EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KARTU IDENTITAS BEROBAT (KIB) DI PUSKESMAS NGEBEL KABUPATEN PONOROGO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA WORK LOAD INDICATOR STAFF NEED ATAU WISN BAGIAN TPPRJ RSUD KABUPATEN SRAGEN ABSTRAK

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FOLDER REKAM MEDIS DI PELAYANAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT GRIYA WALUYA KABUPATEN PONOROGO

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Rekam medis a. Pengertian rekam medis Menurut permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

TINJAUAN PENDISTRIBUSIAN DOKUMEN REKAM MEDISRAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO NGAWI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Resume Medis Pasien Rawat Inap

Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Lama Di RSUD H. DAMANHURI BARABAI Tahun 2013

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN

PREDIKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAGIAN TPPRJ REGULER DENGAN MENGGUNAKANRUMUS WISN DI RUMAH SAKIT PARUdr. ARIO WIRAWANSALATIGA PERIODE TAHUN 2017

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka B. Landasan Teori C. Kerangka Konsep Penelitian D. Pertanyaan Penelitian...

TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

KAJIAN PELAKSANAAN REKAM MEDIS GIGI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK

Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Aplikasi Microsoft Access Dalam Pelaksanaan KIUP di RSUD SawahluntoTahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat.

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

TINJAUAN PENGGUNAAN SISTEM PENJAJARAN DRM DENGAN METODE SNF (STRAIGHT NUMERICAL FILLING) DI FILLING RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi disemua sektor kehidupan termasuk di bidang pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 80 Volume 1. No. 2 Oktober 2015

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAPPADA KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE TRIWULAN IVDI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan masyarakat yang lebih mudah. desa Cipatik, desa Pataruman, desa Citapen, desa Situwangi dan desa

Menurut Permenkes nomor 75 tahun

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

PELAYANAN DI RUANG REKAM MEDIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

TINJAUAN PROSEDUR PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN TAHUN 2015 PARMEN ABSTRAK

PENGARUH WAKTU TUNGGU PETUGAS PELAYANAN REKAM MEDIS TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD. DR. R. M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2015

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes Nomor. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengapa dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama

GAMBARAN SIKAP PASIEN TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUMAH SAKIT

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 3 adalah tempat. untuk praktik kedokteraan atau kedokteran gigi.

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

Tinjauan Desain Formulir Rujukan Jamkesmas berdasarkan Aspek Fisik, Isi, Anatomi dan Hukum Kesehatan di Puskesmas Ngargoyoso

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN. Nomor Dokumen SOP-RM-001 Nomor Revisi 004 Halaman 1 s/d 2 PROSEDUR TETAP. Tanggal Terbit : 1 Desember 2012

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Komponen Masukan (Input) 1. Tenaga rekam medis jumlahnya sudah mencukupi untuk Rumah Sakit

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

GLOBAL HEALTH SCIENCE ISSN

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

TINJAUAN SISTEM PENOMORAN DI TPP RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG TAHUN 2015

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PESERTA BPJS NON PBI (PENERIMA BANTUAN IURAN) TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.269 tahun

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPANDOKUMENREKAM MEDIS RUANG PERINATOLOGIDI RUMAH SAKIT UMUM DARMAYU PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa

Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja dengan menggunakan rumus Work Load Indicator Staff Need atau WISN Bagian Filing RSUD Dr. Moewardi Periode Tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan antar komponen yang ketat (complex and tightly coupled), khususnya di

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA JAMKESMAS DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

PERENCANAAN PENGELOLAAN REKAM MEDIS SESUAI DENGAN STANDAR PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PROSEDUR REKAM MEDIS DIKLINIK PRATAMA KOTA PEKANBARU

DAFTAR PUSTAKA. Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company.

BAB V PEMBAHASAN. organisasi sudah terstruktur dan menjalankan tugas dan fungsi masing-masing, Ekonomi, dan 2 orang lagi masih menjalani kuliah.

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN DI TPPRJ RUMAH SAKIT TUGUREJO SEMARANG

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PESERTA BPJS NON PBI (PENERIMA BANTUAN IURAN) TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

Pipintri Margiluruswati*, L.I.Irmawati*

PREDIKSI KEBUTUHAN RAK PENYIMPANAN DOKUMEN REKAM MEDIS AKTIF TAHUN 2015 DI BAGIAN FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator

Tinjauan Tata Kelola Sistem Filing Rekam Medis Rawat Jalan di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DAN KECEPATAN PENDISTRIBUSIAN REKAM MEDIS KE POLIKLINIK DI RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat mamiliki peran. yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Tetapi, sekarang pandangan pasien BPJS terhadap

PREDIKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN BERDASARKAN RUMUS FULLTIME EQUIVALENT(FTE) DI RSUD KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang telah berkembang saat ini, telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dapat membantu mewujudkan derajat. kesehatan yang optimal, hal itu di karenakan puskesmas mempunyai dua

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KARTU IDENTITAS BEROBAT (KIB) DI PUSKESMAS NGEBEL KABUPATEN PONOROGO Ahmad Yoga Suwarno, Rumpiati, Anjarie Dharmastuti *) STIKES Buana Husada Ponorogo Email: YRKI082@gmail.com ABSTRAK Kartu identitas berobat merupakan sarana penunjang pada suatu sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian tempat pendaftaran pasien karena memuat nomor rekam medis pasien dan identitas pasien. Dengan pasien membawa kartu identitas berobat saat mendaftar pada unit pendaftaran pasien maka petugas pendaftaran akan mudah mencari identitas pasien pada komputer kemudian menghubungi petugas filing untuk mengambil dokumen rekam medis pasien. Oleh karena itu, penggunaan kartu identitas berobat diharapkan agar efektif dan efisien dari pihak pasien dan sarana pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan KIB, efisiensi penggunaan KIB dan faktor-faktor yang menghambat penggunaan KIB di Puskesmas Ngebel Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan tehnik sampling menggunakan purposive sampling dengan pasien lama sebagai responden. Sampel diambil dari tanggal 20-22 maret 2017. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penggunaan KIB sebesar 74,66% dan tingkat efisiensi penggunaan KIB sebesar 69,11%. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat penggunaan KIB adalah komunikasi dan himbauan petugas pendaftaran kepada pasien untuk selalu membawa KIB masih kurang, kesadaran pasien untuk membawa KIB saat berobat masih kurang, sosialisasi puskesmas tentang nilai guna KIB kepada pasien dan masyarakat belum sepenuhnya tercapai dan bahan baku KIB sebagian besar masih menggunakan kertas yang mudah robek dan luntur. Kata kunci: efektivitas, efisiensi, kartu identitas berobat. PENDAHULUAN Di era globalisasi seperti saat ini, kesehatan menjadi faktor utama yang harus dipenuhi mayoritas penduduk dunia demi harapan hidup yang lebih panjang guna kesejahteraan garis keturunan atau generasi berikutnya, oleh karena itu sering sekali kita menemui sarana pelayanan kesehatan yang ramai dikunjungi orangorang dari berbagai golongan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kebutuhan kesehatan setiap individu akan mempengaruhi kegiatan di sarana pelayanan kesehatan yang semakin padat

akan kunjungan pasien setiap harinya, otomatis pelayanan yang efektif dan efisien akan menjadi hal utama yang diharapkan kedua pihak, pihak pasien maupun pihak pemberi pelayanan kesehatan. Ditetapkannya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, maka tugas - utama puskesmas adalah melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya serta membuat laporan yang kemudian dikirim ke dinas kesehatan tingkat kabupaten/kota. Guna membantu membuat laporan yang akan dikirim ke dinas kesehatan, maka puskesmas membutuhkan data yang didapat dari dokumen rekam medis milik pasien. Menurut (DEPKES, 2006) sistem pendaftaran merupakan pelayanan pertama kali yang diterima pasien saat tiba di pelayanan kesehatan. TPP merupakan gerbang utama dari suatu instansi pelayanan kesehatan. Untuk menunjang pelayanan dalam melayani pasien di Tempat Pendaftaran Pasien dibutuhkan sarana dan prasarana rekam medis seperti KIB dan KIUP. KIB (Kartu Identitas Berobat) merupakan kartu identitas milik pasien di suatu instansi pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk mencari dokumen rekam medis milik pasien sudah berobat di instansi tersebut karena pada KIB terdapat nomor rekam medis pasien. Dengan kedatangan pasien ke instansi pelayanan kesehatan serta membawa KIB akan mempermudah petugas pendaftaran untuk mencari dokumen rekam medis pasien, maka penggunaan KIB diharuskan efektif dan efisien guna mempercepat pelayanan pasien di bagian pendaftaran dan menghindari penumpukan pasien yang berlebihan. Kecamatan Ngebel, merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari 9 kelurahan dengan kepadatan penduduk berjumlah kurang lebih 17.920.000 jiwa. Di Kecamatan Ngebel terdapat satu puskesmas dengan letak yang strategis dan mudah dijangkau dari berbagai kelurahan wilayah Ngebel serta terdapat 15 Puskesmas Pembantu di setiap kelurahan dengan tujuan mempermudah pelayanan terhadap masyarakat setempat.

Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek yang berjalan kurang baik di Puskesmas Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Di unit rekam medis pada TPP terdapat permasalahan yang menarik perhatian peneliti, yaitu penggunaan KIB yang kurang tepat sasaran dan mengurangi nilai gunanya yang saat ini dihentikan pencetakannya. Selain itu, peneliti menemukan label berisi nomor rekam medis yang ditempelkan pada kartu tanda pengenal lain milik pasien seperti KTP, SIM, kartu JAMKESMAS, kartu ASKES dan KIS (Kartu Indonesia Sehat) dengan alasan bahwa penggunaan label yang ditempelkan pada kartu tanda pengenal lain milik pasien lebih menghemat biaya dan pasien pasti membawanya kemanapun pergi, selain itu alasan penggunaan KIB yang dihentikan adalah bahwa pasien sering lupa saat berkunjung berobat dan sebagian lagi sering kehilangan KIB tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 Desember 2016-3 Desember 2016 di TPP Puskesmas Kecamatan Ngebel, dari 41 pasien yang datang berobat, peneliti menjumpai 22 pasien tidak membawa KIB dan 19 pasien membawa KIB. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan KIB di Puskesmas Kecamatan Ngebel belum sepenuhnya tepat akan nilai guna KIB. Penggunaan KIB seperti itu, dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi pihak puskesmas maupun pihak masyarakat yang datang berobat. Pasien yang datang ke puskesmas dan tidak membawa KIB akan membuat petugas pendaftaran kesulitan menemukan nomor rekam medis pasien dan petugas filling juga akan kesulitan menemukan dokumen rekam medis pasien. Akibatnya pelayanan akan terhambat dan berisiko penumpukan pasien di TPP. Dampak lain yang diakibatkan adalah, apabila petugas filling tidak dapat menemukan dokumen rekam medis pasien karena kesulitan melacak nomor rekam medis yang terdapat pada dokumen rekam medis pasien, maka secara otomatis petugas pendaftaran akan membuat dokumen rekam medis baru untuk pasien tersebut meskipun pasien sudah pernah datang berobat dengan status pasien lama, akibatnya terjadi duplikasi dokumen rekam medis pada satu pasien. Dengan kata lain satu pasien akan memiliki dua dokumen rekam

medis pada suatu sarana pelayanan kesehatan. Apabila terjadi duplikasi dokumen rekam medis pada satu pasien, dokter pemeriksa akan kesulitan untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang terdahulu karena riwayat penyakit yang terdahulu sudah tercatat pada dokumen rekam medis yang lama dan pasien tersebut datang dengan status pasien lama namun dengan dokumen rekam medis baru yang masih kosong. Tentu saja hal tersebut akan mempengaruhi pengobatan pasien, misalkan pasien tersebut alergi pada obat tertentu sedangkan riwayat alergi tersebut tercatat pada dokumen rekam medis yang lama dan dokter lupa untuk bertanya pada pasien tersebut apakah pasien mempunyai riwayat alergi. Selain riwayat alergi pasien, riwayat penyakit pasien terdahulu juga tidak diketahui oleh dokter, akibatnya dokter harus melakukan pemeriksaan dari awal terhadap pasien. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan kartu identitas berobat di Puskesmas Kecamatan Ngebel. Tujuan Khusus a. Mengetahui efektivitas penggunaan KIB. b. Mengetahui efisiensi penggunaan KIB. c. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat penggunaan KIB. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Istilah deskriptif berasal dari bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2014). Desain penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas dan efisiensi Kartu Identitas Berobat (KIB) di Puskesmas Kec. Ngebel, Kab. Ponorogo. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Efektivitas Penggunaan KIB Menurut (Arikunto, 2006) kategori penilaian dapat dikategorikan baik, cukup

dan kurang. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: 1. Tingkat efektivitas kategori baik jika nilainya 76% - 100%. 2. Tingkat efektivitas kategori cukup jika nilainya 56% - 75%. 3. Tingkat efektivitas kategori kurang jika nilainya kurang dari 55%. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa tingkat efektivitas penggunaan KIB sebesar 74,66% dan masuk dalam kategori cukup atau dengan kata lain penggunaan KIB cukup efektif dari pihak puskesmas maupun pihak pasien. Menurut (Mardiasmo dalam Ariel, 2013) efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perbedaan antara pendahuluan pada bab 1 yang menyatakan bahwa penggunaan KIB tidak efektif berdasarkan hasil survey awal dan penggunaan KIB dinyatakan efektif setelah dilakukan pengambilan dan pengolahan data. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perubahan kebijakan yang ditentukan puskesmas untuk mengganti KIB lama yang berbahan kertas map yang digunakan sebelum tahun 2017 menjadi KIB berbahan kertas karton yang digunakan pada tahun 2017 hingga saat ini dengan desain yang lebih menarik serta tidak mudah robek atau luntur. Perubahan efektivitas tersebut yang membuat perbedaan antara survey data awal pada pendahuluan yang dilakukan pada 1-3 Desember 2016 dengan hasil pengambilan data pada 20-22 April 2017. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh peneliti, masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan KIB antara lain: 1. Pasien kurang mematuhi himbauan dari puskesmas untuk membawa KIB saat berobat kembali 2. Pasien berpendapat bahwa meskipun tidak membawa KIB, puskesmas tetap memberi pelayanan kepada pasien. 3. Belum ada sosialisasi dari puskesmas kepada pasien tentang manfaat KIB bagi pasien serta dampak yang kemungkinan muncul apabila

pasien berobat tanpa membawa KIB. 4. Kurangnya himbauan petugas TPP kepada pasien untuk membawa KIB saat berobat. Menurut opini peneliti, alangkah baiknya apabila penggunaan KIB bisa sepenuhnya efektif. Efektivitas penggunaan KIB bisa disebabkan atau didukung dengan pasien yang berobat kembali selalu membawa KIB, dengan pasien membawa KIB otomatis pelayanan di tempat pendaftaran menjadi lebih cepat karena petugas pendaftaran tidak akan kesulitan mencari identitas pasien yang sudah di entry ke dalam komputer dan langsung bisa menghubungi petugas filling untuk melakukan retrival dokumen rekam medis sesuai dengan nomor rekam medis dan identitas pasien yang mendaftar, selain itu efektivitas penggunaan KIB juga bisa didukung dengan himbauan petugas TPP kepada pasien untuk membawa KIB saat berobat kembali dan sosialisasi puskesmas kepada masyarakat khususnya pasien lama untuk membawa KIB saat berobat kembali dan memberi tahu dampak negatif yang kemungkinan terjadi apabila pasien tidak membawa KIB. Opini peneliti sesuai dengan pernyataan Smart Card Alliance yang menyatakan Smart patient health card is a identity card that belongs to patient who has registered in a healthcare system and it very usefull in order to support the effectiveness of the service in healthcare system, especially in administrative unit, it takes no longer time for patient to reregister 2. Efisiensi Penggunaan KIB Menurut (Arikunto, 2006) kategori penilaian dapat dikategorikan baik, cukup dan kurang. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: 1. Tingkat efisiensi kategori baik jika nilainya 76% - 100%. 2. Tingkat efisiensi kategori cukup jika nilainya 56% - 75%. 3. Tingkat efisiensi kategori kurang jika nilainya kurang dari 55%. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa efisiensi penggunaan KIB sebesar 69,11% dan dikategorikan tingkat efisien cukup atau dengan kata lain tingkat efisiensi penggunaan KIB yang cukup baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penggunaan KIB antara lain: 1. Petugas pendaftaran belum sepenuhnya memberi tahu kepada semua pasien tentang nilai guna KIB. Sebaiknya petugas TPP selalu memberi

tahu kepada pasien tentang keuntungan yang didapat pasien ketika membawa KIB saat berobat kembali dan kerugian atau bahkan dampak negatif yang kemungkinan terjadi apabila pasien tidak membawa KIB saat berobat, dengan begitu pasien akan melakukan antisipasi terhadap dampak negatif apabila tidak membawa KIB. 2. Pasien kurang mampu merawat KIB dengan baik. KIB yang dibawa oleh pasien biasanya mengalami lusek karena terlipat di dalam dompet, hal ini mengakibatkan tulisan pada KIB menjadi luntur dan tidak bisa dibaca. 3. Pasien berpendapat bahwa mereka sudah menyimpan KIB, tetapi KIB dari bahan kertas bisa robek atau basah saat kehujanan. Apabila pasien datang berobat dengan membawa KIB dalam keadaan robek atau basah, maka petugas TPP akan mengganti dengan KIB baru untuk pasien lama, otomatis hal tersebut bisa mempengaruhi efisiensi penggunaan KIB yang menjadi boros. Alangkah baiknya ketika hal tersebut terjadi pada pasien lama, petugas TPP mengganti KIB pasien dengan KIB baru yang berbahan baku dari kertas karton berwarna mengkilap agar di kemudian hari kasus KIB robek dan basah tidak terjadi pada pasien lama. 4. Sosialisasi puskesmas belum sepenuhnya dilakukan kepada masyarakat, terutama kepada pasien yang sudah lanjut usia. Sebaiknya puskesmas melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pasien. Sosialisasi bisa berupa pamlet, spanduk dan brosur yang berisi himbauan untuk membawa KIB serta sosialisasi secara langsung. Menurut opini peneliti, alangkah baiknya apabila KIB pasien lama tahun 2017 ke bawah yang masih berbahan kertas map diganti atau disamakan dengan KIB pasien lama tahun 2017 ke atas hingga sekarang yang berbahan kertas karton berwarna mengkilap untuk menambah tingkat efisiensi penggunaan KIB. Selain untuk menambah efisiensi apabila KIB pasien robek atau luntur terutama pada bagian nomor rekam

medisnya, apabila nomor rekam medis pada KIB tidak dapat dibaca oleh petugas TPP dan identitas pasien tidak ditemukan pada komputer kemungkinan besar akan berdampak pada duplikasi nomor rekam medis dan duplikasi dokumen rekam medis pada satu pasien. Opini peneliti sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh (Mardiasmo dalam Ariel, 2013) efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya dengan keluaran yang diperoleh oleh suatu unit organisasi. 3. Faktor-Faktor Yang Menghambat Penggunaan KIB Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh peneliti, faktor-faktor yang menghambat penggunaan KIB antara lain: 1. Petugas pendaftaran tidak selalu menghimbau pasien untuk membawa KIB saat berobat kembali 2. Petugas pendaftaran tidak selalu menanyakan KIB kepada pasien lama. 3. Pasien lama tidak selalu membawa KIB saat berobat kembali. 4. Kurangnya sosialisasi puskesmas kepada pasien dan masyarakat tentang fungsi, kegunaan dan manfaat KIB. 5. Petugas pendaftaran jarang menghimbau pasien untuk menyimpan KIB dengan baik. 6. KIB yang dibawa pasien tidak dalam keadaan utuh. 7. KIB yang dibawa pasien luntur. 8. KIB yang dibawa pasien robek. 9. Bahan baku KIB belum sesuai standar untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Menurut opini peneliti, untuk meminimalisir faktor-faktor yang menghambat penggunaan KIB, alangkah baiknya apabila petugas TPP selalu menghimbau setiap pasien yang berobat dan selalu meminta KIB pasien lama yang berobat kembali, apabila petugas TPP tidak meminta KIB kepada pasien lama, kemungkinan pasien tidak membawa KIB di masa mendatang juga relatif sering

terutama pasien lama yang masih awam akan nilai guna KIB. Sosialisasi puskesmas kepada masyarakat dan pasien tentang fungsi, kegunaan dan manfaat KIB sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan KIB. Selain memberi tahu tentang nilai guna, sebaiknya masyarakat dan pasien diberi tahu tentang dampak negatif apabila tidak membawa KIB. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan KIB dan membantu pelayanan di TPP agar lebih efektif, alangkah baiknya apabila pasien lama yang memiliki KIB masih berbahan dasar kertas map diganti dengan KIB terbaru pasien tahun 2017 ke atas yang berbahan dasar kertas karton berwarna mengkilap. Hal ini otomatis akan meningkatkan efisiensi penggunaan KIB karena KIB lama berbahan kertas map yang rentan rusak diganti dengan KIB yang berbahan dasar sesuai standar untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Opini peneliti ini didukung oleh penelitian (Widiarta, 2013) Waktu penyediaan dokumen rekam medis pasien rawat jalan lama yang tidak membawa kartu identitas berobat di RSUD H. Damanhuri Barabai sebanyak 31 orang sudah sesuai dengan SPM yaitu 9,2 menit, tetapi masih terdapat 9 orang pasien yang melebihi SPM dengan rata-rata waktu 10,6 menit sedangkan 22 orang pasien sudah sesuai dengan SPM dengan ratarata waktu 8,7 menit. Waktu penyediaan dokumen rekam medis pasien rawat jalan lama yang membawa kartu identitas berobat di RSUD H. Damanhuri Barabai yaitu 62 orang sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal dengan ratarata waktu 5,7 menit. Perbedaan rata-rata waktu penyediaan dokumen rekam medis pasien rawat jalan lama antara pasien yang tidak membawa kartu identitas berobat dengan pasien yang membawa kartu identitas berobat di RSUD H. Damanhuri Barabai sebesar 3,5 menit. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang efektivitas dan efisiensi kartu identitas berobat (KIB) di Puskesmas Ngebel Kabupaten Ponorogo dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Efektivitas penggunaan KIB di Puskesmas Ngebel Kabupaten Ponorogo mencapai persentase 74,66% atau dengan kata lain tingkat efektivitas penggunaan KIB di Puskesmas Ngebel sebesar 74,66% dan masuk kategori

cukup. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perbedaan antara pendahuluan pada bab 1 yang menyatakan bahwa penggunaan KIB tidak efektif berdasarkan hasil survey awal dan penggunaan KIB dinyatakan efektif setelah dilakukan pengambilan dan pengolahan data. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perubahan kebijakan yang ditentukan puskesmas untuk mengganti KIB lama yang berbahan kertas map yang digunakan sebelum tahun 2017 menjadi KIB berbahan kertas karton yang digunakan pada tahun 2017 hingga saat ini dengan desain yang lebih menarik serta tidak mudah robek atau luntur. Perubahan efektivitas tersebut yang membuat perbedaan antara survey data awal pada pendahuluan yang dilakukan pada 1-3 Desember 2016 dengan hasil pengambilan data pada 20-22 April 2017. b. Efisiensi penggunaan KIB di Puskesmas Ngebel Kabupaten Ponorogo mencapai persentase 69,11%% atau dengan kata lain tingkat efisiensi c. penggunaan KIB di Puskesmas Ngebel sebesar 69,11% dan masuk kategori cukup. d. Faktor-faktor yang menghambat penggunaan KIB di Puskesmas Ngebel Kabupaten Ponorogo antara lain: 1. Komunikasi atau himbauan petugas pendaftaran kepada pasien agar KIB dibawa setiap kali berobat masih kurang atau belum sepenuhnya didengar oleh semua pasien. 2. Kesadaran pasien akan pentingnya KIB serta dampak negatif apabila tidak membawa KIB saat berobat masih kurang. 3. Belum ada sosialisasi yang berkelanjutan dari pihak puskesmas kepada pasien dan masyarakat tentang nilai guna KIB. 4. Bahan baku KIB sebagian besar masih menggunakan kertas yang mudah robek dan luntur.

SARAN Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang efektivitas dan efisiensi kartu identitas berobat (KIB) di Puskesmas Ngebel Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Diharapkan data ini dapat digunakan Puskesmas Ngebel sebagai perencanaan untuk pembuatan atau revisi SOP di unit TPP Puskesmas Ngebel dan sebagai perencanaan sosialisasi nilai guna KIB kepada pasien dan masyarakat agar sosialisasi berkelanjutan dapat berjalan terus menerus. b. Diharapkan hasil dari karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai perencanaan pembaruan bahan baku KIB di masa mendatang. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Tangerang: Binarupa Aksara. Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. IFHRO (International Federation Health Record Organization). Nanang, E. 2016. Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Folder Rekam Medis Di Pelayanan Rawat Jalan Di Rumah Sakit Griya Waluya Kabupaten Ponorogo. KTI: STIKes Buana Husada Ponorogo. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Sharon, Ariel. 2013. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Minahasa Selatan. Vol. 1, No. 3. Smart Card Alliance 2009. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D. Bandung. ALFABETA. Widiarta, Apit. 2013. Tinjauan Penggunaan Kartu Identitas Berobat dan Lama Waktu Penyediaan Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Lama Di RSUD H. Damanhuri Barabai Tahun 2013. Vol. 5, No. 1. Wijono, Joko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.