Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Indramayu Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4. METODE PENELITIAN

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III METODE PENELITIAN

Pemantauan perubahan profil pantai akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

METODE. Waktu dan Tempat

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT

Oleh:Andi Dwi Saputro Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

PENGGUNAAN DATA PENGINDERAAN JAUH DALAM ANALISIS BENTUKAN LAHAN. Abstrak

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

BAB III METODE PENELITIAN

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

ABSTRACT. Septian Dewi Cahyani 1), Andri Suprayogi, ST., M.T 2), M. Awaluddin, ST., M.T 3)

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

PEMANTAUAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT. oleh. Bambang Hermanto 1 ) ABSTRACT

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Andi Panguriseng 1, Muh. Altin Massinai 1, Paharuddin 1 1

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENGINDERAAN JARAK JAUH UNTUK MENGINDENTIFIKASI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PANTAI TIMUR SURABAYA. Di susun Oleh : Oktovianus Y.S.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

The Journal of Fisheries Development, Juli 2015 Volume 2, Nomor 3 Hal : 61-70 Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Indramayu Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal Yudi Prayitno 1 dan Imam Bachrodin 2 1 Program Studi Budidaya Perairan - Universitas Yapis Papua Jayapura 2 Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, Jakarta Abstrak Pesisir merupakan daerah yang dinamis karena merupakan wilayah pertemuan ekosistem darat dan laut. Perubahan garis pantai sangat penting untuk dikaji karena digunakan sebagai batas perhitungan untuk pengelolaan wilayah laut suatu wilayah. Perubahan yang terjadi pada garis pantai disebabkan oleh material pantai dan proses fluvial dan marin yang bekerja. Pengamatan perubahan garis pantai akan lebih efektif menggunakan citra Landsat multi temporal. Metode pengolahan citra Landsat dengan melakukan interpretasi visual mono dan multi temporal terhadap setiap band untuk mendapatkan kenampakan yang kontras dalam pembuatan peta garis pantai berskala 1:150.000. Material pantai didapatkan dengan metode interpretasi visual peta produk pengolahan digital dengan mengubah interpretasi bentuk lahan. Hasil penelitian ini adalah citra Landsat MSS, TM dan ETM+ dengan menggunakan band tunggal pada saluran 4 pada TM dan ETM+ serta saluran 7 pada MSS yang mampu membedakan perairan dan daratan menunjukan perubahan garis pantai dengan baik sampai dengan skala 1:150.000, ketelitian yang diperoleh hasil interpretasi bentuklahan 90,67% dan ketelitian 85 % untuk interpretasi material pantai. Estimasi perubahan garis pantai di Kabupaten Indramayu yang merupakan pantai di dominasi material lumpur mengalami abrasi sebesar 13,66 meter/tahun. Kata kunci : Citra Landsat, Garis pantai, Bentuk Lahan, Material Pantai. Pendahuluan Garis pantai untuk kepentingan nasional juga sangat dibutuhkan sebagai penentuan batas daerah dalam Korespondensi: 1 Yudi Prayitno, Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Yapis Papua. Alamat: Jl. Sam Ratulangi No. 11 Dok V Atas, Kota Jayapura Provinsi Papua. E-mail: Grandyudi.19@gmail.com pengelolaan wilayah lautnya dan juga untuk menentukan batas dengan daerah lain. Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 1999 Pasal 3 dan 10 ayat (3) tentang Pemerintah Daerah menyatakan, kewenangan provinsi di wilayah laut adalah selebar 12 mil laut diukur dari garis pantai dan kewenangan kabupaten/kota di wilayah laut adalah sepertiganya (Jacub Rais, 2004). Garis pantai yang digunakan dalam penentuan batas daerah 61

Yudi Prayitnom & Imam Bachrodin, Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Indramayu dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal mengacu pada ketentuan UNCLOS 1982. Perubahan garis pantai dapat terjadi secara lambat atau cepat tergantung pada daya imbang antara topografi, material pantai, gelombang, pasang surut dan angin. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dulbahri dkk (1983), yang menyebutkan bahwa gaya yang bekerja pada pantai adalah ombak, angin, arus, gelombang dan pasang surut. Menurut Triatmojo (2008), proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh litoral transport, yang didefinisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Proses alamiah yang terjadi di wilayah pantai akan mengakibatkan tipologi pantai yang bermacammacam. Garis pantai merupakan salah satu penciri dari tipologi pantai dan Perubahan garis pantai akan berbeda antara satu dengan yang lain akibat perbedaan material pantai. Material pantai terdiri dari batuan padat, lumpur, pasir dan bahan organik dari terumbu karang sangat berpengaruh terhadap perkembangan garis pantai. Sehingga dengan melihat material pantai kita mampu memprediksi seberapa besar perubahan pantainya. Daerah pantai perlu kita ketahui secara detil materialnya untuk memantau pertambahan dan pengurangan luas wilayah pantai. Citra Landsat TM merupakan citra yang memiliki resolusi spasial 30 meter dan resolusi temporal 16 hari. Keunggulan citra ini adalah dapat menyajikan informasi bentuklahan suatu wilayah pengamatan. Hal ini dikarenan Citra Landsat memiliki 6 (enam) band saluran tampak yang bisa dikombinasikan untuk menonjolkan informasi bentuklahan. Informasi bentuklahan yang diperoleh digunakan untuk mengetahui material pantai. Kajian mengenai perubahan letak atau posisi garis pantai pada skala rendah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan band yang mampu membedakan objek perairan dan daratan, seperti band 4 ( inframerah dekat). Pengolahan data yang bersifat spasial dapat dilakukan dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). SIG memiliki kemampuan untuk mengolah data masukan (input), menjadi suatu output yang berupa informasi baru. Untuk menghasilkan informasi yang berkualitas baik diperlukan suatu masukan data yang baik pula. Dengan data penginderaan jauh diharapkan output yang akan dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Informasi yang diinterpretasi berkaitan dengan bentuk lahan dan perubahan penggunaan lahan. Untuk melihat perubahan garis pantai dan material pantai ini dibutuhkan data yang dapat diperoleh secara periodik. Dengan perkembangan tehnologi penginderaan jauh yang sangat pesat, terutama citra satelit. Citra satelit mampu mendukung tersedianya data karakteristik suatu wilayah dalam waktu yang relatif singkat dan cakupan wilayah yang luas, sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk suatu pemantauan. Penggunaan data penginderaan jauh relatif lebih efektif daripada survei lapangan yang membutuhkan waktu yang lama dan sulit dalam pamantauannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan citra Landsat dalam monitoring perubahan garis pantai, mengetahui bentuklahan dan material pantai serta estimasi perubahan garis pantai pada material pantai yang berbeda. 62

The Journal of Fisheries Development, Juli 2015 Volume 2, Nomor 3 Hal : 61-70 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interpretasi penginderaan jauh secara visual dan digital. Kerja lapangan menggunakan metode survei GPS standalone. Analisa data menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan melakukan tumpang susun tiap peta garis pantai dan material utama pantai hasil interpretasi citra pada tahun yang berbeda dengan peta garis pantai hasil survei GPS. Persiapan dan Pengumpulan Data Tahap persiapan yang dilakukan adalah perizinan penelitian dan permohonan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah Citra landsat yang direkam pada tahun 1980-an, 1990-an, 2000-an dan data lapangan tahun 2011 pada setiap daerah penelitian. Data sekunder yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah Peta Rupa Bumi sekala 1:50.000 yang dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasinal (Bakosurtanal), data pasang surut yang dibuat oleh Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) TNI AL dan data gelombang yang dibuat oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Data garis pantai yang didapat dari pengambilan data lapangan dengan GPS. Pengolahan Data Citra Pengolahan citra Landsat dilakukan dengan metode pengolahan yang bertujuan untuk menghasilkan kenampakan citra yang lebih baik khususnya untuk pembuatan peta garis pantai dan analisis material penyusun pantai. Pengolahan citra Landsat menggunakan software yaitu ENVI 4.5 dan ArcGIS 9.3. Pengolahan citra Landsat dengan ENVI 4.5 meliputi koreksi radiometrik, koreksi geometrik, komposit citra, dan klasifikasi bentuk pantai. Setiap peta akan dioverlay, hasil survei lapangan dan penyajian data dengan menggunakan software ArcGIS 9.3. Pembuatan Peta Garis Pantai Pembuatan Peta Garis Pantai dengan menggunakan band 4 pada citra Landsat TM dan band 7 pada MSS kemudian dilakukan digitasi onscreen. Band tersebut yang digunakan karena mampu membedakan kenampakan air dan daratan. Pendigitasian garis pantai akan lebih mudah menggunakan band tersebut. Hasil setiap pendigitasian garis pantai ini dihasilkan Peta Garis Pantai tahun 1980-an, 1990-an dan 2000-an. Peta Garis Pantai Tahun 2011 dihasilkan dengan pengukuran atau tracking GPS. Analisis Perubahan Garis Pantai Analisa perubahan garis pantai dari setiap citra penginderaan jauh pada tahun yang berbeda dihasilkan peta garis pantai. Untuk mengetahui perubahan garis pantainya dilakukan tumpang susun dari tiga tahun yang berbeda sehingga akan menghasilkan besar perubahan garis pantai. Kemudian data dari tahun 1980-an, 1990-an, 2000-an dan 2011 ditumpang susun lagi dengan hasil garis pantai survei lapangan GPS, maka akan dihasilkan perubahan garis pantai hingga saat ini. Proses ini dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS 9.3. Perubahan ini kita analisa apakah perubahan garis pantainya maju atau mundur dan berapa kecepatan perubahannya dari tahun 1980 sampai dengan 2011. 63

Yudi Prayitnom & Imam Bachrodin, Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Indramayu dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal Pembuatan Peta bentuk lahan dan material pantai Pembuatan peta bentuk lahan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui material pantai yang ada pada setiap bentuk lahan. Analisa material pantai adalah dengan metode visual dengan melihat posisi dan karakteristik bentuklahan, hal ini disebabkan bahwa setiap posisi bentuklahan akan menghasilkan material yang berbeda dan karakteristik bentuk lahan juga menghasilkan material yang berbeda pula. Dalam hal ini bentuk lahan yang didapat dari hasil interpretasi citra kemudian diturunkan untuk menghasilkan peta material. Uji Lapang (Ground Truth) Uji lapangan dilakukan setelah dilakukan interpretasi pada citra penginderaaan jauh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan yang didapat dari penginterpretasian citra penginderaan jauh. Suharyadi (2000) mengemukakan, bahwa pada dasarnya uji akurasi dalam penelitian penginderaan jauh terdiri dari uji akurasi titik dan uji akurasi areal. Congalton (1991) dalam Suharyadi (2000), uji akurasi hasil interpretasi Error Matrix ada tiga bentuk: 1) Overall Accuracy, 2) User s Accuracy, dan 3) Produser s Accuracy. Penelitian ini menggunakan uji akurasi error matrix bentuk overall accuracy. Analisis Hasil Analisa perubahan garis pantai diuraikan secara deskriptif dengan bantuan peta-peta yang telah dibuat dengan mempertimbangkan material pantai sebagai parameter utama. Setiap peta yang dihasilkan Peta Perubahan Garis pantai, Peta Bentuk lahan dan Peta Material Pantai ditumpangsusunkan dan diukur besar perubahannya. Pada material pantai apa yang perubahannya paling besar dan berapa besar perubahannya dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2011. Hasil Dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini meliputi perubahan garis pantai, bentuk lahan dan material penyusun pantai hal ini digunakan untuk melakukan analisa besar perubahan garis pantai pada setiap material pantai. Data sekunder selain data utama dari interpretasi citra diperlukan untuk menunjang analisa, data ini di peroleh dari instansi terkait dan penelitian terdahulu. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) citra Landsat yang berbeda tahun perekamanya, interpretasi dilakukan secara manual yaitu dengan digitasi di layar (on screen) pada semua jenis interpretasi baik garis pantai maupun bentuk lahan. Interpretasi Garis Pantai Band yang digunakan adalah band 4 pada citra Landsat TM dan ETM+, sedangkan untuk citra Landsat MSS perekaman 1980-an digunakan band 7 karena panjang gelombang band 7 ini hampir sama dengan panjang gelombang pada band 4 citra Landsat TM dan ETM+. Pada band ini kenampakan tubuh air terlihat lebih gelap dari daratan karena serapan gelombang inframerah yang besar oleh objek air. Perbedaan kecerahan tersebut dapat dasar deliniasi untuk penentuan garis pantai. Daerah Kabupaten Indramayu memiliki stasiun pengamatan pasang surut yang terletak pada posisi 06 16'38" S - 108 22'02" T. Tungang 64

The Journal of Fisheries Development, Juli 2015 Volume 2, Nomor 3 Hal : 61-70 pasang surut wilayah ini sebesar 0,9 meter dan MSL pada posisi 0,6 meter, pasang tertinggi sebesar 1,0 meter dihitung dari titik nol. Waktu perekaman citra pada tanggal 4 Juli 1982 adalah pukul 9.30 dimana pasang surut dengan ketinggian air 0,4 meter. Posisi air pada saat perekaman dengan air tertinggi terjadi perbedaan sebesar 0,6 meter. Wilayah penelitian ini berbatasan langsung antara laut dengan persawahan atau tambak, maka kalibrasi tidak perlu dilakukan karena tinggi dari tanggul seperti dilakukan pengecekan dilapangan lebih dari 1 meter. Perekaman citra Landsat tanggal 16 Juli 1991 menunjukkan tinggi pasut 0,5 meter. Beda tinggi dengan air saat tinggi sebesar 0,5 meter. Perekaman tanggal 22 Juni 2001 tinggi pasut 0,2 meter. Beda tinggi pada saat perekaman sebesar 0,8 meter. Pada kedua perekaman ini dilakukan hal yang sama dengan citra sebelumnya sehingga garis pantai yang dihasilkan dari penginterpretasian tidak perlu dilakukan pergeseran. Perhitungan perubahan garis pantai yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan pada kecamatan Sukra dengan panjang garis pantai sejauh 10 km. Perubahan garis pantai dari tahun 1982, 1991 dan 2001 ditambah dengan pengukuran dengan GPS tahun 2011 terjadi kemunduran. Kemunduran pada wilayah penelitian sebesar 379,473 meter. Kemunduran tercepat terjadi pada periode tahun 1982 1991 dimana kemunduran pantai mencapai 275 meter. Interpretasi Bentuk lahan Citra yang digunakan untuk pembuatan peta bentuk lahan Kabupaten Indramayu adalah citra Landsat ETM+ tahun 2001. Penggunaan citra pada satu waktu perekaman dilakukan karena diasumsikan bahwa selama kurun waktu 30 tahun tidak akan ada perubahan bentuk lahan. Informasi yang diperoleh dalam interpretasi bentuk lahan berdasarkan kunci identifikasi menurut Verstappen, 1977 dalam Suharsono, 1984, mengemukakan 3 kriteria untuk identifikasi yaitu: bentuk atau relief, density tone (gray tone) atau color tone pada citra berwarna dan location atau landscape ecology situation. Hasil interpretasi bentuk lahan citra Landsat ETM+ dengan komposit warna 457 adalah Bentuk lahan daerah Kabupaten Indramayu terdiri dari dataran dataran aluvial, dataran aluvial pantai dan delta. Interpretasi Material Pantai Peta bentuklahan hasil interpretasi citra diturunkan menjadi peta material sesuai dengan pendekatan Van Zuidam, 1983. Wilayah penelitian Kabupaten Indramayu memiliki bentuklahan fluvial, dataran aluvial pantai dan delta dengan kemiringan datar. Penggunaan lahan sebagai lahan pertanian dan tambak. Berdasarkan argument tersebut, dapat disimpulkan wilayah tersebut memiliki material halus yaitu lempung, lumpur dan tanah liat. Uji Ketelitian Hasil uji lapangan terhadap bentuk lahan menggunakan 75 titik sampel. Semua titik sampel mampu dijangkau dengan baik, ketelitian interpretasi bentuklahan didapatkan 90,67%. Uji ketelitian material pantai dengan menggunakan 40 titik sampel yang diambil sebatas pada wilayah pantai. Pada material pantai ketelitian menghasilkan ketelitian sebesar 85%. 65

Yudi Prayitnom & Imam Bachrodin, Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Indramayu dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal Tabel 1. Uji ketelitian interpretasi bentuk lahan Keterangan: F1 = Dataran Fluvial M2 = Tombolo F3 = Danau M3 = Beting Gisik F11 = Delta M5 = Rataan Pasang Surut V4 = Dataran Fluvio Vulkanik M6 = Dataran Aluvial Pantai V8 = Bukit Gunung Api terdenudasi S = Struktural V10 = Kerucut Parasiter K = Karst M1 = Gisik Overal Accuracy (Kt) = (68 / 75) X 100% = 90,67 % Tabel 2. Uji ketelitian interpretasi material pantai Keterangan: Ps = Pasir Kr = karang Lp = Lumpur Bt = Batu Overal Accuracy (Kt) = (34 / 40) X 100% = 85 % Analisa Perubahan Garis Pantai Kabupaten Indramayu Hasil pengamatan tahun 1982 sampai dengan tahun 2011 (gambar 1) menunjukkan perubahan terbesar terjadi pada periode tahun 1982 sampai tahun 1991 dengan pergeseran sebesar 275,21 meter sehingga pertahun 30,579 meter. Pergeseran terbesar ini terjadi pada transek 1 pada wilayah barat daerah penelitian yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Subang. Pergeseran kedua terbesar terjadi pada transek 2 sebesar 216,47 meter atau 24,052 meter pertahun di wilayah desa Ujung Gebang, sedangkan pada 66

The Journal of Fisheries Development, Juli 2015 Volume 2, Nomor 3 Hal : 61-70 transek 3 di bagian timur dari pengamatan terjadi perubahan sebesar 189,43 meter atau 21,048 meter pertahun. Periode tahun 1991 sampai dengan tahun 2001 perubahan terbesar terjadi pada transek 1 atau bagian barat daerah pengamatan dengan besar perubahan sebesar 197,94 meter atau 19,794 meter pertahun. Transek 2 mengalami perubahan sebesar 108,83 meter dan transek 3 mengalami perubahan sebesar 84,27 meter sehingga pada transek 2 terjadi perubahan 10,883 meter pertahun dan transek 3 sebesar 8,427 meter pertahun. Periode selanjutnya yaitu periode 2001 sampai dengan tahun 2011 pergeseran terbesar terjadi pada transek 2 yaitu sebesar 66,08 meter atau 6,608 meter pertahun. Pada transek 3 sebesar 26,61 meter atau 2,661 meter pertahun dan pada transek 1 pergeseran sebesar 23,58 meter atau 2,358 meter pertahun. Dari semua periode didapatkan perubahan sebesar 396,14 meter. Hasil pengamatan tersebut dengan pergeseran yang stabil dimana periode tahun 1982 sampai dengan tahun 2011 mengalami pergeseran mundur dengan nilai penambahan sebesar 396,14 meter, sehingga rekresi yang terjadi pertahun sebesar 13,66 meter. Sementara di wilayah sebelah timur daerah penelitian pantai wilayah Kabupaten Indramayu mengalami akresi yang cukup besar selama kurun waktu 29 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya masukan yang cukup besar dengan adanya pertambahan daratan di muara Sungai Cimanuk. Estimasi Perubahan Garis Pantai dengan material pantai Karakteristik pantai di Kabupaten Indramayu di domanasi oleh material lumpur yang sangat landai dengan kedalaman laut yang relatif dangkal. Bentuk dasar lautnya rata dengan kedalaman yang rendah sebenarnya akan memudahkan sedimen untuk mengendap ditunjang dengan besar gelombang di daerah yang relatif lebih kecil dan kecepatan arus yang rendah dibandingkan dengan pantai selatan. Kondisi seperti ini sebenarnya memungkinkan namun masukan sedimen ke laut sangat kecil atau tidak ada sistem pengairan yang ada di daerah ini digunakan hanya untuk persawahan saja sedangkan sungai besar tidak ada. Wilayah ini mengalami kemunduran pantai akibat tidak adanya masukan sedimen. Selain itu karena memiliki material yang halus, erosi pantai akibat gelombang yang besar sangat mungkin terjadi. Tumbuhan penunjang untuk menghambat laju erosi wilayah ini tidak ada sama sekali sehingga semakin memudahkan gelombang dan arus merusak. Sedangkan untuk wilayah timur pada muara Sungai Cimanuk yang merupakan pantai lumpur mengalami kemajuan yang cukup besar ini menunjukkan bahwa dengan kondisi yang tersebut dapat menyebabkan endapan yang cukup besar. Laju kemunduran pantai di wilayah penelitian ini cukup besar selama 29 tahun mencapai 396,14 meter, sehingga dalam jangka satu tahun mengalami kemunduran sebesar 13,66 meter. Maka daerah ini dapat diestimasikan bahwa akan mengalami kemunduran pantai dalam jangka sepuluh tahun ke depan mencapai 136,6 meter, dengan kerusakan sejauh itu akan mengakibatkan hilangnya perkampungan dan persawahan juga tambak rakyat. 67

Yudi Prayitnom & Imam Bachrodin, Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Indramayu dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal Gambar 1. Peta Material Pantai dan Garis Pantai Wilayah Kabupaten Indramayu dan sekitarnya Tahun 1982-2011 Kesimpulan Dari uraian hasil dan analisis di lokasi penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut : 1. Citra Landsat MSS, TM dan ETM+ mampu menunjukkan perubahan garis pantai dengan baik pada skala 1 : 150.000. Kanal yang digunakan yaitu kanal 7 untuk citra Landsat MSS dan kanal 4 untuk citra Landsat TM dan ETM+. Kanal tersebut memiliki sensitifitas terhadap objek air dengan ketelitian yang dihasilkan 0,5 piksel pada citra Landsat. 2. Hasil interpretasi untuk bentuk lahan didapatkan ketelitian sebesar 90,67% sedangkan interpretasi material pantai hasil ketelitiannya sebesar 85% 3. Estimasi perubahan garis pantai berdasarkan material pantai menunjukan bahwa material pantai lumpur mempunyai abrasi dengan nilai perubahan sebesar 13,66 meter/tahun. Hasil yang didapatkan pada wilayah tersebut menunjukkan bahwa pantai material lumpur mengalami perubahan terbesar. D a f t a r P u s t a k a Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi Dengan GPS dan Aplikasinya. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Bambang Triatmojo, 2008, Teknik Pantai, Cetakan kelima, Beta Offset, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dulbahri, dkk., 1983, Aplikasi Citra Landsat skala 1:250.000 untuk Studi Perubahan Garis Pantai di Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Laporan Penelitian, Fakultas 68

The Journal of Fisheries Development, Juli 2015 Volume 2, Nomor 3 Hal : 61-70 Geografi Universitas Gadjah Mada, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Rais Jacub dkk, 2004, Menata Ruang Laut Terpadu, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Suharyadi, 2000, Transformasi Spektral Citra Digital Landsat TM untuk Pemetaan Kepadatan Bangunan di Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian: Lembaga Penelitian UGM, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sudjatmiko dkk., 2006, Pulau Pulau Kecil Terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta: Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Suprapto Dibyosaputro, 2001, Survei dan Pemetaan Geomofologi, Fakultas Geografi UGM, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Van Zuidam, R. A. 1983, Guide to Geomorphologic - aerial photographic interpretation and mapping. Enschede: Section of Geology and Geomorphology,ITC. 69

Yudi Prayitnom & Imam Bachrodin, Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Indramayu dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal 70