BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, lembaga keuangan berperan aktif dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa sebuah Negara telah memiliki kemajuan pola pikir tentang uang serta pengalokasiannya adalah dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana perekononomian kini yang semakin modern, maka diperlukannya peran lembaga keuangan untuk menopang perekonomian tersebut. Fungsi dan peranan lembaga keuangan dalam perekonomian sangat dibutuhkan, pada tingkat ekonomi mikro kehadiran lembaga-lembaga keuangan akan meningkatkan kemampuan individu, khususnya rumah tangga dan perusahaan untuk mengoptimalkan diri dengan memanfaatkan sumber daya keuangan. Pada tingkat makro lembaga-lembaga keuangan merupakan sarana pemerintah dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi, khususnya kebijakan moneter. Dengan adanya lembaga keuangan, maka masyarakat akan lebih mudah merespon setiap kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah. Berkembangnya lembaga-lembaga keuangan non bank di pedesaan juga sangat membantu masyarakat desa untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian desa. Pelayanan jasa keuangan masyarakat di desa dilakukan oleh lembaga-lembaga, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), koperasi dan pegadaian (Damayanthi, 2011). 1
Dalam meningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya dalam wilayah pedesaan, perlu mendapat atensi khusus serta dukungan dari masyarakat desa dan tentunya pemerintah setempat. Perlunya sarana dan prasarana pendukung yang ada di desa seperti lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga penyedia dana yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit, dengan kemudahan persyaratan, cepat dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Lembaga keuangan ini nantinya diharapkan dapat lebih meningkatkan produktivitas kerja dalam mewujudkan tingkat kesejahteraan dan kemandirian masyarakat desa yang lebih baik. Dukungan pemerintah dalam pembangunan desa, memberikan posisi kepada desa adat dalam bentuk lembaga keuangan yang disebut dengan LPD (Lembaga Perkreditan Desa). Berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2003, LPD merupakan Lembaga Perkreditan Desa di Desa Pakraman dalam wilayah Provinsi Bali. LPD berfungsi sebagai salah satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat-surat, menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Peran LPD disini sangat penting dalam upaya mewujudkan pembangunan desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan kehidupan masyarakat yang mandiri serta mewujudkan pertumbuhan usaha mikro dalam wilayah pedesaan. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebagai lembaga keuangan yang melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat beroperasi pada suatu wilayah administrasi desa adat dengan dasar kekeluargaan antar warga desa. Dengan mengandalkan jumlah 2
warga desa dan ikatan kekeluargaan yang erat dalam desa LPD terus mengembangkan lembaganya. Pertamawati (2008:66) mengatakan bahwa melalui LPD diharapkan masyarakat pada umumnya dan pengusaha industri kecil pada khususnya, memiliki kesempatan untuk menikmati sarana moneter secara sehat dan dengan pertimbangan ekonomi yang matang, serta LPD dapat bertindak sebagai perpanjangan keuangan desa, yang pada gilirannya dapat dapat memperbaiki pemberdayaan masyarakat Desa Adat. Menurut Ramantha (2006:50), timbulnya kredit-kredit macet biasanya disebabkan oleh beberapa alasan yaitu: 1) Penilaian kredit yang kurang mendalam sebelum disalurkan. 2) Penyaluran kredit melalui prosedur yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku. 3) Tidak tersedianya agunan yang cukup sementara peminjam tidak terikat dengan awig-awig desa. 4) Peminjam secara langsung menggunakan kreditnya atau hanya meminjamkan nama kepada pengguna kredit yang biasanya berasal dari luar desa adat. 5) Melanggar batas maksimum pemberian kredit. Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Dalam arti yang luas, pengertian kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Dalam 3
praktiknya pelaksanaan manajemen LPD sering menemukan berbagai kendala. Latar belakang badan pengawas yang ex offisio diketuai oleh Bendesa Adat acap kali tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti perangkapan tugas pengawasan dengan tugas-tugas lainnya sebagai bendesa adat. Di samping itu, pengalaman di bidang pengawasan lembaga keuangan biasanya jarang dimiliki oleh seorang Bendesa Adat. Demikian juga pengalaman pengurus yang rata-rata terbatas di bidang lembaga keuangan sebelum mereka menjadi pengurus LPD. Selain hal disebutkan diatas, hal yang banyak terjadi yaitu petugas di bagian kredit kurang selektif dalam menyeleksi nasabah yang mengajukan kredit ke LPD sehingga kredit cukup mudah dicairkan. Hal ini menandakan bahwa prosedur kredit yang seharusnya dilaksanakan secara baik dan benar tersebut malah dilaksanakan dengan seadanya saja. Dalam hal ini struktur pengendalian intern yang baik sangat dibutuhkan untuk menekan terjadinya kredit macet tersebut. Dimana struktur pengendalian intern adalah struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001:163). Terdapat dua pihak yang pada dasarnya bertanggung jawab agar kegiatan operasi LPD tetap berjalan sesuai dengan ketentuan dan sejalan dengan prinsipprinsip yang ada. Pihak pertama berasal dari dalam LPD itu sendiri yaitu para pengurus LPD. Pihak kedua adalah pihak-pihak dari luar LPD seperti desa pakraman, bendesa, dan badan pengawas sebagai pengawas internal. Pihak ketiga 4
adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali selaku Pembina dan pengawas eksternal LPD. Tanggung jawab terbesar untuk penanggulangan kredit yang bermasalah tentu saja pihak dari dalam LPD yaitu fungsi-fungsi pengendalian intern. LPD yang ada di Kabupaten Buleleng berjumlah 166 yang tersebar di 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng. Dari jumlah LPD yang terdapat di Kabupaten Buleleng, terdapat 21 buah LPD yang bermasalah. Namun, setelah dibina, 4 LPD mampu bangkit dan 17 masih mengalami masalah (Dikutip dari http://www.bisnisbali.com/2011/06/08/news/perbankan/cfg.html, tanggal 8 Juni 2011, diunduh tanggal 20 Juni 2012). Pemicu utama macetnya LPD di Buleleng, sebagian besar karena pengelolaan oleh pengurus tidak transparan kepada desa pakraman. Pemicu lainnya, akibat angka kredit macet yang cukup tinggi dialami LPD. Kredit macet ini muncul karena pengelola tidak selektif sebelum memutuskan realisasi kredit kepada nasabah peminjam. Padahal dalam bisnis keuangan, selektif sebelum memutuskan pinjaman ini harus berdasarkan kajian mendalam. Bahkan jika calon nasabah debitur dianggap tidak layak mendapatkan pinjaman, pengelola harusnya tegas menolak realisasi pinjaman. Namun kenyataanya di lapangan, realisasi kredit tanpa analisis yang mendalam sebelumnya sehingga kredit macet terus membengkak dan akhirnya LPD bangkrut. Tujuan dari pengendalian intern kredit menurut Malayu dalam Yoni (2006 : 4) adalah sebagai berikut: 1) Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman. 5
2) Untuk mengetahui apakah kredit yang disalurkan lancar atau tidak. 3) Untuk dapat melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit. 4) Untuk mengevaluasi apakah proses tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet atau bermasalah telah baik atau perlu disempurnakan. 5) Untuk memperbaiki kesalahan agar tidak terulang lagi. 6) Untuk mengetahui posisi persentase kredit yang disalurkan bank. 7) Untuk meningkatkan moral dan tanggung jawab analisis kredit bank. Dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada nasabah di LPD, sistem pengendalian intern harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena sistem pengendalian intern yang baik ini akan sangat membantu LPD dalam menghindari adanya fraud atau kecurangan-kecurangan yang akan merugikan nasabah serta citra LPD itu sendiri. Sistem pengendalian intern merupakan faktor yang menentukan dapat dipercaya atu tidaknya laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dengan demikian perlu adanya konsep-konsep yang mendasarinya yaitu tanggung jawab manajemen, jaminan yang memadai, metode pengolahan data dan keterbatasan pengendalian (Bu, 2006). Sistem pengendalian intern ini dapat diterapkan di semua bagian atau kegiatan yang dilaksanakan oleh LPD. Dengan adanya sistem pengendalian intern ini akan memberikan batasan tersendiri terhadap apa yang sebaiknya dilakukan dan yang tidak sebaiknya dilakukan. Dalam hal pemberian kredit, struktur pengendalian intern yang terdiri dari lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur pengendalian ini dapat diterapkan dan menyesuaikan dengan peraturan-peraturan atau kebijakankebijakan yang dimiliki oleh setiap LPD. Dengan melaksanakan prosedur yang 6
telah ditetapkan serta adanya pengendalian internal yang baik, secara logika tentu akan menghasilkan hal yang baik pula, yaitu dapat mengurangi terjadinya masalah yang dalam hal ini yaitu kredit macet. Untuk itu efektivitas sistem pengendalian internal ini sangat diperlukan agar tujuan bersama tercapai dan dapat mengurangi terjadinya kredit macet. Hal senada disebutkan Munawaroh (2008) dalam penelitiannya yang menemui kesimpulan bahwa peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pemberian kredit tidak dapat diabaikan. Hal ini di dukung oleh hasil jawaban kuesioner yang berhubungan dengan peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pemberian kredit sebesar 93,65%. Upaya mencapai tujuan organisasi, kegiatan operasi suatu perusahaan dalam hal ini kegiatan operasi di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) memerlukan pengendalian intern yang memadai yang terdiri dari elemen-elemen atau unsurunsur yang berhubungan secara langsung pada tujuan pengendalian intern. Menurut Halim (2001:193), elemen-elemen dalam struktur pengendalian intern meliputi lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian. Struktur pengendalian intern yang dimaksudkan memadai dalam kasus ini yaitu struktur pengendalian intern yang efektif. Yang dimaksud dengan efektif yaitu kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai atau dengan kata lain melakukan hal yang tepat (Rapina dan Leo Cristyanto, 2011). Tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini yaitu mengetahui efektivitas sistem pengendalian intern atas prosedur pemberian kredit pada LPD se-kabupaten Buleleng dalam upaya menekan terjadinya kredit macet. 7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah: apakah struktur pengendalian intern atas prosedur pemberian kredit pada LPD se-kabupaten Buleleng sudah efektif dalam upaya menekan terjadinya kredit macet? 2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas struktur pengendalian intern atas prosedur pemberian kredit pada LPD se-kabupaten Buleleng dalam upaya menekan terjadinya kredit macet. 3. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kegunaan teoritis maupun kegunaan praktis, adalah sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana aplikasi teori yang di peroleh di bangku kuliah dengan kondisi yang sebenarnya di perusahaan serta penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan tentang lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Buleleng pada khususnya dan Bali pada umumnya. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi LPD mengenai peran struktur pengendalian intern dalam upaya menekan terjadinya kredit macet. 8
1.4 Sistematika Penyajian Pembahasan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab dan masing-masing akan diuraikan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penyajian. Bab II: Tinjauan Pustaka Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah yaitu Pengertian Lembaga Perkreditan Desa, Tujuan LPD, Pengelolaan dan Kegiatan Usaha LPD, Pengertian Efektivitas, Pengertian Struktur Pengendalian Intern, Pentingnya Struktur Pengendalian Intern, Elemen Struktur Pengendalian Intern, Pengertian Kredit, Unsur-unsur Kredit, Tujuan dan Fungsi Kredit, Prinsip-prinsip Pemberian Kredit, Pengertian Kredit Macet, Faktor Penyebab Kredit Macet dan Kolektibilitas Kredit. Bab III: Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, responden, metode pengumpulan data, pengujian instrumen dan teknik analisis data. 9
Bab IV: Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan tentang Sejarah Singkat Lembaga Perkreditan Desa, Struktur Organisasi Lembaga Perkreditan Desa dan Pembahasan Hasil Penelitian. Bab V: Simpulan dan Saran Bab ini merupakan baba penutup hasil pembahasan yang terdiri dari simpulan atas permasalahan yang diangkat dan saran-saran yang diajukan untuk pemecahan masalah. 10