,794, jadi tingkat kemaknaan hubungan negatif (kuat), berarti semakin baik pengetahuan keluarga kejadian jatuh pada lansia semakin berkurang, dan apabila semakin kurang pengetahuan keluarga kejadian jatuh semakin meningkat. Saran 1. Untuk Pendidikan Merupakan masukan sekaligus bahan dokumenter ilmiah dalam pengembangan Akademi Keperawatan. 2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan seluruh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga yang mempunyai lansia tentang pencegahan resiko cedera jatuh dan mengurangi kejadian jatuh pada lansia. 3. Bagi Responden Dapat menambah pengetahuan tentang pencegahan resiko cedera jatuh pada lansia dan beberapa penanganannya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai informasi untuk meneliti dengan variabel lain yang lebih luas dan sample yang lebih banyak tidak hanya di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tetapi keseluruhan keluarga yang tinggal bersama dengan lansia. DAFTAR PUSTAKA Astutik Windri. 2005. Perawatan Keluarga Pada Lansia. http:www.google.com/localhost/i:/ (di download Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Alimul Aziz, H. 2007. Riset Keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Upaya Pencegahan Resiko Cedera Khususnya Jatuh Pada Lansia Terhadap Kejadian Jatuh... 52

Beare, Stanley. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik 2. Jakarta: EGC Carpenito Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta:EGC Clemson. 2005. Jatuh Pada Lansia. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Efendi Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Friedman M. Marlyn. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Fitriani Erda. 2009. Masalah Fisik Yang Sering Ditemukan Pada Lansia. Marlyn Dongoes, dkk.1998. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC Muchtar Rustam.(2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Log cid, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Nursalam, Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto Reydra. 2009. Jumlah Lansia. Suseno Probo. 2009. Jatuh Pada Lansia. Jurnal AKP 53