BAB I PENDAHULUAN. HIV/AIDS, diare, dan malaria (UNICEF, 2016). Di Indonesia, prevalensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I. PENDAHULUAN. karena adanya anggapan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan kuno dan ketinggalan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lain (Jawetz dkk., 2013). Infeksi yang dapat disebabkan oleh S. aureus antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan menuju Indonesia sehat 2015 yang diadopsi dari

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. serius bagi dunia kesehatan saat ini dan masa yang akan datang. Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu survey yang dilakukan oleh World Heatlh. Organization (WHO) dilaporkan bahwa lebih dari 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan menambah bahan tertentu(rachmawati & Triyana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mencegah penyakit infeksi (Levinson, 2008). kesehatan (Barbacane, 2004; Goldman, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemui pada penderita periodontitis. Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

IDENTIFIKASI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN SUSPEK TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

4. HASIL. Tabel 4.1. Jumlah isolat dari Bangsal Bedah RSUPNCM tahun No Kode Organisme Jumlah Isolat eco Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk meningkat setiap tahun (Moehario, 2001). tifoid dibandingkan dengan anak perempuan (Musnelina et al., 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia masih menjadi masalah global yang memerlukan penanganan serius. Meskipun dapat dicegah dan diobati, penyakit pneumonia masih tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian anak di dunia (IVAC, 2015). Pada tahun 2015, diperkirakan sekitar 15% kematian anak usia di bawah 5 tahun disebabkan oleh pneumonia (WHO, 2015). Itu berarti, pneumonia telah menyebabkan kematian sekitar satu juta anak balita, melebihi jumlah angka kematian anak yang disebabkan oleh HIV/AIDS, diare, dan malaria (UNICEF, 2016). Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada semua umur meningkat dari 2,1% pada tahun 2007 menjadi 2,7% pada tahun 2013 (Litbangkes, 2013). Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang bersifat akut dan dapat disebabkan oleh berbagai macam patogen, seperti bakteri, jamur, dan virus. Salah satu virus yang dapat menyebabkan pneumonia di antaranya adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) (WHO, 2015). Pneumonia juga dapat disebabkan oleh bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif seperti Klebsiella pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumoniae, Legionella spp, Chlamydophila pneumoniae, Moraxella catarrhalis, 1

2 Mycobacterium tuberculosis, dan Burkholderia pseudomallei (Peto, et al., 2014). Berbagai riset dan upaya telah dilakukan untuk menangani insidensi pneumonia. Antibiotik umum digunakan untuk mengobati pneumonia, seperti amoxycillin, ampicillin, procaine penicillin, benzathine penicillin, penicillin + gentamicin, cefpodoxime, chloramphenicol, cefuroxime, levofloxacine, co-trimoxazole, azithromycin, erythromycin, clarythromycin, dan co-amoxyclavulanic acid (Kabra,et al., 2010). Antibiotik beta-laktam, seperti sefalosporin, penisilin, carbapenem dan monobaktam, biasa digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh Klebsiella pneumoniae (Urbanek, 2007). Namun, banyak bakteri yang resisten terhadap multi-drug. Jumlah pneumonia meningkat pada pasien di rumah sakit, terutama pada pasien di ICU dan pada pasien transplantasi (Richard,et al., 1999). Bakteri Staphylococcus aureus resisten terhadap methicillin, Streptococcus pneumoniae resisten terhadap Penicillin, sedangkan Haemophilus influenza resisten terhadap ampicillin dan penicillin (ATS, 2005). Selain itu, hampir semua strain bakteri Klebsiella pneumoniae telah resisten terhadap antibiotik seperti ticarcillin, carbenicillin, dan ampicillin. (Sarathbabu,et al., 2012). Daun sirih () terbuktimemiliki aktifitas antimikroba yang signifikan terhadap mikroorganisme dalam spektrum luas. Hal ini dikarenakan kandungan fenol di dalamnya dapat berperan dalam aktivitas

3 bakterisidal (Spandana, et al., 2012). Daun sirih mampu melawan sejumlah jenis bakteri seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Micrococcus luteus, Pseudomonas aeruginosa, Aeromonas hydrophyla, dan bakteri lain (Dwivedi & Tripathi, 2014). Komponen poten lain seperti alkaloid, glikosid dan tannin juga memiliki efek antibakterial dalam berbagai tingkatan (Kaveti, et al., 2011). Berbagai upaya pengembangan potensi ekstrak daun sirih sebagai terobosan antibiotik spektrum luas, sesuai dengan sebuah hadits yang di dalamnya Rasulullaah bersabda, Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya. (HR Bukhari). Upaya penelitian komprehensif yang terus dilakukan di dunia kedokteran terhadap berbagai penyakit merupakan ikhtiar dalam mencari kesembuhan hanya dari Allah semata. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Al Qur an, mengisahkan Nabi Ibrahim alaihissalaam, Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. [QS Asy- Syu araa : 80]. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun sirih () sebagai obat terobosan untuk pneumonia perlu dilakukan. Dalam riset ini, penelitian akan difokuskan pada potensi ekstrak daun sirih dalam menurunkan jumlah neutrofil darah mencit yang diinfeksi Klebsiella pneumoniae.

4 B. Rumusan Masalah Apakah ekstrak daun sirih mampu menurunkan jumlah neutrofil darah pada mencit yang diinfeksi bakteri Klebsiella pneumonia? C. Tujuan Menganalisis pengaruh ekstrak daun sirih dalam menurunkan jumlah neutrofil darah pada mencit yang diinfeksi bakteri Klebsiella pneumoniae. D. Manfaat 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan teori mengenai penelitian yang terkait yang telah dikembangkan sebelumnya, sehingga dapat menambah khasanah keilmuan dalam pemanfaatan sirih. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi penting oleh peneliti terhadap dunia keilmuan khususnya dalampemanfaatantanamansirih. b. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber yang bermakna bagi peneliti selanjutnya untuk meneruskan pengembangan ilmu berdasar teori yang telah ada.

5 E. Keaslian Penelitian Penelitian berjudul Potensi Ekstrak Daun Sirih () dalam Menurunkan Jumlah Neutrofil Darah pada Mencit yang Diinfeksi Klebsiella pneumoniae sejauh ini belum diteliti. Namun terdapat beberapa penelitian sebelumnya dengan variabel berbeda, di antaranya : No Nama,. Tahun 1. Kaveti,et al. (2011) 2. Datta, et al., (2011) Tabel 1.1 Keaslian Penenlitian Judul Variable Yang Diteliti Desain Antibacterial Efek In-vitro Activity Of antibakterial Piper Betel Piper betle Leaves Leaves terhadap bakteri gram positif dan negatif. Antrimicrobial Property of Leaf Against Clinical Isolates of Bacteria Efek antimikroba daun sirih terhadap berbagai jenis bakteri In-vitro Hasil menunjukkan efek antibakterial pada bakteri gram positif dan negatif. Sirih mampu menghambat bakteri, termasuk Stahylococcus aureus, dan Klebsiella pneumoniae. 2. Bangash,e t al. (2012) In-vitro Antibacterial Activity of Piper betle Leaf Extracts Efek ekstrak daun Piper betle terhadap berbagai bakteri, sepertie.coli. S.aureus. In-vitro Piper betle mampu menghambat pertumbuhan strain bebagai bakteri. 3. Hussain,et al., 2013 Piper betle Ethanolic Extract Reduces Neutrophil Scavenging Abilityand Possibly Catalase Activityin S.aureus Kemampuan dalam menurunkan neutrofil pada infeksi S.aureus In vitro mampu menurunkan rekrutmen neutrofil.

6 Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian sebelumnya tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas adalah pada penelitian Kaveti et al. (2011), Datta et al. (2011), dan Bangash et al. (2012), penelitian efek daun sirih dilakukan secara in-vitro dan tidak mengaitkannya dengan jumlah neutrofil. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah penggunaan daun sirih () dan meneliti efeknya terhadap bakteri. Pada penelitian Kaveti et al. (2011) dan Datta et al.(2011) juga digunakan bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian Hussain et al. (2013), menggunakan daun sirih () dan neutrofil sebagai salah satu variabel.