LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BERITA RESMI STATISTIK

Analisis Perkembangan Industri

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

BERITA RESMI STATISTIK

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN


BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

Statistik KATA PENGANTAR

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Kondisi Perekonomian Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

I.1. Perkembangan Sektor Industri dan Perannya terhadap Perekonomian Nasional sampai dengan tahun 2004

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

BPS PROVINSI JAWA BARAT

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BPS PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Transkripsi:

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan II Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik

KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009 serta Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perindustrian 2005-2009. oleh karenanya perkembangan industri perlu dipantau dari waktu ke waktu. Dalam rangka mengetahui perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk data produksi dan 3 bulan untuk ekspor impor. beberapa komoditi industri tertentu dipilih sebagai sampel yang diharapkan mampu mewakili gambaran industri secara keseluruhan. Untuk itu data bulanan komoditi terpilih tersebut dikumpulkan baik dari Asosiasi industri yang membidangi atau perusahaan. Buku Laporan Perkembangan Komoditi Industri Terpilih ini dapat digunakan sebagai indikator Departemen Perindustrian untuk melihat kinerja industri secara indikatif. yaitu dengan melihat perkembangan dari realisasi produksi. ekspor. dan impor produk-produk tersebut. Hal-hal yang tergambarkan dalam laporan ini adalah buah kerja Kementerian Perindustrian dengan berbagai pihak yang terkait. Untuk itu. kami menyampaikan penghargaan setinggitingginya kepada Asosiasi. perusahaan dan lembaga pemerintah terkait. baik pusat dan daerah. dunia usaha. serta masyarakat yang menyampaikan berbagai datanya kepada Kemneterian Perindustrian sehingga tersusunnya laporan ini. Jakarta, September Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN i

ii LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1. Kondisi Ekonomi Dunia...... 1 1.2. Kondisi Ekonomi Indonesia...... 1 1.2.1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)...... 1 1.2.2. Perkembangan Sektor Industri... 2 1.2.3. Investasi... 3 1.2.4. Tenaga Kerja... 4 BAB II PERKEMBANGAN KINERJA EKSPOR IMPOR KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1. Kinerja...... 5 2.2. kinerja...... 5 2.3. Perkembangan Kinerja - Komoditi Industri Terpilih... 5 2.3.1. Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya...... 6 2.3.1.1. Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya... 6 2.3.2. Pupuk Non Urea... 6 2.3.2.1. Pupuk Mineral / Kimia Mengandung Phospat... 6 2.3.2.2. Pupuk Lainnya... 6 2.3.3. Semen... 6 2.3.4. Minyak Goreng Sawit... 8 2.3.5. Baja... 7 2.3.5.1. Hot Rolled Coil... 7 2.3.5.2. Hot Rolled Plate... 7 2.3.6. Kendaraan Bermotor... 7 2.3.6.1. Kendaraan Bermotor Roda Dua... 7 2.3.6.2. Kendaraan Bermotor Roda Empat... 7 2.3.7. Peralatan Listrik Rumah Tangga... 8 2.3.7.1. Televisi... 8 2.3.7.1.1. Televisi Berwarna... 8 2.3.7.1.2. Televisi Hitam Putih... 8 2.3.7.2. Lemari Es... 8 2.3.7.2.1. Refrigators/ Deepfreezers R.T... 8 2.3.7.2.2. Refrigators/ Deepfreezers Non R.T... 8 2.3.8. Tekstil dan Produk Tekstil... 9 2.3.8.1. Serat... 9 2.3.8.2. Benang... 9 2.3.8.3. Kain... 9 2.3.8.3.1. Kain Tenun Ikat... 9 2.3.8.3.2. Kain Tenun Sutera... 10 2.3.8.3.3. Kain Tule dan Jala Lainnya... 10 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN iii

2.3.9. Pulp dan Kertas... 10 2.3.9.1. Pulp... 10 2.3.9.2. Kertas... 10 2.3.9.2.1. Kertas Budaya... 10 2.3.9.2.2. Kertas Industri... 11 2.3.9.2.3. Kertas Tissue... 11 2.3.10. Mesin Listrik... 11 2.3.10.1. Motor Listrik... 11 2.3.10.2. KWH Meter... 11 2.3.11. Ban... 12 2.3.11.1. Ban Sepeda Motor... 12 2.3.11.1.1. Ban Luar Sepeda Motor... 12 2.3.11.2. Ban Mobil... 12 2.3.11.2.1. Ban Dalam Mobil... 12 2.3.11.2.2. Ban Luar Mobil... 12 2.3.12. Tepung Terigu... 12 2.3.13. Barang Jadi Rotan... 13 2.3.13.1. Barang Anyaman dari Rotan... 13 2.3.13.2. Meubel Rotan... 13 2.3.13.3. Rotan Setengah Jadi... 13 2.3.14. Keramik... 13 BAB III PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 3.1. Landasan Pemilihan Komoditi... 15 3.2. Komoditi Industri Terpilih... 15 3.3. Perkembangan Produksi Komoditi Industri Terpilih... 16 3.3.1. Pupuk... 16 3.3.1.1. Pupuk Urea... 16 3.3.1.2. Pupuk Non Urea... 16 3.3.1.2.1. Pupuk ZA... 16 3.3.1.2.2. Pupuk SP 36... 17 3.3.1.2.3. Pupuk Phonska... 17 3.3.2. Semen... 17 3.3.3. Minyak Goreng Sawit... 17 3.3.4. Baja... 18 3.3.4.1. Hot Rolled Coil... 18 3.3.4.2. Hot Rolled Plate... 18 3.3.5. Kendaraan Bermotor... 18 3.3.5.1. Kendaraan Bermotor Roda Dua... 18 3.3.5.2. Kendaraan Bermotor Roda Empat... 18 3.3.6. Peralatan Listrik Rumah Tangga... 18 3.3.6.1. Televisi... 18 3.3.6.2. Lemari Es... 19 3.3.7. Tekstil dan Produk Tekstil... 19 3.3.7.1. Serat... 19 3.3.7.2. Benang... 19 3.3.7.3. Kain... 20 3.3.8. Pulp dan Kertas... 20 3.3.8.1. Pulp... 20 3.3.8.2. Kertas... 20 iv LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

3.3.9. Mesin Listrik... 20 3.3.9.1. Mini Circuit Breaker (MCB)... 21 3.3.9.2. Motor Listrik... 21 3.3.9.3. KWH Meter... 21 3.3.9.4. Panel dan Gear... 21 3.3.10. Ban... 22 3.3.10.1. Ban Sepeda Motor... 22 3.3.10.2. Ban Mobil... 22 3.3.11. Tepung Terigu... 22 3.3.12. Barang Jadi Rotan... 23 3.3.13. Keramik... 23 3.3.13.1. Keramik Tile... 23 3.3.13.2. Keramik Tableware... 23 3.3.13.3. Keramik Sanitary... 23 BAB IV INDEKS KINERJA INDUSTRI TERPILIH 4.1. Indeks Kinerja Industri Pupuk... 25 4.2. Indeks Kinerja Industri Semen... 25 4.3. Indeks Kinerja Industri Minyak Goreng... 27 4.4. Indeks Kinerja Industri Baja... 27 4.5. Indeks Kinerja Industri Kendaraan Bermotor... 27 4.6. Indeks Kinerja Industri Peralatan listrik Rumah Tangga... 28 4.7. Indeks Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil (T.P.T)... 28 4.8. Indeks Kinerja Industri Pulp dan Kertas... 29 4.9. Indeks Kinerja Industri Mesin Listrik... 29 4.10. Indeks Kinerja Industri Ban... 30 4.11. Indeks Kinerja Industri Tepung Terigu... 31 4.12. Indeks Kinerja Industri Barang Jadi Rotan... 31 4.13. Indeks Kinerja Industri Keramik... 32 BAB V PENUTUP... 33 LAMPIRAN... 35 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN v

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 1 Gambar 1.2. Kondisi PDB Indonesia... 2 Gambar 1.3. Kondisi Sektor Industri-Industri Non Migas... 2 Gambar 1.4. Kapasitas Produksi Industri Non Migas... 3 Gambar 1.5. Perkembangan Investasi PMA... 3 Gambar 1.6. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja... 4 Gambar 2.1. Perkembangan... 5 Gambar 2.2. Struktur Menurut Penggunaan... 5 Gambar 2.3. Perkembangan Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 6 Gambar 2.4. Perkembangan Pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 6 Gambar 2.5. Perkembangan Pupuk Lainnya Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 6 Gambar 2.6. Perkembangan Industri Semen Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 6 Gambar 2.7. Perkembangan Minyak Goreng Kelapa Sawit Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 7 Gambar 2.8. Perkembangan Hot Rolled Coil (HRC) Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 7 Gambar 2.9. Perkembangan Hot Rolled Plate Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 7 Gambar 2.10. Perkembangan Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 7 Gambar 2.11. Perkembangan Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 8 Gambar 2.12. Perkembangan Televisi Berwarna Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 8 Gambar 2.13. Perkembangan Televisi Hitam Putih Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 8 Gambar 2.14. Perkembangan Refrigators/ Deepfreezers untuk R.T Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 8 Gambar 2.15. Perkembangan Refrigators/ Deepfreezers Non R.T Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 9 Gambar 2.16. Perkembangan Serat Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 9 Gambar 2.17. Perkembangan Benang Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 9 Gambar 2.18. Perkembangan Kain Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 9 Gambar 2.19. Perkembangan Kain Tenun Ikat Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 10 Gambar 2.20. Perkembangan Kain Tenun Sutera Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 10 Gambar 2.21. Perkembangan Kain Tule dan Jala Lainnya Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 10 vi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Gambar 2.22. Perkembangan Pulp Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 10 Gambar 2.23. Perkembangan Kertas Budaya Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 11 Gambar 2.24. Perkembangan Kertas Industri Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 11 Gambar 2.25. Perkembangan Kertas Tissue Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 11 Gambar 2.26. Perkembangan Motor Listrik Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 11 Gambar 2.27. Perkembangan KWH Meter Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 12 Gambar 2.28. Perkembangan Industri Ban Luar Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 12 Gambar 2.29. Perkembangan Ban Dalam Mobil Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 12 Gambar 2.30. Perkembangan Ban Luar Mobil Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 12 Gambar 2.31. Perkembangan Tepung Terigu Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 13 Gambar 2.32. Perkembangan Barang Anyaman dari Rotan Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 13 Gambar 2.33. Perkembangan Meubel Rotan Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 13 Gambar 2.34. Perkembangan Rotan Setengah Jadi Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 13 Gambar 2.35. Perkembangan Keramik Periode Oktober 2007 s.d. Maret 2008... 14 Gambar 3.1. Kinerja Indusri Pupuk Urea... 16 Gambar 3.2. Kinerja Indusri Pupuk ZA... 17 Gambar 3.3. Kinerja Indusri Pupuk SP36... 17 Gambar 3.4. Kinerja Indusri Pupuk Phonska... 17 Gambar 3.5. Kinerja Indusri Semen... 17 Gambar 3.6. Kinerja Indusri Minyak Goreng Sawit... 18 Gambar 3.7. Kinerja Indusri Logam Hot Rolled Coil... 18 Gambar 3.8. Kinerja Indusri Logam Hot Rolled Plate... 18 Gambar 3.9. Kinerja Indusri Kendaraan bermotor Roda Dua... 18 Gambar 3.10. Kinerja Indusri Kendaraan bermotor Roda Empat... 19 Gambar 3.11. Kinerja Indusri Televisi... 19 Gambar 3.12. Kinerja Indusri Lemari Es... 19 Gambar 3.13. Kinerja Indusri Serat... 19 Gambar 3.14. Kinerja Indusri Benang... 20 Gambar 3.15. Kinerja Indusri Kain... 20 Gambar 3.16. Kinerja Indusri Pulp... 20 Gambar 3.17. Kinerja Indusri Kertas... 20 Gambar 3.18. Kinerja Indusri MCB... 21 Gambar 3.19. Kinerja Indusri Motor Listrik... 21 Gambar 3.20. Kinerja Indusri KWh Meter... 21 Gambar 3.21. Kinerja Indusri Panel dan Gear... 22 Gambar 3.22. Kinerja Indusri Ban Sepeda Motor... 22 Gambar 3.23. Kinerja Indusri Ban Mobil... 22 Gambar 3.24. Kinerja Indusri Tepung Terigu... 22 Gambar 3.25. Kinerja Indusri Barang Jadi Rotan... 23 Gambar 3.26. Kinerja Industri Keramik Tile... 23 Gambar 3.27. Kinerja Industri Keramik Tableware... 23 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN vii

Gambar 3.28. Kinerja Industri Keramik Sanitary... 23 Gambar 4.1. Indeks Kinerja Komoditi Industri Terpilih... 25 Gambar 4.2. Indeks Kinerja Indusri Pupuk... 26 Gambar 4.3. Indeks Kinerja Indusri Semen... 27 Gambar 4.4. Indeks Kinerja Indusri Minyak Goreng... 27 Gambar 4.5. Indeks Kinerja Indusri Baja... 28 Gambar 4.6. Indeks Kinerja Indusri Kendaraan Bermotor... 28 Gambar 4.7. Indeks Kinerja Indusri Peralatan Listrik Rumah Tangga... 29 Gambar 4.8. Indeks Kinerja Indusri Tekstil dan Produk Tekstil... 30 Gambar 4.9. Indeks Kinerja Indusri Pulp dan Kertas... 30 Gambar 4.10. Indeks Kinerja Indusri Mesin Listrik... 31 Gambar 4.11. Indeks Kinerja Indusri Ban... 31 Gambar 4.12. Indeks Kinerja Indusri Tepung Terigu... 32 Gambar 4.13. Indeks Kinerja Indusri Barang Jadi Rotan... 33 Gambar 4.14. Indeks Kinerja Indusri Keramik... 33 vii LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 4.1. Indeks Kinerja Industri Pupuk... 25 Tabel 4.2. Indeks Kinerja Industri Semen... 25 Tabel 4.3. Indeks Kinerja Industri Minyak Goreng... 26 Tabel 4.4. Indeks Kinerja Industri Baja... 27 Tabel 4.5. Indeks Kinerja Industri Kendaraan Bermotor... 27 Tabel 4.6. Indeks Kinerja Industri Peraltan Listrik Rumah Tangga... 28 Tabel 4.7. Indeks Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil... 28 Tabel 4.8. Indeks Kinerja Industri Pulp dan Kertas... 29 Tabel 4.9. Indeks Kinerja Industri Mesin Listrik... 30 Tabel 4.10. Indeks Kinerja Industri Ban... 30 Tabel 4.11. Indeks Kinerja Industri Tepung Terigu... 31 Tabel 4.12. Indeks Kinerja Industri Barang Jadi Rotan... 31 Tabel 4.13. Indeks Kinerja Industri Keramik... 32 Tabel 1.1. Tinjauan Perkonomian Dunia... 35 Tabel 1.2. PDB Kumulatif Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah)... 36 Tabel 1.3. PDB Kumulatif Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah)... 37 Tabel 1.4. Kontribusi Terhadap PDB Kumulatif (Persen)... 37 Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif (Year On Year, Persen)... 38 Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif (Q to Q, Persen)... 39 Tabel 1.7. Kontribusi Sub Sektor Industri Terhadap PDB Kumulatif (Persen)... 40 Tabel 1.8. Kontribusi Sub Sektor Industri Terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kumulatif (Persen)... 40 Tabel 1.9. Kapasitas Produksi Terpakai (Persen)... 41 Tabel 1.10. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja pada triwulan II Tahun 2008... 41 Tabel 1.11. Tingkat Suku Bunga Kredit (Persen)... 42 Tabel 1.12. Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor... 43 Tabel 1.13. Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor... 43 Tabel 2.1. Nilai... 44 Tabel 2.2. Nilai Menurut Penggunaan... 44 Tabel 2.3. 14 Komoditi Terpilih... 45 Tabel 3.1. Perkembangan Industri Pupuk Urea... 47 Tabel 3.2. Perkembangan Industri Pupuk ZA... 47 Tabel 3.3. Perkembangan Industri Pupuk SP36... 47 Tabel 3.4. Perkembangan Industri Pupuk Phonska... 47 Tabel 3.5. Perkembangan Industri Semen... 47 Tabel 3.6. Perkembangan Industri Minyak Goreng... 47 Tabel 3.7. Perkembangan Industri Logam HOT ROLLED COIL... 47 Tabel 3.8. Perkembangan Industri Logam HOT ROLLED PLATE... 47 Tabel 3.9. Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua... 48 Tabel 3.10. Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat... 48 Tabel 3.11. Perkembangan Industri Televisi... 48 Tabel 3.12. Perkembangan Industri Lemari Es... 48 Tabel 3.13. Perkembangan Industri Serat... 48 Tabel 3.14. Perkembangan Industri Benang... 48 Tabel 3.15. Perkembangan Industri Kain... 48 Tabel 3.16. Perkembangan Industri Pulp... 48 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN ix

Tabel 3.17. Perkembangan Industri Kertas... 48 Tabel 3.18. Perkembangan Industri MCB... 48 Tabel 3.19. Perkembangan Industri Motor Listrik... 49 Tabel 3.20. Perkembangan Industri KWH Meter... 49 Tabel 3.21. Perkembangan Industri Panel dan Gear... 49 Tabel 3.22. Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor... 49 Tabel 3.23. Perkembangan Industri Ban Mobil... 49 Tabel 3.24. Perkembangan Industri Terigu... 49 Tabel 3.25. Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan... 49 Tabel 3.26. Perkembangan Industri Keramik (Tile)... 49 Tabel 3.27. Perkembangan Industri Keramik (Tableware)... 49 Tabel 3.28. Perkembangan Industri Keramik (Sanitary)... 49 x LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 11

Persen (%) Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1. Kondisi Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun diperkirakan mulai membaik menjadi sekitar 4,6 persen seiring pulihnya berbagai krisis yang berimbas di tiap negara. Angka tersebut meningkat tajam dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang tumbuh minus 0,60 persen. Begitu juga jika diamati pertumbuhan secara regional, keseluruhannya mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Gambar 1.1. 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 -8 Africa 2008 * 2011* Commonwealth of Independent States Middle East European Union Central and eastern Europe Developing Asia Western Hemisphere Sumber: World Economic Outlook, IMF Juli Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju (advanced economies) meningkat sebesar 2,6 persen, naik dibandingkan pertumbuhan tahun 2009 sebesar yang tumbuh minus 3,2 persen. Mayoritas negara maju mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak terjadi krisis tahun lalu, Amerika Serikat juga diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,3 persen, lebih baik dibandingkan saat terjadinya resesi ekonomi yang melanda negara tersebut. Begitu pula dengan negara-negara uni eropa dan negara jepang seperti terlihat pada bagian lampiran Tabel 1.1. Pada tahun perekonomian negara-negara berkembang Asia diperkirakan terus melanjutkan pencapaian positifnya untuk dapat terus tumbuh mencapai mencapai 9,2 persen, naik dibanding tahun lalu yang mencatat hasil positif 6,9 persen walaupun diterpa badai krisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Afrika juga diperkirakan juga mengalami hasil positif bersama dengan Asia dari tahun lalu yang mencapai 2,2 persen menjadi 5,0 persen. Pertumbuhan ekonomi Amerika Latin juga diperkirakan meningkat 4,8 persen pada tahun ini dari sebelumnya yang hanya minus 1,8 persen. Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Malaysia, Thailand) pada tahun ini diproyeksikan tumbuh sekitar 6,6 persen keseluruhan. Tahun 2009 lalu pertumbuhan Indonesia terbukti lebih stabil dibanding negara Asean lainnya dengan pertumbuhan 4,5 persen, lebih tinggi dibanding 1,7 persen negara Asean-5. Hal ini dikarenakan permintaan dalam negeri yang kuat dan ketidaktergantungan terhadap ekspor. Perekonomian Indonesia di tahun diperkirakan akan tumbuh menuju batas atas kisaran 5,5%-6,0% dan pada tahun 2011 mencapai 6,0%-6,5%. 1.2. Kondisi Ekonomi Indonesia 1.2.1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang lebih baik seiring dengan terus membaiknya perekonomian global. Perekonomian Indonesia pada triwulan II- menunjukkan penguatan ekonomi yang terus berlanjut. Optimisme tersebut didukung oleh kinerja investasi dan ekspor yang tumbuh lebih tinggi, seiring dengan perbaikan ekonomi global. Kondisi perekonomian yang semakin menunjukkkan suasana optimis tersebut mendukung prospek ekonomi lebih baik dari perkiraan semula. Pemulihan ekonomi global masih terus berlanjut, meskipun diwarnai tekanan di pasar keuangan global dan kekhawatiran terhadap sustainabilitas pemulihan ekonomi Eropa. Pada triwulan II Tahun nilai PDB Kumulatif Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp 3.071,12 Triliun, sedangkan jika tanpa Migas nilai PDB sebesar Rp 2.82098,23 Triliun. Sumbangan PDB terbesar berasal dari sektor industri pengolahan yang mencapai Rp 772,54 Triliun atau 24,90 persen dari total PDB Indonesia yang berarti terus mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang kontribusinya mencapai 25,42 persen pada Triwulan I Tahun. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 1

Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan yang mencapai sebesar 15,86 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,71 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,02 persen, Sektor Jasa 10,31 persen, serta Sektor Konstruksi 10,18 persen. Sedangkan tiga sektor lainnya hanya memberikan kontribusi dibawah 10 persen terhadap PDB. Sementara itu sub sektor Industri Pengolahan Non Migas memberikan kontribusi sebesar 21,40 persen seperti terlihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2. Kondisi PDB Triwulan II Indonesia (kumulatif) Secara kumulatif pertumbuhan PDB Indonesia Triwulan II Tahun dibandingkan Triwulan II (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,93 persen, pertumbuhan tertinggi dicapai sektor Pengangkutan dan Komunikasi 12,42 persen. Sedangkan sektor yang mencapai pertumbuhan diatas pertumbuhan PDB yaitu Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restauran (9,50 persen), Sektor Konstruksi (7,12 persen), dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (6,40 persen). Sementara itu PDB menurut pengeluaran pada Triwulan II Tahun masih didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencapai sebesar 56,70 persen dari total PDB mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya (57,80 persen), pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 8,50 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 31,60 persen, dan ekspor barang-jasa sebesar 23,80 persen. 1.2.2. Perkembangan Sektor Industri Pada triwulan II tahun secara umum sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan menjadi 4,00 persen lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai pertumbuhan 3,59 persen.kenaikan pertumbuhan juga terjadi pada industri pengolahan nonmigas yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,53 persen dan hal sebaliknya terjadi pada industri pengolahan migas yang mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 1,79 persen. Pertumbuhan terbesar pada sektor industri non migas dicapai oleh industri alat angkut mesin dan peralatan sebesar 11,27 persen, industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 4,91 persen, industri pupuk kimia dan barang dari karet sebesar 3,49 persen, industri barang lainnya sebesar 1,94 persen, disusul industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,39 persen. Sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan negatif yang terbesar adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar minus 3,13 persen, industri kertas dan barang cetakan minus 0,79 persen, industri logam dasar dan besi dan baja sebesar 0,19 persen,dan disusul industri tekstil, barang kulit dan alas kaki minus 0,02 persen. Bila dilihat dari kontribusinya industri makanan, minuman dan tembakau menempati urutan pertama dengan kontribusi yang mencapai 33,19 persen dari total PDB sektor industri pengolahan non migas. Di posisi kedua ditempati industri alat angkut, mesin dan peralatannya dengan kontribusi sebesar 28,45 persen, disusul industri pupuk, kimia dan barang dari karet 12,91 persen. Sedangkan sektor industri lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10 persen terhadap industri pengolahan non migas seperti terlihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.3. Kondisi Sektor Industri-Industri Non Migas (Kumulatif) 2 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum Sementara itu, bila dilihat dari utilisasi, rata-rata untuk kapasitas produksi industri pengolahan mencapai 70,23 persen turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 69,74, namun masing-masing sektor industri masih berpeluang untuk meningkatkan outputnya. Seperti terlihat pada Gambar 1.4. Sektor dengan utilisasi kapasitas produksi tertinggi adalah industri alat angkut mesin dan peralatan sebesar 79,50 persen, diikuti industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 76,12 persen, industri kertas dan barang cetakan yang mencapai 75,49 persen dari kapasitas terpasang. Sedangkan sektor dengan utilisasi kapasitas produksi terendah adalah industri semen dan barang galian bukan logam dengan utilisasi kapasitas produksi hanya sebesar 52,19 persen. Gambar 1.4. Kapasitas Produksi Industri Non Migas 1.2.3. Investasi Perkembangan realisasi investasi (izin usaha tetap) PMDN pada triwulan II Tahun adalah sebagai berikut : total investasi PMDN sektor sekunder yang terealisasi sampai dengan Juni mencapai Rp 10.135,2 miliar. Dilihat dari jumlah proyek, sampai pada triwulan II terjadi proyek investasi LKPM PMDN adalah 253 proyek. Pada investasi PMA sektor sekunder (Gambar 1.5), total investasi PMA yang terealisasi sampai pada periode ini sebesar US$ 1.297,6 juta. Sedangkan untuk jumlah proyek sampai periode ini adalah sebanyak 501 proyek. Sumber : BKPM, diolah Pusdatin Kemenperin Gambar 1.5. Perkembangan Investasi PMA a. PMDN Sektor Industri/Sekunder Pada Triwulan II Tahun, industri makanan merupakan sektor yang sangat diminati oleh investor dari dalam negeri, sektor tersebut mempunyai nilai investasi mencapai Rp. 7,89 triliun. Nilai tertinggi berikutnya dicapai oleh industri kimia dan farmasi yang mencapai Rp. 596,10 miliar, investasi industri mineral non logam yang mencapai Rp. 595,40 miliar, investasi industri logam, mesin dan elektronik sebesar Rp. 400,60 miliar, investasi industri karet dan plastik sebesar Rp. 323,70 miliar, investasi industri kertas dan percetakan sebesar Rp. 183,70 miliar, industri tekstil sebesar Rp. 116,50 miliar, dan industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya sebesar Rp. 25,20 miliar, sedangkan untuk industri barang dari kulit dan alas kaki, industri kayu, industri instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam, serta industri lainnya belum ada realisasi investasi yang dikucurkan sampai triwulan II. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi industri makanan menjadi yang terbanyak dengan 119 proyek, disusul industri kimia dan farmasi dengan 41 proyek, industri karet dan plastik dengan 26 proyek, industri logam, mesin dan elektronik dengan 25 proyek, industri kertas dan percetakan dengan 14 proyek, dan industri tekstil dengan 13 proyek. Sedangkan jumlah proyek untuk industri lainnya dibawah 10 proyek. Namun belum terdapat investasi yang dikeluarkan sampai dengan triwulan ini untuk industri instrumen kedokteran, presisi & optik & jam serta industri barang dari kulit dan alas kaki. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 3

Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum b. PMA Sektor Industri/Sekunder PMA sektor industri kimia dan farmasi pada triwulan ini berhasil menjadi urutan teratas investasi sektor industri investor asing dengan total investasi sampai dengan Triwulan II sebesar US$ 515,50 juta, diikuti oleh industri makanan sebesar US$ 333,70 juta, industri logam, mesin dan elektronika sebesar US$ 287,40 juta, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya sebesar US$ 84,0 juta dan industri karet dan plastik sebesar US$ 27,7 juta, industri tekstil US$ 22,80 juta, dan industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar US$ 11,0 juta. Sementara sisanya masih dengan total investasi di bawah US$ 10 juta. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi, industri logam, mesin dan elektronik mencapai 123 proyek dan menjadi yang terbanyak, disusul industri makanan 21 Proyek dan industri kimia dan farmasi sebanyak 71 proyek. 1.2.4. Tenaga Kerja Perkembangan penggunaan tenaga kerja pada Triwulan II mengindikasikan terjadinya penurunan sebesar 3,83 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Angka tersebut mengalami kenaikan dari penggunaan tenaga kerja hasil survei periode Triwulan I Tahun yang perkembangannya sebesar 0,79 persen. Sumber : Survei Kegiatan Usaha, Bank Indonesia tw I Gambar 1.6. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami kenaikan persentase penggunaan tenaga kerja walaupun tidak terlalu signifikan dengan persentase kenaikan kurang dari satu persen, kecuali pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja sebesar 0,73. Kenaikan penggunaan tenaga kerja terbesar adalah sektor industri pengolahan yang naik sebesar 1,38 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,13 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,81 persen, dan sektor jasa sebesar 0,66 persen seperti terlihat pada Gambar 1.6. 1.2.5. Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit Menurut Laporan Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran Triwulan II Tahun yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, sepanjang Triwulan II Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan pada triwulan II- membaik, meski sempat tertekan pada Mei. Kondisi pasar SUN dan pasar modal berangsur membaik, setelah sempat tertekan sentimen negatif krisis utang di Eropa pada Mei. Membaiknya pasar modal dan SUN pada triwulan II- ditopang oleh kembali masuknya dana investor asing dan meredanya tekanan bubble di pasar saham. Di pasar uang antarbank, kondisi likuiditas selama triwulan II- cukup baik. Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional juga tetap stabil. Pada Triwulan II Tahun, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) Bank Persero tetap berada di level 13,28 persen turun dibandingkan triwulan sebelumnya, hal ini juga diikuti oleh Bank Swasta Nasional, Bank Asing & Bank Campuran, dan Bank Umum. Suku bunga kredit investasi Bank Persero tercatat juga mengalami sedikit penurunan menjadi 11,78 persen dari triwulan sebelumnya 12,11 persen, demikian juga dengan suku bunga kredit konsumsi tercatat lebih rendah menjadi 13,45 persen dibanding triwulan sebelumnya 13,66 persen. Ke depan, prospek perekonomian Indonesia di tahun berpotensi tumbuh lebih baik dari prakiraan semula yang didorong oleh adanya perbaikan ekspor serta didukung oleh adanya indikasi peningkatan investasi. Membaiknya permintaan negara mitra dagang yang disertai oleh masih tingginya harga komoditas berdampak positif pada kinerja ekspor. Sejalan dengan itu, optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya kondisi perekonomian yang disertai dengan perbaikan iklim investasi domestik dan berbagai rencana proyek infrastruktur pemerintah berdampak pada perbaikan kinerja investasi. 4 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih BAB II PERKEMBANGAN KINERJA EKSPOR IMPOR KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1. Kinerja Total ekspor Indonesia pada Triwulan II Tahun meningkat sebesar 36,76 persen menjadi US$ 36.984,5 Juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 27.044,21 Juta. Peningkatan ekspor ini merupakan kontribusi ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 31,50 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 30.509,1 Juta. Sebagian besar ekspor Non Migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ 23.313,5 Juta atau 63,04 persen dari total ekspor. Sedangkan sisanya adalah ekspor migas sebesar US$ 6.475,4 Juta seperti terlihat pada Gambar 2.1. barang modal pada Triwulan II masingmasing mencapai US$ 24.180,48 juta dan US$ 6.064,15 juta atau meningkat 11,67 persen dan 1,95 persen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara impor barang konsumsi mencapai US$ 2.731,51 juta atau naik 15,76 persen. seperti terlihat di Gambar 2.2. Gambar 2.2. Struktur Menurut Penggunaan 2.3. Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih Gambar 2.1. Perkembangan 2.2. Kinerja Selama Triwulan II Tahun, nilai impor Indonesia mencapai US$ 32.976,14 Juta atau meningkat 10,06 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 29.961,24 Juta. Seperti halnya ekspor, nilai impor non migas mencapai US$ 26.087,10 Juta, jauh lebih tinggi dibanding impor migas yang hanya US$ 6.889,04 Juta. Perkembangan impor menurut golongan penggunaan barang selama Triwulan II Tahun menunjukkan bahwa hampir semua golongan penggunaan barang impor mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. bahan baku/penolong dan Pada triwulan II, kondisi umum perdagangan internasional adalah sebagai berikut : pertumbuhan impor barang-barang dan jasa riil terus meningkat lebih cepat dari pertumbuhan ekspor. Permintaan impor telah didukung oleh kegiatan ekonomi dalam negeri yang kuat dan penguatan nilai Rupiah. Peningkatan impor riil yang lebih cepat menyebabkan permintaan eksternal bersih mengurangi 0,1 poin persentase dari pertumbuhan PDB pada triwulan II. Meningkatnya harga komoditas juga mendorong peningkatan nilai perdagangan. Pada nilai perdagangan yang diukur oleh BI, pertumbuhan ekspor sama cepatnya dengan impor, sehingga surplus perdagangan menjadi stabil pada triwulan II. Pada bab ini akan disajikan kinerja komoditi spesifik yaitu 14 komoditi terpilih. Kinerja yang diteliti lebih dari sekedar ekspor dan impor, melainkan juga dari sisi realisasi produksi dan konsumsi dalam negeri. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 5

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 2.3.1. Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya 2.3.1.1. Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya pupuk urea dan pupuk lainnya periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I menurun sebesar 20,85 persen dari sebelumnya sebesar US$ 20,70 Juta menjadi US$ 16,38 Juta. Sementara itu nilai impor naik sebesar 55,81 persen dari sebelumnya sebesar US$ 52,46 Juta menjadi US$ 81,75 Juta seperti dalam Gambar 2.3. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Gambar 2.3. Perkembangan Kinerja Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.2. Pupuk Non Urea 2.3.2.1. Pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Gambar 2.4. Perkembangan Kinerja Pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat Periode Triwulan I s.d. Triwulan II pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 48,28 persen menjadi US$ 11,27 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 7,60 Juta. Hal yang sama terjadi pada nilai impor yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 34,80 persen dari sebelumnya sebesar US$ 260,86 Juta menjadi US$ 351,63 Juta seperti dalam Gambar 2.4. 2.3.2.2. Pupuk Lainnya pupuk lainnya periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I turun sebesar 9,99 persen menjadi US$ 0,79 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 0,87 Juta. Sementara itu, nilai impor juga mengalami penurunan sebesar 41,44 persen dari sebelumnya sebesar US$ 0,77 Juta menjadi US$ 0,45 Juta seperti dalam Gambar 2.5. 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 Gambar 2.5. Perkembangan Kinerja Pupuk Lainnya Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.3. Semen semen periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat pesat sebesar 134,49 persen menjadi US$ 28,52 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 12,16 Juta. Hal yang sama juga terjadi pada nilai impor yang mengalami peningkatan 94,61 persen dari sebelumnya sebesar US$ 16,03 Juta menjadi US$ 31,19 Juta seperti dalam Gambar 2.6. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Gambar 2.6. Perkembangan Kinerja Industri Semen Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.4. Minyak Goreng Sawit Minyak Goreng Sawit periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik sebesar 5,13 persen menjadi US$ 995,19 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 946,65 Juta. Sementara itu impor 6 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 29,18 persen dari sebelumnya sebesar US$ 9,55 Juta menjadi US$ 12,33 Juta seperti dalam Gambar 2.7. 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Gambar 2.7. Perkembangan Kinerja Minyak Goreng Kelapa Sawit Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.5. Baja 2.3.5.1. Hot Rolled Coil Hot Rolled Coil periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat sebesar 5,30 persen menjadi US$ 26,51 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 25,17 Juta. Sementara impor juga mengalami peningkatan sebesar 10,50 persen dari sebelumnya sebesar US$ 126,23 Juta menjadi US$ 139,49 Juta seperti dalam Gambar 2.8. 60 50 40 30 20 10 0 Gambar 2.8. Perkembangan Kinerja Hot Rolled Coil (HRC) Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.5.2. Hot Rolled Plate Hot Rolled Plate periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I turun 5,74 persen menjadi US$ 39,71 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 42,13 Juta. Sementara itu, impor mengalami peningkatan sebesar 27,74 persen dari sebelumnya sebesar US$ 102,41 Juta menjadi US$ 130,82 Juta seperti dalam Gambar 2.9. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Gambar 2.9. Perkembangan Kinerja Hot Rolled Plate Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.6. Kendaraan Bermotor 2.3.6.1. Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Dua Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat pesat sebesar 80,31 persen menjadi US$ 17,58 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 9,75 Juta. Nilai impor juga mengalami peningkatan 23,01 persen dari sebelumnya sebesar US$ 12,20 Juta menjadi US$ 15,01 Juta seperti dalam Gambar 2.10. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Gambar 2.10. Perkembangan Kinerja Kendaraan Bermotor Roda Dua Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.6.2. Kendaraan Bermotor Roda Empat Kendaraan Bermotor Roda Empat Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat sebesar 11,17 persen menjadi US$ 228,70 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 205,72 Juta. Demikian juga untuk impor yang mengalami peningkatan 17,19 persen dari sebelumnya LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 7

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih sebesar US$ 953,92 Juta menjadi US$ 1.117,87 Juta seperti dalam Gambar 2.11. 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 Gambar 2.13. Perkembangan Kinerja Televisi Hitam Putih Triwulan I s.d. Triwulan II Gambar 2.11. Perkembangan Kinerja Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.7. Peralatan Listrik Rumah Tangga 2.3.7.1. Televisi 2.3.7.1.1. Televisi Berwarna Televisi Berwarna Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat pesat sebesar 574,02 persen menjadi US$ 39,96 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 5,93 Juta. Hal yang sama juga terjadi pada impor yang mengalami peningkatan sebesar 25,36 persen dari sebelumnya sebesar US$ 108,76 Juta menjadi US$ 136,35 Juta seperti dalam Gambar 2.12. 60 2.3.7.2. Lemari Es 2.3.7.2.1. Refrigators/ Deepfreezers R.T Refrigators/ Deepfreezers R.T Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat sebesar 20,76 persen menjadi US$ 69,03 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 57,16 Juta. Sementara impor mengalami penurunan 11,82 persen dari sebelumnya sebesar US$ 12,16 Juta menjadi US$ 10,72 Juta seperti dalam Gambar 2.14. 30 25 20 15 50 10 40 5 30 20 10 0 0 Gambar 2.14. Perkembangan Kinerja Refrigators/ Deepfreezers untuk R.T Triwulan I s.d. Triwulan II Gambar 2.12. Perkembangan Kinerja Televisi Berwarna Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.7.1.2. Televisi Hitam Putih Televisi Hitam Putih Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 20,20 persen menjadi US$ 0,41 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 0,34 Juta. Sementara itu, impor mengalami penurunan 12,47 persen dari sebelumnya sebesar US$ 1,71 Juta menjadi US$ 1,50 Juta seperti dalam Gambar 2.13. 2.3.7.2.2. Refrigators/ Deepfreezers non R.T Refrigators/Deepfreezers non R.T Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 35,43 persen menjadi US$ 10,02 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 7,40 Juta. Seperti halnya ekspor, impor mengalami peningkatan 49,29 persen dari sebelumnya sebesar US$ 12,59 Juta menjadi US$ 18,80 Juta seperti dalam Gambar 2.15. 8 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 8 250 7 6 200 5 4 150 3 100 2 1 50 0 0 Gambar 2.15. Perkembangan Kinerja Refrigators/ Deepfreezers Non R.T Periode Triwulan I s.d. Triwulan II Gambar 2.17. Perkembangan Kinerja Benang Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.8. Tekstil dan Produk Tekstil 2.3.8.1. Serat serat Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 20,34 persen menjadi US$ 144,47 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 120,05 Juta. Sementara itu impor juga mengalami peningkatan 21,14 persen dari sebelumnya sebesar US$ 93,50 Juta menjadi US$ 113,26 Juta seperti dalam Gambar 2.16. 2.3.8.3. Kain Kain Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 12,79 persen menjadi US$ 372,27 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 330,04 Juta. Seperti halnya ekspor, impor pun mengalami peningkatan 38,87 persen dari sebelumnya sebesar US$ 561,20 Juta menjadi US$ 779,31 Juta seperti dalam Gambar 2.18. 350 60 300 50 250 200 40 150 30 100 20 50 10 0 Gambar 2.16. Perkembangan Kinerja Serat Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 0 Gambar 2.18. Perkembangan Kinerja Kain Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.8.3.1. Kain Tenun Ikat 2.3.8.2. Benang benang Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 5,43 persen menjadi US$ 547,03 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 518,86 Juta. Hal yang sama terjadi pada impor yang mengalami peningkatan 19,62 persen dari sebelumnya sebesar US$ 117,13 Juta menjadi US$ 140,11 Juta seperti dalam Gambar 2.17. Kain Tenun Ikat Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I turun pesat sebesar 80,70 persen menjadi US$ 0,02 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 0,09 Juta. Sementara itu jumlah impor juga mengalami penurunan 15,44 persen dari sebelumnya sebesar US$ 2,31 Juta menjadi US$ 1,95 Juta seperti dalam Gambar 2.19 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 9

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 1.2 1.0 1.6 1.4 1.2 0.8 1.0 0.6 0.8 0.4 0.6 0.4 0.2 0.2 0.0 0.0 Gambar 2.19. Perkembangan Kinerja Kain Tenun Ikat Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.8.3.2. Kain Tenun Sutera Kain Tenun Sutera Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat pesat sebesar 1.169,35 persen menjadi US$ 53,75 Ribu dari sebelumnya sebesar US$ 4,24 Ribu. Sementara itu impor pun mengalami peningkatan 62,07 persen dari sebelumnya sebesar US$ 562,70 Ribu menjadi US$ 911,97 Ribu seperti dalam Gambar 2.20. 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 Gambar 2.20. Perkembangan Kinerja Kain Tenun Sutera Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.8.3.3. Kain Tule dan Jala Lainnya Kain Tenun Ikat Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 2,64 persen menjadi US$ 2,69 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 2,62 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan sebesar 8,28 persen dari sebelumnya sebesar US$ 3,58 Juta menjadi US$ 3,88 Juta seperti dalam Gambar 2.21. Gambar 2.21. Perkembangan Kinerja Kain Tule dan Jala Lainnya Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.9. Pulp dan Kertas 2.3.9.1. Pulp Pulp Triwulan II dalam Gambar 2.22 bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat sebesar 42,45 persen menjadi US$ 385,17 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 270,39 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan 21,74 persen dari sebelumnya sebesar US$ 205,60 Juta menjadi US$ 250,31 Juta seperti dalam Gambar 2.22. 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Gambar 2.22. Perkembangan Kinerja Pulp Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.9.2. Kertas 2.3.9.2.1. Kertas Budaya Kertas Budaya Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 11,36 persen menjadi US$ 792,09 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 711,27 Juta. juga mengalami peningkatan 18,45 persen dari sebelumnya sebesar US$ 43,27 Juta menjadi US$ 51,25 Juta seperti dalam Gambar 2.23. 10 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 300 45 250 40 35 200 30 150 25 20 100 15 50 10 5 0 0 Gambar 2.23. Perkembangan Kinerja Kertas Budaya Periode Triwulan I s.d. Triwulan II Gambar 2.25. Perkembangan Kinerja Kertas Tissue Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.9.2.2. Kertas Industri Kertas Industri Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 18,44 persen menjadi US$ 88,55 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 74,77 Juta. Sementara itu, impor mengalami penurunan 3,06 persen dari sebelumnya sebesar US$ 123,19 Juta menjadi US$ 119,42 Juta seperti dalam Gambar 2.24. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Gambar 2.24. Perkembangan Kinerja Kertas Industri Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.9.2.3. Kertas Tissue Kertas Industri Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 17,81 persen menjadi US$ 104,65 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 88,83 Juta. Sementara itu impor mengalami penurunan sebesar 8,36 persen dari sebelumnya sebesar US$ 34,15 Juta menjadi US$ 31,29 Juta seperti dalam Gambar 2.25. 2.3.10. Mesin Listrik 2.3.10.1. Motor Listrik Motor Listrik Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I mengalami peningkatan 4,05 persen menjadi US$ 69,88 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 67,16 Juta. Sementara itu impor juga mengalami peningkatan sebesar 22,32 persen dari sebelumnya sebesar US$ 44,51 Juta menjadi US$ 54,44 Juta seperti dalam Gambar 2.26. 25 20 15 10 5 0 Gambar 2.26. Perkembangan Kinerja Motor Listrik Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.10.2. KWH Meter KWH Meter periode Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 14,93 persen menjadi US$ 9,24 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 8,04 Juta. Hal yang sama terjadi pada nilai impor yang mengalami peningkatan pesat sebesar 108,14 persen dari sebelumnya sebesar US$ 3,05 Juta menjadi US$ 6,35 Juta seperti dalam Gambar 2.27. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 11

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 4.0 3.5 1.6 1.4 3.0 1.2 2.5 1.0 2.0 0.8 1.5 0.6 1.0 0.4 0.5 0.2 0.0 0.0 Gambar 2.27. Perkembangan Kinerja KWH Meter Periode Triwulan I s.d. Triwulan II Gambar 2.29. Perkembangan Kinerja Ban Dalam Mobil Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.11. Ban 2.3.11.1. Ban Sepeda Motor 2.3.11.1.1. Ban Luar Sepeda Motor Ban Luar Sepeda Motor Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat sebesar 65,56 persen menjadi US$ 5,48 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 3,31 Juta. Sementara itu impor juga mengalami peningkatan 40,06 persen dari sebelumnya sebesar US$ 0,37 Juta menjadi US$ 0,52 Juta seperti dalam Gambar 2.28. 2.5 2.0 2.3.11.2.2. Ban Luar Mobil Ban Luar Mobil Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I hanya meningkat 7,76 persen menjadi US$ 317,95 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 295,05 Juta. Sementara itu impor juga mengalami peningkatan sebesar 34,56 persen dari sebelumnya sebesar US$ 25,99 Juta menjadi US$ 34,98 Juta seperti dalam Gambar 2.30. 120 100 80 60 1.5 40 1.0 20 0.5 0.0 Gambar 2.28. Perkembangan Kinerja Industri Ban Luar Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.11.2. Ban Mobil 2.3.11.2.1. Ban Dalam Mobil Ban Dalam Mobil Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 17,74 persen menjadi US$ 3,28 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 2,79 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan sebesar 33,55 persen dari sebelumnya sebesar US$ 0,94 Juta menjadi US$ 1,26 Juta seperti dalam Gambar 2.29. 0 Gambar 2.30. Perkembangan Kinerja Ban Luar Mobil Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.12. Tepung Terigu Tepung Terigu Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 16,06 persen menjadi US$ 4,26 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 3,67 Juta. Sementara itu impor mengalami penurunan sebesar 14,78 persen dari sebelumnya sebesar US$ 60,02 Juta menjadi US$ 51,15 Juta seperti dalam Gambar 2.31. 12 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 25 12 20 10 15 8 6 10 4 5 2 0 0 Gambar 2.31. Perkembangan Kinerja Tepung Terigu Periode Triwulan I s.d. Triwulan II Gambar 2.33. Perkembangan Kinerja Meubel Rotan Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.13. Barang Jadi Rotan 2.3.13.1. Barang Anyaman dari Rotan Barang Anyaman dari Rotan Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I menurun sebesar 5,75 persen menjadi US$ 4,47 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 4,74 Juta. Sementara itu impor juga mengalami penurunan sebesar 39,15 persen menjadi US$ 8,77 Ribu seperti dalam Gambar 2.32. 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Gambar 2.32. Perkembangan Kinerja Barang Anyaman dari Rotan Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 2.3.13.2. Meubel Rotan Meubel Rotan Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I naik 7,22 persen menjadi US$ 28,08 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 26,19 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan pesat sebesar 239,84 persen dari sebelumnya sebesar US$ 7,29 Ribu menjadi US$ 24,76 Ribu seperti dalam Gambar 2.33. 2.3.13.3. Rotan Setengah Jadi Rotan Setengah Jadi Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I turun 12,56 persen menjadi US$ 7,36 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 8,42 Juta. Sementara itu terdapat impor sebesar US$ 23,25 Ribu pada Bulan April seperti dalam Gambar 2.34. 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2.3.14. Keramik Gambar 2.34. Perkembangan Kinerja Rotan Setengah Jadi Periode Triwulan I s.d. Triwulan II Keramik Triwulan II bila dibandingkan dengan periode Triwulan I meningkat 7,97 persen menjadi US$ 77,17 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 71,47 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan 9,58 persen dari sebelumnya sebesar US$ 22,88 Juta menjadi US$ 25,07 Juta seperti dalam Gambar 2.35. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 13

Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih 30 25 20 15 10 5 0 Gambar 2.35. Perkembangan Kinerja Keramik Periode Triwulan I s.d. Triwulan II 14 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih BAB III PERKEMBANGAN KINERJA PRODUKSI KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 3.1. Landasan Pemilihan Komoditi Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009 disebutkan bahwa untuk meningkatkan iklim investasi yang sehat dan peningkatan daya saing ekspor. Pembangunan Sektor Industri Manufaktur difokuskan pada pengembangan sejumlah sub-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Dengan kata lain pola pengembangannya perlu lebih banyak ditekankan pada pengembangan (widening) dan pendalaman (deepening). Maka dibuat kriteria untuk memenuhi hal tersebut diantaranya (i) menyerap banyak tenaga kerja; (ii) memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-obatan); (iii) mengolah hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam lain dalam negeri; dan (iv) memiliki potensi pengembangan ekspor. Diturunkan dari keempat kriteria di atas, berdasarkan analisis keunggulan komparatif dan kompetitif, maka prioritas dalam lima tahun ke depan adalah pada penguatan klasterklaster yang diprioritaskan pada 10 klaster inti yaitu : 1) Industri Makanan dan Minuman 2) Industri Pengolahan Hasil Laut 3) Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4) Industri Alas Kaki 5) Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit 6) Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7) Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet 8) Industri Pulp dan Kertas 9) Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10) Industri Petrokimia Pada tahun, strategi industri difokuskan pada pengembangan klaster industri yaitu : I. Industri Agro: Kelapa sawit; karet dan barang karet; kakao dan coklat; kelapa; kopi; gula; tembakau; buahbuahan; kayu dan barang kayu; hasil perikanan dan laut; pulp dan kertas; pengolahan susu. II. Industri Alat Angkut: Kendaraan bermotor; perkapalan; kedirgantaraan; perkeretaapian. III. Industri Elektronika dan Telematika: Elektronika; perangkat keras telekomunikasi dan pendukungnya; perangkat penyiaran dan pendukungnya; komputer dan peralatannya. IV. Basis Industri Manufaktur: a. industri material dasar: besi dan baja; semen; petrokimia; keramik. b. industri permesinan: peralatan listrik dan mesin listrik; mesin dan peralatan umum. c. industri manufaktur padat tenaga kerja: tekstil dan produk tekstil; alas kaki; farmasi dengan bahan baku dalam negeri. V. Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu: Perangkat lunak dan konten multimedia; fashion; kerajinan dan barang seni. VI. Industri Kecil dan Menengah Tertentu: Batu mulia dan perhiasan; garam rakyat; gerabah dan keramik hias; minyak atsiri; makanan ringan. 3.2. Komoditi Industri Terpilih RPJMN -2014 sangat relevan dengan RPJMN 2004-2009. Kluster industri yang akan dikembangkan berkaitan dengan komoditi yang telah terobservasi menjadi andalan/prioritas. Oleh karena itu, analisis komoditi-komoditi tersebut haruslah dilakukan dengan kontinu untuk memonitor perkembangannya di masa yang akan datang. Kinerja komoditi industri terpilih disajikan dalam bentuk analisis perkembangan melalui pengolahan data kapasitas produksi, realisasi produksi, ekspor, dan impor yang keseluruhannya merupakan perkembangan bulanan dengan data yang dihimpun merupakan data primer, bersifat indikatif dan diperoleh langsung dari perusahaan atau melalui asosiasi. Kementerian Perindustrian memilih 13 komoditi industri yang sifatnya strategis karena pertamatama tercantum pada RPJM 2004-2009, dampaknya cukup besar mempengaruhi inflasi, serta dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Komoditi-komoditi tersebut yaitu: LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 15

Ton Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 1. Pupuk a. Urea, b. Pupuk Non Urea - ZA - SP36 - Phonska 2. Semen 3. Minyak Goreng Sawit 4. Baja a. Hot Rolled Coil (HRC) b. Hot Rolled Plate (Pelat Baja) 5. Kendaraan Bermotor a. Kenderaan Bermotor Roda Dua b. Kenderaan Bermotor Roda Empat 6. Peralatan Listrik a. Televisi b. Lemari es 7. Tekstil dan Produk Tekstil a. Serat b. Benang c. Kain 8. Pulp dan Kertas a. Pulp b. Kertas 9. Mesin Listrik a. Motor Listrik b. KWH Meter c. Panel dan Gear d. MCB 10. Ban a. Ban Sepeda Motor b. Ban Mobil 11. Tepung Terigu 12. Barang Jadi Rotan 13. Keramik a. Keramik Tile b. Keramik Tableware c. Keramik Sanitary 3.3. Perkembangan Komoditi Industri Terpilih Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan triwulan II tahun. Secara umum terjadi kenaikan produksi untuk komoditi terpilih dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini karena penguatan ekonomi Indonesia setelah sempat mengalami perlambatan pada tahun 2009. Penguatan ini terlihat dari pertumbuhan PDB yang meningkat serta ekspor yang tumbuh secara signifikan. Penguatan ekonomi ini harus dibarengi dengan penyelesaian masalah-masalah klasik untuk industri seperti perbaikan dan peningkatan infrastuktur, kemudahan memperoleh bahan baku, ketersediaan energi yang cukup, regulasi yang mendorong pertumbuhan industri serta dukungan finansial perbankan dan stabilitas makro ekonomi. Perkembangan selengkapnya 13 komoditi industri terpilih meliputi perkembangan realisasi produksi, konsumsi dalam negeri tersaji berikut ini. 3.3.1. Pupuk 3.3.1.1 Pupuk Urea Pada triwulan II total produksi pupuk urea diperkirakan mencapai 1,68 juta ton naik sedikit 0,14 persen dibanding periode triwulan II 2009 dan jika dibandingkan dengan triwulan I tahun mengalami kenaikan 2,72 persen. Distribusi dalam negeri turun 16,08 persen dibanding triwulan II 2009 dan turun 15,63 persen dibanding triwulan I. Kapasitas produksi pada triwulan II mengalami peningkatan tajam jika dibandingkan triwulan II 2009 yaitu sebesar 8,05 juta ton atau meningkat 308,94 persen. (Gambar 3.1) 9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 3.1. Kinerja Industri Pupuk Urea 3.3.1.2 Pupuk Non Urea 3.3.1.2.1. Pupuk ZA Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Pupuk non urea merupakan 26 persen dari total produksi pupuk di dalam negeri antara lain meliputi pupuk ZA, SP36 dan pupuk Phonska. Produksi pupuk ZA pada triwulan II naik sebesar 16,22 persen dibanding triwulan I namun mengalami penurunan sebesar 9,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 menjadi 170.820 ton. Untuk Distribusi dalam negeri pupuk ZA mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,15 persen dibanding triwulan I dan turun 19,45 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 150.678 ton seperti terlihat pada Gambar 3.2 16 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Ton Ton Ton Ton Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 700,000 600,000 Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) 3,500,000 3,000,000 Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) 500,000 2,500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK 3.3.1.2.2. Pupuk SP36 Gambar 3.2. Kinerja Industri Pupuk ZA Realisasi produksi pupuk SP36 pada triwulan II jika dibandingkan triwulan I naik sebesar 33,14 persen dan naik 63,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 menjadi 226.414 ton. Sebaliknya untuk distribusi penggunaan dalam negeri Pupuk SP36 mengalami penurunan sebesar 7,28 persen dibandingkan triwulan I dan turun sebesar 8,01 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 156.636 ton. Seperti halnya pupuk urea, kapasitas produksi pupuk SP36 juga mengalami peningkatan tajam dibanding triwulan II 2009 yaitu sebesar 300 persen (Gambar 3.3). Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK 3.3.2. Semen Gambar 3.4. Kinerja Industri Pupuk Phonska Produksi semen nasional pada triwulan II mengalami peningkatan jumlah produksi bila dibandingkan dengan triwulan I sebesar 1,23 persen dan naik 7,35 persen dibandingkan triwulan II 2009 menjadi 9,86 juta ton. Hal yang sama dengan tren konsumsi semen dalam negeri pada triwulan II naik 0,84 persen dibanding triwulan I dan naik 5,22 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 9,79 juta ton (Gambar 3.5). 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 Produksi (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) 1,200,000 Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Kapasitas (Ton) 6,000,000 1,000,000 4,000,000 800,000 600,000 2,000,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 400,000 200,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 3.3. Kinerja Industri Pupuk SP36 3.3.1.2.3. Pupuk PHONSKA Realisasi produksi pupuk phonska pada triwulan II mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan I sebesar 58,58 persen, begitu juga dibanding triwulan II 2009 turun sebesar 25,69 persen menjadi 196,069 ton. Untuk tingkat distribusi dalam negeri turun 28,60 persen jika dibandingkan triwulan I namun naik 6,06 persen jika dibandingkan triwulan II 2009 menjadi 303.322 ton. Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 3.5. Kinerja Industri Semen 3.3.3. Minyak Goreng Sawit Produksi minyak goreng sawit selama triwulan II mengalami kenaikan jika dibandingkan triwulan I sebesar 5,84 persen, namun turun 0,79 persen jika dibandingkan triwulan II 2009 menjadi 2,13 juta ton. Sementara itu nilai konsumsi dalam negeri tetap jika dibanding triwulan I namun mengalami peningkatan hingga 50,96 persen jika dibandingkan triwulan II 2009 (Gambar 3.6). LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 17

Ton Ton Ton Ton Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 Produksi (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 Produksi (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) 1,500,000 600,000 1,000,000 500,000 0 Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 400,000 200,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 3.6. Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit Sumber Direktorat Industri Logam, Ditjen ILMTA Gambar 3.8. Kinerja Industri Logam Hot Rolled Plate 3.3.4. Baja 3.3.4.1. Hot Rolled Coil Realisasi produksi HRC untuk triwulan II naik 30,75 persen dibandingkan triwulan I, begitu juga naik 48,11 persen dibandingkan triwulan II 2009 menjadi 630.889 Ton. Sementara itu untuk konsumsi dalam negeri HRC juga mengalami kenaikan sebesar 31,36 persen dibanding triwulan sebelumnya dan naik 73,74 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 850,983 ton (Gambar 3.7). 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Produksi (Ton) Konsumsi DN (Ton) Kapasitas (Ton) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 3.3.5. Kendaraan Bermotor 3.3.5.1. Kendaraan Bermotor Roda Dua Realisasi produksi kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) triwulan II mengalami kenaikan 16,57 persen dibanding triwulan I dan naik 47,77 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2009 dengan total keseluruhan produksi sebesar 1,95 juta unit. Seiring dengan perubahan tingkat produksi begitu juga dialami oleh tingkat konsumsi dalam negeri juga naik 18,09 persen dari triwulan I, sedangkan dibanding triwulan II 2009 naik sebesar 47,10 persen menjadi 1,95 juta unit seperti terlihat pada Gambar 3.9 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Sumber Direktorat Industri Logam, Ditjen ILMTA Gambar 3.7. Kinerja Industri Logam Hot Rolled Coil 500,000 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 3.3.4.2. Hot Rolled Plate Realisasi produksi Hot Rolled Plate (HRP) berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi HRC. Pada triwulan II realisasi produksi HRP naik sebesar 6,90 persen dibandingkan produksi triwulan I namun turun sebesar 7,76 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 171.007 ton. Konsumsi dalam negeri naik tajam sebesar 673,98 persen dibandingkan triwulan sebelumnya dan naik 1.015,48 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 1,509,720 ton (Gambar 3.8). Sumber Direktorat Industri Alat Transportasi, Ditjen IATT Gambar 3.9. Kinerja Industri Kendaraan bermotor Roda Dua 3.3.5.2. Kendaraan Bermotor Roda Empat Realisasi produksi kendaraan bermotor roda empat mengalami keadaan yang sama dengan kendaraan bermotor roda dua. Untuk periode Triwulan II tahun ini realisasi produksi mengalami kenaikan sebesar 15,96 persen dibandingkan triwulan I dan naik 68,38 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 180.840 unit. Begitu juga dialami konsumsi dalam negeri naik 12,68 persen dibandingkan triwulan I dan naik 79,78 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 196.140 unit yang terlihat pada Gambar 3.10. 18 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Ribu Ton Unit Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 250,000 Produksi (Unit) Penjualan (Unit) 200,000 150,000 100,000 50,000 0 Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Elektronika, Ditjen IATT Gambar 3.10. Kinerja Industri Kendaraan bermotor Roda Empat Sumber Direktorat Industri Elektronika, Ditjen IATT Gambar 3.12. Kinerja Industri Lemari Es 3.3.6. Peralatan Listrik Rumah Tangga 3.3.6.1. Televisi Produksi televisi triwulan II menunjukkan tren jumlah produksi dan permintaan yang terus meningkat. Pada triwulan ini nilai realisasi produksi TV US$ 699,17 juta atau meningkat 7,04 persen jika dibandingkan produksi triwulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan seiring meningkatnya tingkat konsumsi dalam negeri yaitu sebesar 6,90 persen dibanding triwulan sebelumnya (Gambar 3.11). 3.3.7. Tekstil dan Produk Tekstil 3.3.7.1. Serat Realisasi produksi serat triwulan II sebesar 252,61 ribu ton, yang berarti naik 1,45 persen dari triwulan I dan naik 13,17 persen dibanding triwulan II 2009. Sedangkan untuk kebutuhan di dalam negeri triwulan II ialah sebesar 400,88 ribu ton yang berarti naik sebesar 9,56 persen jika dibandingkan dengan triwulan I dan naik 5,09 jika dibandingkan dengan triwulan II 2009 seperti terlihat pada Gambar 3.13. 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0.000 Produksi (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Elektronika, Ditjen IATT 3.3.6.2. Lemari Es Gambar 3.11. Kinerja Industri Televisi Realisasi nilai produksi lemari es triwulan II menunjukkan tren yang menurun. Pada triwulan ini realisasi nilai produksinya turun menjadi US$ 152,96 juta, setelah mencapai US$ 171,16 juta di triwulan I. Sama halnya seperti realisasi produksi, tingkat konsumsi dalam negeri mengalami penurunan sebesar 24,97 persen dibanding triwulan sebelumnya (Gambar 3.12). Sumber Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Ditjen ILMTA 3.3.7.2. Benang Gambar 3.13. Kinerja Industri Serat Realisasi produksi benang triwulan II mengalami penurunan sebesar 1,15 persen dibanding triwulan I namun naik 9,52 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 552,12 ribu ton. Hal sebaliknya terjadi pada kebutuhan dalam negeri yang terus mengalami peningkatan sebesar 1,39 persen dibanding triwulan I atau naik 19,40 dibadingkan triwulan II 2009 menjadi 385,56 ribu ton (Gambar 3.14). LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 19

Ribu Ton Ribu Ton Ribu Ton Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 600.000 500.000 Produksi (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) 2,000.00 1,800.00 1,600.00 Produksi (Ribu Ton) Pasokan DN (Ribu Ton) 400.000 300.000 1,400.00 1,200.00 1,000.00 200.000 800.00 600.00 100.000 400.00 0.000 Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 200.00 - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Ditjen ILMTA Gambar 3.14. Kinerja Industri Benang Sumber Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen IAK Gambar 3.16. Kinerja Industri Pulp 3.3.7.3. Kain Realisasi produksi kain triwulan II meningkat sedikit sebesar 0,47 persen dibanding triwulan I namun turun 22,77 persen dibanding triwulan yang sama pada tahun 2009. Begitu juga dengan tren konsumsi dalam negeri naik dengan persentase 11,35 persen dibandingkan triwulan I dan 4,39 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 333,5 ribu ton (Gambar 3.15). 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0.000 Produksi (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Ditjen ILMTA 3.3.8. Pulp dan Kertas Gambar 3.15. Kinerja Industri Kain Hutan tanaman industri (HTI) merupakan salah satu sumber bahan baku industri pulp yang terus dikembangkan oleh pengusaha di bidang kehutanan. Industri pulp dan paper membutuhkan 20 juta meter kubik per tahun. Saat ini industri pulp ada di peringkat 10 dunia dan industri kertas nasional di urutan 11. Sekitar 60 persen produksi pulp diekspor Strategi pemanfaatan lahan terdegradasi (hutan rusak) seluas 35,4 juta hektare menjadi bagian dari strategi besar yang diharapkan bisa mendongkrak kinerja industri pulp dan kertas. 3.3.8.2. Kertas Realisasi produksi kertas berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi pulp, pada triwulan II produksi kertas sebesar 2,47 juta ton, nilai ini naik sedikit 1,55 persen dibanding triwulan I dan naik 9,45 persen dibanding triwulan II 2009 (Gambar 3.17). Konsumsi dalam negeri pada triwulan ini naik sedikit 0,59 persen dibanding triwulan sebelumnya namun turun 11,02 persen dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama. 3.3.8.1. Pulp Realisasi produksi pulp periode triwulan II menunjukkan kenaikan sebesar 8,89 persen dibanding triwulan I dan naik sebesar 7,76 persen jika dibanding triwulan II 2009 menjadi 1,73 juta ton seperti terlihat pada Gambar 3.16. Sementara itu untuk pasokan dalam negeri pada triwulan II tidak didapatkan data realisasinya. Sumber Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen IAK Gambar 3.17. Kinerja Industri Kertas 20 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Unit Ribu Unit Unit Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 3.3.9. Mesin Listrik 3.3.9.1. Mini Circuit Breaker (MCB) Realisasi produksi MCB triwulan II mengalami kenaikan 1,85 persen dibanding triwulan I dan naik 24 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 2,48 juta unit. Seiring peningkatan nilai produksi, kebutuhan dalam negeri MCB juga mengalami peningkatan 32 persen dibanding triwulan I dan dibanding triwulan II 2009 mengalami peningkatan 67,8 persen menjadi 2,97 juta unit (Gambar 3.18). 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 Produksi (Ribu Unit) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA 3.3.9.2. Motor Listrik Gambar 3.18. Kinerja Industri MCB Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Gambar 3.19. Kinerja Industri Motor Listrik Konsumsi DN (Ribu Unit) Realisasi produksi motor listrik triwulan II mulai bisa mengimbangi konsumsi dalam negeri dibanding triwulan-triwulan sebelumnya, walaupun belum mencapai kapasitas yang optimal hanya sebesar 15,93 persen dari total kapasitas. Produksi triwulan II mencapai 5.975 unit, naik 78,41 persen dibanding triwulan I dan naik hampir dua kalinya dibanding triwulan II 2009. Sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai 6.265 untuk triwulan ini, turun 12,93 persen dibanding triwulan I, namun naik 12,88 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya seperti terlihat pada Gambar 3.19. 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Kapasitas (Unit) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II 3.3.9.3. KWh Meter Realisasi produksi Kwh Meter triwulan II meningkat sebesar 27,39 persen dibanding triwulan I dan hampir tiga kali lipatnya dibanding triwulan II 2009 menjadi 1,53 juta unit. Hal ini berkebalikan dengan konsumsi dalam negeri yang turun 37,92 persen dibanding triwulan sebelumnya namun naik 16 kali lipatnya dibanding triwulan II 2009 menjadi 1,12 juta unit. 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 - Produksi (Unit) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Gambar 3.20. Kinerja Industri KWh Meter 3.3.9.4. Panel dan Gear Konsumsi DN (Unit) Realisasi produksi Panel dan Gear triwulan II juga menunjukkan tren yang meningkat dibanding periode sebelumnya. Pada triwulan ini produksi naik sebesar 22,40 persen dibanding triwulan I dan naik 19,15 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 11.200 unit. Sementara itu konsumsi dalam negeri juga meningkat 14,20 persen dibanding triwulan I dan naik 16,09 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 10.820 unit (Gambar 3.21). Kementerian Perindustrian menetapkan tujuh wilayah di Tanah Air menjadi klaster industri mesin dan peralatan listrik. Wilayah klaster itu yakni Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Secara umum, pemerintah berupaya meningkatkan produksi mesin dan peralatan listrik di dalam negeri agar industrinya berkembang. Selama ini, sebagian besar peralatannya masih diimpor.di dalam klaster tesebut, pemerintah menargetkan sinergi di antara industri inti, yakni industri mesin dan peralatan umum, industri pendukung, dan industri terkait. Industri pendukung terdiri dari sektor komponen, logam, karet, dan plastik. Adapun industri terkait, yakni tun. mur baut, pelapisan logam, kaca, dan cat. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 21

Ton Unit Unit Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Kapasitas (Unit) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II kendaraan roda empat dan 28 juta ban roda dua per tahun. Dimana sebagian besar diproduksi oleh industri ban lokal. Pemasaran ban domestik kini sekitar 30 persen, sedangkan 70 persen untuk pasar ekspor. Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Gambar 3.21. Kinerja Industri Panel dan Gear 3.3.10. Ban 3.3.10.1 Ban Sepeda Motor Realisasi produksi ban sepeda motor triwulan II tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,13 juta unit, namun menurun dibanding triwulan II 2009 yaitu sebesar 0,94 persen. Untuk triwulan ini tingkat konsumsi dalam negeri mengalami penurunan 2,65 persen dibanding triwulan I dan turun 8,11 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 6,59 juta unit (Gambar 3.22). 9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar 3.22. Kinerja Industri Ban Sepeda Motor 3.3.10.2 Ban Mobil Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Kapasitas (Unit) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Realisasi produksi ban mobil triwulan II sebesar 10,68 juta unit. Nilai ini tetap jika dibandingkan triwulan I. Rata-rata konsumsi ban mobil dalam negeri dibandingkan dengan realisasi produksi sebesar 30,4 persen dan sebagian produksi ban diperuntukkan bagi pasar ekspor seperti terlihat pada Gambar 3.23. Kementerian Perindustrian akan mengusulkan keringanan pajak bagi industri ban dengan memberikan fasilitas berupa insentif tax allowance sesuai Peraturan Pemerintah nomor 62 tahun 2009. Saat ini terdapat 13 produsen ban di Indonesia dengan total 50 juta Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar 3.23. Kinerja Industri Ban Mobil 3.3.11. Tepung Terigu Realisasi produksi industri tepung terigu di dalam negeri periode triwulan II bernilai 987.556 ton. Angka ini meningkat sebesar 17,21 persen dibanding triwulan I dan naik 18,82 persen dibanding triwulan II 2009 (Gambar 3.24). Biaya pembelian gandum didalam biaya industri adalah sebesar 85%-90%. Paket kebijakan bea masuk menjadi 0% atas impor terigu tidak akan berdampak pada penurunan harga, hal ini karena terigu impor hanya digunakan oleh industri besar, sehingga kebijakan ini hanya menguntungkan industri besar pengguna terigu impor dan akan dipasarkan menyesuaikan harga pengguna terigu lokal. Terigu impor tidak beredar dipasaran retail ataupun di UKM dikarenakan terigu adalah komoditi yang tidak tahan lama mudah berkutu atau berbau apek, dengan alasan tersebut hampir keseluruhan UKM menggunakan terigu lokal karena lebih fresh, demikian juga availability-nya. 1,000,000 950,000 900,000 850,000 800,000 750,000 700,000 Produksi (Ton) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Makanan, Ditjen IAK Gambar 3.24. Kinerja Industri Tepung Terigu Distribusi Domestik (Ton) 22 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN

Ribu Ton Ribu Ton Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 3.3.12. Barang Jadi Rotan Total nilai produksi barang jadi rotan triwulan II naik sebesar 3,08 persen dibanding periode sebelumnya namun turun 17,69 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi Rp 956 miliar (Gambar 3.25). 7.413 ton seperti terlihat pada Gambar 3.27 berikut. Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar 3.27. Kinerja Industri Keramik Tableware Sumber Ditjen IKM Gambar 3.25. Kinerja Industri Barang Jadi Rotan 3.3.13. Keramik 3.3.13.1. Keramik Tile Realisasi produksi keramik tile terus mengalami kecenderungan tetap. Pada triwulan II ini produksi tetap jika dibandingkan triwulan I sebesar 842.643 ton. Sedangkan konsumsi dalam negeri mengalami penurunan sebesar 1,54 persen dari triwulan sebelumnya dan 18,07 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 795.491 ton seperti terlihat pada Gambar 3.26 berikut. 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 Produksi (Ton) Konsumsi DN (Ton) 3.3.13.3. Keramik Sanitary Sama seperti jenis keramik lainnya yang mengalami stagnansi, pada triwulan II produksi keramik sanitary juga sama dengan produksi triwulan I yaitu sebesar 14.026 ton. Sedangkan konsumsi dalam negeri naik sedikit sebesar 0,94 persen dibanding triwulan I dan naik 0,83 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi 13.265 ton seperti terlihat pada Gambar 3.28 berikut. 14,400 14,200 14,000 13,800 13,600 13,400 13,200 13,000 12,800 12,600 Produksi (Ton) Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Konsumsi DN (Ton) Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Gambar 3.28. Kinerja Industri Keramik Sanitary - Triwulan II 2009 Triwulan I Triwulan II Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar 3.26. Kinerja Industri Keramik Tile 3.3.13.2. Keramik Tableware Realisasi keramik tableware terlihat tidak mengalami kenaikan dalam produksinya. Pada triwulan ini, produksi sama dengan triwulan I yaitu sebesar 10.404 ton. Sementara itu konsumsi dalam negeri turun 7,81 persen dibanding triwulan I dan turun 44,41 persen dibanding triwulan II 2009 menjadi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN II TAHUN 23