I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasien, seorang dokter gigi dalam mengambil keputusan untuk merestorasi gigi tidak hanya mempertimbangkan masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi (Walmsley dkk., 2007). Menurut Devlin (2006), ketika gigi memasuki siklus restoratif, akan terjadi melemahnya struktur gigi, penggantian kuspa dan restorasi pun akan menjadi semakin kompleks dengan adanya peningkatan potensi lebih lanjut akan terjadinya kegagalan. Alasan utama terjadinya kegagalan suatu restorasi yaitu: (1) tekanan oklusal yang berlebihan (misalnya, karena adanya gangguan sisi non kerja), (2) kesalahan dalam desain kavitas (misalnya, kurangnya retensi), (3) pilihan bahan restoratif yang kurang tepat dan (4) manajemen yang buruk terhadap jaringan gingiva (misalnya, restorasi yang menjangkau hingga ke perlekatan jaringan epitel atau jaringan ikat sehingga mengganggu keberadaan biological width. Ayad dkk. (2010) menyatakan bahwa tujuan dari material restoratif tidak hanya untuk merestorasi gigi yang rusak atau cacat dan menciptakan penutupan yang baik antara restorasi dan struktur gigi namun juga untuk memperkuat struktur gigi yang ada dengan membentuk ikatan yang baik dengan email dan dentin. Saat ini kedokteran gigi estetik terus berkembang baik melalui inovasi dalam sistem bonding, bahan restoratif, maupun desain preparasi konservatif.sebuah 1
2 ikatan yang stabil dan tahan lama antara bahan gigi dan substrat gigi adalah penting baik dari perspektif mekanis maupun estetik (Atiyah dan Baban, 2014). Resin komposit menjadi bahan restorasi utama pengganti struktur gigi yang hilang baik karena karies maupun trauma pada gigi meskipun penggunaannya untuk restorasi direk pada gigi posterior akan menimbulkan permasalahan tersendiri. Permasalahan utama yang terjadi pada restorasi resin komposit gigi posterior yaitu adanya kecenderungan terbentuknya celah marginal akibat dari pengerutan polimerisasi dan berkurangnya kekuatan terutama pada tumpatan kavitas kelas II. Besarnya pengerutan tersebut tergantung dari komposisi bahan pengisi maupun matriks dari resin komposit (Hamouda dan Shehata, 2011). Semakin berkembangnya kebutuhan akan restorasi yang estetik, penggunaan resin komposit semakin meningkat dan saat ini resin komposit digunakan sebagai bahan restorasi universal yaitu tidak hanya digunakan pada gigi anterior namun juga pada gigi posterior (Mohammed dan Ario, 2015). Menurut Williams (1990), komposit didefinisikan sebagai suatu bahan yang mengandung dua atau lebih komponen fundamental yang berbeda yang dapat bereaksi secara sinergis sehingga menghasilkan sifat bahan yang lebih baik dibandingkan jika komponen tersebut berdiri sendiri. Tiga komponen utama bahan restoratif resin komposit yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu matriks resin organik, filler (bahan pengisi) inorganik dan coupling agent. Kandungan resin dan bahan pengisi merupakan dua komponen yang sangat berpengaruh dalam perkembangan komposit hingga saat ini.
3 Sebagian besar perubahan signifikan yang terjadipada resin komposit terkait dengan penguatan pada bahan pengisi resin komposit, yaitu dengan pengurangan ukuran partikel dalam upaya untuk meningkatkan karakteristik fisik dan mekanisnya sehingga terjadi peralihan dari resin komposit tradisional makrofilke resin komposit modern mikrofil. Selain adanya perkembangan pada bahan pengisi resin komposit, beberapa tahun terakhir ini juga terjadi kemajuan pada formulasi matriks resin komposit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi shrinkage (pengerutan)saat polimerisasi atau shrinkage stress (Kumar dkk., 2012). Bahan pengisi resin komposit tidak hanya menentukan sifat mekanis dari bahan resin komposit secara langsung namun juga memungkinkan terjadinya pengurangan kandungan monomer, dengan demikian akan menyebabkan penurunan pengerutan polimerisasi, pemakaian yang optimal, translusensi, opalesen, radiopasitas, kekasaran permukaan sehingga dapat dipoles dengan baik, dengan demikian akan terjadi peningkatan estetik dan kemudahan aplikasi (Ilie dan Hickel, 2011). Partikel bahan pengisi yang digunakan dipasaran sangat bervariasi baik dalam hal komposisi kimia, morfologi dan dimensi. Bahan pengisi yang umumnya digunakan yaitu silika, kaca, kuarsa dan saat ini salah satu bahan resin komposit gigi yang beredar telah menggunakan zirkonia nanoclusters sebagai bahan pengisinya (Hambire dan Tripathi, 2012). Menurut Efes dkk. (2013), permasalahan utama kegagalan dari suatu restorasi gigi yaitu terjadinya fraktur pada gigi dan hal ini dipengaruhi oleh integritas permukaan antara gigi dan bahan restorasi. Preparasi kavitas MOD menyebabkan banyaknya struktur gigi yang hilang dan melemahnya struktur gigi yang tersisa
4 sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur (Hamouda dan Shehata, 2011). Untuk memperkuat struktur gigi yang tersisa terutama pada preparasi kavitas MOD, maka dilakukan lah suatu tindakan restorasi (Kamath dan Salam, 2016). Berbagai alternatif teknik klinis dilakukan untuk mengatasi permasalahan sealing dan tekanan yang terjadi pada restorasi kavitas klas II. Pertama yaitu penggunaan resin komposit flowable yang merupakan salah satu alternatif karena sifatnya yang memiliki kemampuan wettability yang baik dengan demikian dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding kavitas sehingga menurunkan risiko terjebaknya udara dan kekosongan ruang (Ende dkk., 2012). Kucukyilmaz dkk.(2015) menyatakan bahwa penggunaan resin komposit flowable menghasilkan penutupan yang lebih baik dengan membentuk lapisan penyerap tekanan yang tidak hanya dapat menurunkan pengerutan polimerisasi namun juga tekanan fungsional yang terjadi pada gigi yang telah direstorasi. Kedua yaitu penggunaan pita fiber yang diaplikasikan pada material restoratif sehingga dapat meningkatkan kemampuan suatu restorasi dalam menahan beban tekanan yang diterima dan mencegah meluasnya keretakan dari restorasi ke struktur gigi (Mohan dkk., 2012). Pita fiber ini akan menciptakan perubahan dinamika stres yang terjadi pada antarmuka email, resin komposit dan adhesif dengan cara mendistribusikan stres disepanjang antarmuka email dan restorasi (Belli dkk., 2005) Generasi terakhir dari resin komposit flowable memiliki kandungan bahan pengisi yang tinggi dan perbaikan sifat mekanis sehingga direkomendasikan untuk restorasi gigi posterior dengan kavitas yang besar (Ende dkk., 2012). Resin
5 komposit tersebut merupakan tipe bulkfill dengan kedalaman cure sekitar 4 mm dalam satu kali lapisan sehingga dapat mempersingkat waktu kerja, lebih mudah beradaptasi dengan struktur gigi, dapat mengurangi kemungkinan terjebaknya udara, adaptasi terhadap dinding kavitas dan integritas tepi yang lebih baik, pengerutan yang lebih kecil dan derajat konversi yang lebih baik (Jerri, 2015). Penggunaan resin komposit bulkfill flowable yaitu sebagai material pengganti dentin yang dapat diaplikasikan dengan ketebalan hingga 4 mm namun tetap memerlukan penempatan lapisan resin komposit dengan viskositas tinggi pada permukaan atasnya untuk membentuk anatomioklusalnya (Hirata dkk., 2015). Menurut Urban dkk. (2010), resin komposit bulkfill flowable diindikasikan sebagai bahan yang akan menggantikan struktur dentin pada suatu restorasi dan akan mengisi rata-rata hingga 2/3 volume dari kavitas klas I dan II. Pemilihan bahan resin komposit yang tepat untuk suaturestorasi, memerlukan suatu evaluasi yang berkaitan dengan sifat fungsional dari resin komposit tersebut, salah satunya yaitu ketahanan fraktur karena kegagalan klinis utama dari restorasi resin komposit selain karena adanya karies sekunder dan keausan oklusal juga terjadinya fraktur dari bahan restorasi terutama pada kavitas yang luas (Garcia- Contreras dkk., 2015). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan suatu permasalahan apakah ada pengaruh bahan pengisi zirkonia dan kaca serta aplikasi
6 pita fiber pada resin komposit bulkfill flowable sebagai tumpatan dasar terhadap ketahanan fraktur restorasi resin komposit kavitas MOD. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pengisi zirkonia dan kaca serta aplikasi pita fiber pada resin komposit bulkfill flowable sebagai tumpatan dasar terhadap ketahanan fraktur restorasi resin komposit kavitas MOD. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Pada aplikasi klinis diharapkan dapat memberikan informasi dan pertimbangan bagi dokter gigi dalam memilih bahan tambalan resin komposit yang mempunyai kekuatan perlekatan yang baik dan ketahanan fraktur yang tinggi sehingga gigi yang telah direstorasi tersebut dapat dipertahankan selama mungkin berada didalam rongga mulut. 2. Menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu kedokteran gigi, khususnya ilmu konservasi gigi. E. Keaslian Penelitian Sejauh ini penelitian mengenai pengaruh jenis bahan pengisi komposit bulkfill flowable sebagai base terhadap ketahanan fraktur pada restorasi komposit klas IIbelum pernah dilakukan. Shah dkk. (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh restorasi komposit nanofilled dan nanoceramic terhadap ketahanan
7 fraktur premolar maksila pada kavitas mesio-oklusodistal klas II dan didapatkan hasil bahwa komposit nanoceramic memiliki ketahanan fraktur yang lebih tinggi dibanding komposit nanofilled. Penelitian yang dilakukan Mosallam dan Haridy (2014) yaitu tentang ketahanan fraktur gigi premolar maksila yang direstorasi dengan bahan resin dengan cara dan sistem lapisan yang berbeda dan didapatkan hasil bahwa restorasi dengan komposit bulkfill flowable sebagai tumpatan dasar dapat meningkatkan ketahanan fraktur dan aplikasinya harus dilapisi dengan resin komposit berbahan dasar metakrilat pada bagian oklusalnya. Ayad dkk. (2010) juga melakukan penelitian tentang efek resin komposit yang diperkuat dengan fiber polietilen terhadap ketahanan fraktur gigi molar mandibula pada kavitas klas I dan II dan didapatkan hasil bahwa kavitas klas I yang direstorasi dengan resin komposit diperkuat dengan fiber polietilen mempunyai ketahanan fraktur lebih tinggi jika dibandingkan dengan kavitas klas II yang direstorasi resin komposit saja ataupun dengan diperkuat pita fiber polietilen.