PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya masing-masing. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional Indonesia harus tetap proporsional pada setiap sektor, mulai dari sektor pertanian, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata dan sektor jasa. Sebab masing-masing sektor tersebut mempunyai kontribusi terhadap kehidupan perekonomian nasional dan juga punya strateginya masingmasing untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Dewasa ini pada sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan dengan komoditi kelapa sawit sebagai primadona perkebunan saat ini menjadi komoditas unggulan yang memberikan kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri. Dalam pengembangan pertanian Indonesia, teknologi memegang peran sangat besar. Menurut Sa id dalam Husodo (2004), prasyarat teknologi bagi pengembangan pertanian Indonesia yang saling berinteraksi secara dinamis antara lain adalah technoware (fasilitas fisik), humanware (SDM), infoware, serta orgaware (organisasi). Secara spesifik, infoware merupakan fakta dan informasi yang tercatat, seperti desain, spesifikasi, dan cetak biru yang memungkinkan cepat dipelajari, serta berbagai informasi, misalnya database. Ini berarti sistem informasi memegang peran penting dalam pengembangan teknologi bidang pertanian. 1
2 Prospek pengembangan subsektor perkebunan dengan komoditi kelapa sawit sangat tinggi. Secara internal, pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung oleh potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat meningkat dan semakin berkembangnya industri hilir. Begitu juga dengan prospek harga, ekspor dan pengembangan produk. Oleh karena itu, agar kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa sawit mulai dari tandan buah segar (TBS) hingga dihasilkannya crude palm oil (CPO). Minyak kelapa sawit CPO dan inti kelapa sawit (kernel palm oil) merupakan hasil utama tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Hal itu terkait dengan keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati sehingga cepat diterima oleh pasar domestik maupun pasar dunia. Kebutuhan akan permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Permintaan CPO dunia pada dasawarsa 1983-1992 adalah sebesar 87,7 juta ton, sementara pada tahun 2005 permintaannya melambung hingga 25 juta ton per tahun. Indonesia sebagai salah satu produsen CPO, pada tahun 2005 memproduksi sebesar 13 juta ton CPO, yang artinya Indonesia pada tahun 2005 telah memenuhi 52% kebutuhan total CPO dunia. Selanjutnya pada tahun 2010, produksi CPO Indonesia diprediksikan mencapai 18,8 juta ton (Sukamto, 2008). Dalam perdagangan CPO, Indonesia merupakan negara net exporter. Ekspor Indonesia pada tahun 2002 masih di bawah Malaysia dimana hanya mencapai 6,3 juta ton atau sekitar 32,64% lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai 11,2 juta ton atau sekitar 57,28% dari total ekspor dunia.
3 Sementara itu, impor CPO mulai menyebar ke berbagai negara dan Indonesia mengandalkan pasar CPO di Belanda dan Pakistan. Neraca perdagangan CPO, baik dunia maupun Indonesia, saat ini cenderung berada pada posisi seimbang. Harga pada beberapa tahun terakhir cenderung meningkat baik di pasar internasional dan domestik. PT. Socfindo sebagai salah satu perusahaan milik asing yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan kelapa sawit mempunyai peranan yang cukup besar dalam produksi CPO khususnya dalam pemenuhan konsumsi CPO di Indonesia, dimana hal ini ditandai dari produktivitas tiap tahun yang terus meningkat. Gambar 1. Produktivitas PT. Socfindo (Baskett dan Jacquemard, 2008). Pengendalian mutu CPO yang dilakukan oleh PT. Socfindo Bangun Bandar masih menggunakan metode manual/konvensional, dimana kelemahan-kelemahan metode konvensional diantaranya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama
4 dalam proses pengendalian, terjadinya perubahan sistem seiring dengan terjadinya proses yang dilakukan, manfaat yang diperoleh sangat kurang. Sebagai contoh yakni proses pelaporan dalam setiap unit usaha pengendalian mutu CPO masih dilakukan secara manual, kemudian dalam proses pengendalian pada setiap unit proses produksi dilakukan berdasarkan standar proses pengolahan namun kebanyakan berdasarkan perintah dari setiap unit kepala bagian, dimana hal ini sedikit-tidaknya mempengaruhi mutu CPO yang dihasilkan. Oleh karena itu usaha pengendalian mutu produk CPO yang mempunyai daya saing dan dapat diterima pasar dengan harga yang layak menjadi faktor perhatian utama sehingga untuk menjaga mutu maka perlu dilakukan pengkajian dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produk mulai dari penanganan pasca panen yakni pada saat pemetikan buah, pemrosesan dan pengangkutan sampai kepada proses pengolahan di pabrik. Pengkajian dan penganalisaan tersebut tentunya harus sesuai dengan data dan informasi yang tersedia. Oleh karena itu, untuk memperoleh faktor-faktor tersebut dibutuhkan suatu bentuk investigasi sistem terhadap seluruh data dan informasi yang tersedia yang menyangkut kondisi proses pengolahan sampai diperolehnya CPO secara cepat dengan batasan-batasan tertentu pada suatu sistem sehingga tidak mengalami perubahan sehingga dihasilkan suatu bentuk desain yang dapat diterima oleh konsumen dan dapat dikembangkan dengan mudah, penghematan waktu dan biaya serta menghasilkan produk yang berkualitas. Setelah dilakukan investigasi sistem kemudian dilanjutkan kepada analisis sistem. Analisis sistem ini menyangkut kepada inti permasalahan, mulai dari pengumpulan fakta dan data lalu kemudian dianalisa dan diambil kesimpulannya.
5 Diharapkan dari hasil analisis itulah kemudian dapat ditentukan bagaimana menghasilkan CPO yang berkualitas tinggi. Selanjutnya hasil analisis sistem informasi pengendalian mutu CPO yang diperoleh tersebut kemudian dirangkaikan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, menjadi bentuk sistem pelaporan pengendalian (monitoring) yang dirancang dalam bentuk web. Bentuk web disini merupakan produk jaringan yang mengacu pada kebutuhan informasi di dalam perusahaan atau biasa disebut dengan intranet. Intranet merupakan jaringan komputer dalam perusahaan yang menggunakan komunikasi data standar seperti dalam internet. Artinya, semua fasilitas internet dapat digunakan untuk kebutuhan dalam perusahaan atau dalam suatu organisasi, atau dengan kata lain intranet dapat dikatakan ber-internet dalam lingkungan yang terbatas. Pemikiran ke arah hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa web memiliki peranan yang penting untuk menyebarluaskan informasi walaupun di dalam lingkungan terbatas. Dengan maksud apabila pelaku-pelaku agribisnis kelapa sawit membutuhkan informasi tentang pengendalian mutu CPO (dalam bentuk sistem pelaporan), maka informasi itu dapat diperoleh dari web, sehingga diharapkan dapat membantu mereka mencari solusi dan mengambil keputusan memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal lain yang melatarbelakangi pemikiran itu adalah karena melalui web, informasi yang ingin diperoleh mudah diakses dan mendapatkannya akan lebih cepat.
6 Tujuan Penelitian 1. Mengumpulkan data, informasi dan pengetahuan mengenai sistem produksi dan pengendalian mutu CPO dan faktor-faktor ataupun masalah yang mempengaruhi mutu pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. 2. Merancang model sistem informasi yang dibentuk menjadi sistem pelaporan pengendalian (monitoring) mutu CPO. Batasan Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kegiatan proses pengelolaan mutu yang meliputi proses pemanenan kelapa sawit di kebun sampai kepada proses penanganan/pengolahan kelapa sawit di pabrik menjadi CPO. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian dan penulisan skripsi ini adalah : 1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian. 2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan komoditi perkebunan kelapa sawit. 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya seperti pelaku agribisnis kelapa sawit.